Ingat?

44 3 0
                                    

Aku tiba-tiba kembali teringat, saat acara  kelas kita di puncak. Acara bahagia bagi mereka, acara bersedih bagiku. Karena sekelas sudah tentu ada kamu dan ada aku, apa iya harusnya aku tak ikut?

Sebelum hari keberangkatan, kau mengabari grup bahwa kau tidak bisa ikut, kau tau perasaanku? Sedih dan senang bercampur.
Sedih tak ada kamu, senang tak ada kamu.
Tapi ternyata dipagi hari kau bilang kau ikut, kembali aku merasa senang dan sedih yang bercampur.
Apa harusnya aku tak ikut?

Diperjalanan, aku membohongi yang lain, diluar aku berusaha terlihat aku baik dan aku bahagia, tapi didalam aku sangat khawatir, bagaimana nanti kita bertemu, bagaimana nanti aku harus bersikap, bagaimana nanti apa aku salah bawa baju, bagaimana nanti ketika kita makan, apakah kita akan menjadi orang yang tak saling kenal? Aku bertanya-tanya sendiri. Apa harusnya aku tak ikut?

Ketika sampai ditujuan, indahnya pemandangan, tempat yang nyaman, sangat mendukung kebahagiaan, apalagi disana ada abang-abang tukang mie soto bogor, kebahagiaan ku.. Akhirnya kudapatkan. Menikmati satu mangkok mie soto bogor di temani pemandangan yang luar biasa, aku bahagia, tapi tak lama. Karena kau datang, aku tidak tahu aku sedikit lega kau berkendara motor sendiri tanpa ada yang menemani.

Oke, bisa kulalui hariku dengan amat baik walau ada drama-drama salah tingkahku. Namun, yang membuat aku menyerah adalah dimalam ini. Aku yang sedang memotong bakso, dan kau memintanya dengan senyuman khasmu yang membuatku ingin menghentikan waktu, sekali lagi membuatku luluh. Gaya tanganmu saat meminta, senyummu, matamu, sampai saat ini masih ku ingat rasanya, menyenangkan. Namun, baru aku senang, tiba-tiba di depanku kau bertanya tentang 'dia' dengan temanku, kau tau? Aku hancur seketika.
Apa harusnya aku tak ikut?

Malamnya aku menangis dalam pelukan seorang teman, yang bahkan aku tak sangka aku akan menangis dipelukannya, dia mengelusku, menenangkanku, dia bilang wajar perasaanku seperti itu. Entah apa, padahal aku tak cerita secara jelas tentangmu tapi temanku dapat mengerti, terimakasih aku sangat menghargainya teman.

Dipagi hari, disaat kita bersiap bersenang-senang dilapangan, aku melihat kau bergandeng tangan dengan teman yang memelukku tadi malam, apa aku hancur? Sudah pasti. Apakah kau kira aku benar-benar bersenang-senang saat itu? Tentu, tidak, ada luka kecil disana. Aku senang ketika kau menyiramku, aku senang ketika kau membantuku mencari hpku, aku senang senyumanmu masih hangat.
Tapi, apakah harusnya aku tak ikut?

Perjalanan pulang setelah bersenang-senang, ketika mampir di warung kopi, aku sempat melirikmu yang ternyata kau melirikku pula. Lirikan yang membuatku ge'er padahal hanya sekedar lirikan biasa. Ah, kau tau rasanya? Lalu setelah ibadah selesai kau melirik kedalam mobil, walaupun yang kau lihat bukan aku, aku bahagia melihatmu. Tapi apa yang aku cari?
Apa harusnya aku tak ikut?

Aku terluka, sembuh, terluka, sembuh, dan berulang lagi seperti itu karena kamu? Lemah sekali aku.
Ah, harusnya aku tak ikut.

Dari Aku Yang Selalu Berusaha MelupakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang