"Fiksi dari hasil riset akan terasa nyata dan kuat."
Maka, saya mengumpulkan hasil riset yang mendukung fiksi novel nanti ke dalam platform ini.
Saya belajar menjalani riset ini dari program dari RAWS Batch 2.
#AuthorNote :
If you reading this stor...
Kupikir peperangan di atas kuda bisa dilihat dalam film saja. Rupanya, di Sumba, khususnya Sumba Barat dan Sumba Timur terdapat tradisi yang dijadikan festival di daerah itu. Adegan peperangan terlihat seperti perang betulan.
Di padang yang luas, lima puluh hingga seratus pria naik di atas kuda memacu kuda sambil membawa lembing kayu untuk dilempar ke arah lawan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sumber foto : nasional.republika.co.id
Keriuhan penunggang kuda, sorak-sorai penonton, ringkikan kuda dan iringan musik terdengar ketika dua kelompok saling beradu sola.
Kepala peserta Pasola memakai topi Kapota yang berbentuk kerucut untuk melindungi kepala dari lemparan lembing. Kapota dibuat selama dua minggu. Bentuk yang menjulang ke atas bermakna "Tuhan ada di atas".
Peserta Pasola juga memakai kelambu yang berupa kain untuk melindungi bagian perut hingga dengkul; dan selendang hijau serta selempang biru untuk melindungi dada.
Tidak ada syarat khusus menjadi penunggang kuda Pasola. Siapa pun bisa berpartisipasi dalam Pasola. Hanya saja selama ini yang mengikuti tradisi itu adalah pria Sumba.
Pernah satu kali seorang wanita Prancis memacu kuda sambil melempar lembing ke kelompok Pasola lainnya.
Bagi pemenang Pasola, mereka akan menjadi pembicaraan terus-menerus sampai musim Pasola berikutnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
sumber foto : infopublik.id
Arti sola atau hola adalah lembing kayu, sedangkan "pa" berarti saling. Pasola berarti saling melempar lembing kayu yang terbuat dari cabang kayu kopi atau jenis kayu ringan lainnya. Lembimg kayu itu juga disebut Karindo.
Tradisi ini juga disebut dengan Festival 1000 kuda karena banyaknya pria yang berpartisipasi dalam tradisi ini. Pasola ini selain sebagai warisan adat, tapi juga simbol kegagahan dan keunggulan.
Pasola juga berawal dari seorang janda cantik bernama Rabu Kaba di Kampung Waiwuang. Suatu ketika ia ditinggal suaminya, Umbu Amahu yang menjadi pemimpun desa, melaut bersama tiga pemimpin lainnya.
Kedatangan mereka begitu ditunggu-tunggu, namun mereka tak jua hadir. Hingga masyarakat menganggap mereka sudah meninggal.
Rabu Kaba jatuh cinta dengan Teda Gaiparona hingga mereka menikah. Setelah menikah, ternyata Umbu Amahu kembali bersama tiga pemimpin lainnya. Setelah tahu istrinya menikah lagi, Umbu marah besar.