Delapan, Hari ke tiga

414 16 4
                                    

BIMA POV

Aku terbangun sekitar pukul setengah empat pagi saat mendengar suara alarm hp, "aneh, bukankah semalam aku samasekali tidak mengatur alarm, dan nadanya seperti bukan dari hp ku" gumamku dalam hati,

dah aku baru menyadari bahwa posisiku tidur berada di dekapannya, lalu aku ingat kejadian semalam dengannya, kuperhatikan dia masih terlelap tak menghiraukan berisiknya suara alarm,

'yah alarm ini semakin mengganggu' ketika hendak kuraih ponsel yang ada di ujung tenda tempat kami tidur tentusaja aku harus melewati tuhubnya yang menghalangi, yang mana secara otomatis aku berada di atas tubuhnya sekarang.

"emmm,,. hemm" gumamnya pelan, dan aku masih belum beranjak dari atas tubuhnya saat kudengar dia menggumam, bukannya segera bangun malah yang kulakukan adalah menjatuhkan badanku diatas tubuhnya,

"heii, kamu ngapain.?" tanyanya terkejut saat tau aku berada diatasnya,

"heemm hemm" gumamku sambil menggelengkan kepala, "gaada, cuman menikmati diatas sini, kayake lebih hangat" lanjutku sambil tersenyum sendiri, dia masih tampak kebingungan dengan tingkahku pagi ini,

dan kurasa ada yang mulaimengeras di bawah sana,

"ada yang lebih hangat daripada diatas tubuhku bim, mau tau.?" ucapnya sambil tersenyum simpul, sambil memajukan bibirnya berusaha menciumku,

lalu kudengar suara nanda seperti memanggilku dari pintu belakang

"BIMA Bangun, jangan sampe ku guyur pake aer satu ember yak.. ayok kepasar woy" teriaknya keras sekali,

"yap sepertinya ada yang sedang di cariin sama mamah" ucapnya mengejek,

"dah, sana berangkat dulu, nanti malam lanjutin lagi hihihi" sambungnya, "bukankah ini hari terakhir aku nginap disini, kami kan serpas ke kampus habis isya' bang" rengekku padanya sambil masih mengusap-usapkan kepalaku di dada bidangnya,

"Bimaaa, hitungan ke sepuluh ye, sattuuuu" teriak nanda menyebalka,

"iye mak iyee, im coming" balasku berteriak, dan kulihat bang putra menutup kedua telnganya dengan tangannya, lalu ku lirik sebal, 'apa-apaan itu' batinku.

"duaaaa... tigaaaa... empaaat" teriak nanda masih menghitung yang tak kuhiraukan,

"yaudah ya bang adek ke pasar dulu," pamitku sambil duduk mengenakan sragam hijauku, dan saat hendak membuka tenda dia memelukku dari belakang lalu kami berciuman cukup lama, "nanti keburu nanda kesini dek" bisiknya sambil masih menciumku,

"biarin salah sendiri bawel" balasku sambil melepaskan ciumannya,

"masakin abang sarapan ya sayang" ucapnya manis, sambil tersenyum,

"mau sarapan apa abang, tar bima sempetin masak kusus buat abang" balasku sambil mengusap dagunya,

"emm yang enak, yang bikin kenyang deh, asal yang bikin kamu hihihi" ucapnya, lalu aku berjalan keluar menuju basecamp.

"Lama amat kek tuan putri pak.?" sindirnya saat aku tiba di pintu, "maklum susah nemuin kaos kaki, ketindih bang putra tadi," balasku spontan,

"lah dia tidur disana.?" tanyanya menyelidik,

"iya, semalam kan ini basecamp penuh katanya banyak alumni gajadi pulang, walhasil dia nemu tenda hahha, toh muat buat dua orang sih tendaku" jawabku sambil menyetater motor.

Kami sudah tiba di pasar untuk membeli bahan makanan hari ini, karena ini hari terakhir di desa ini, kami putuskan untuk membeli bahan pokok yang sekiranya cukup untuk 1 menu saja tapi kami masak dengan kapasitas yang banyak, jadi sekali masak saja nanti.

Putra & Bima si Baret Ungu dan si Baret HijauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang