Rencananya dalam cerita fiksi, tokoh utamanya mengalami trauma masa lalu. Sebenarnya aku Cuma ingin tokohku mengalami trauma masa lalu dengan level rendah. Tapi setelah aku coba riset tentang trauma. Ternyata banyak sekali gangguan stress seseorang yang melebihi dari apa yang aku bayangkan.
Yang pertama aku temukan adalah tentang Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) atau gangguan stress paska trauma adalah mental seseorang yang mengalami serangan panic karena trauma masa lalu.
Penelitian membuktikan bahwa trauma yang berlangsung lama akan mengganggu dan mempengaruhi kimia otak. Beberapa orang, kejadian traumatis merubah cara pandang mereka tentang diri dan dunia di sekitar mereka sehingga mengalami PTSD. Tidak semua orang yang mengalami kejadian traumatis pasti akan berujung dengan PTSD.
Penyebab PTSD
Peristiwa-peristiwa tertentu bisa menyebabkan seseorang mengalami PTSD seperti kecelakaan, bencana alam, pelecehan seksual, perang, operasi, penyakit yang mengancam jiwa, dan peristiwa lainnya. Setiap
Setiap orang juga mengalami tingkat keparahan dan gejala yang berbeda-beda. Dua tahun paska tsunami Aceh 2004, sekitar 34 % penduduk Aceh mengalami gejala traumatis (tahun 2006). Kemudian di tahun 2007, sekitar 10% orang Aceh mengalami gejala traumatis. Sisanya kondisi penduduk bisa pulih secara alami dari gejala stress paska kejadian.
Tingkat keparahan yang berbeda-beda itu juga diduga disebabkan oleh beberapa hal seperti riwayat gangguan mental pada keluarga, kepribadian bawaan yang temperamen, kurang dukungan keluarga, kecanduan alcohol, pekerjaan tertentu yang beresiko mengalami gejala traumatis.
Penderita PTSD
Penderita PTSD ini bisa terjadi pada anak-anak dan juga dewasa.
Tingkat PTSD
Nah untuk level ini aku belum menemukan kondisi tiap levelnya. Aku Cuma menemukan tingkat depresi tergolong rendah, sedang dan tinggi. Tapi mungkin kondisinya kurang lebih sama.
Gejala depresi ringan ini dapat menyebabkan perasaan putus asa, mudah marah, rasa bersalah, tak bersemangat, , kurang motivasi, rasa kantuk di siang hari, insomnia, perubahan nafsu makan hingga keteledoran. Jika gejala ini bertahan dalam waktu lama hingga rata-rata empat hari seminggu selama dua tahun, maka kemungkinan besar didiagnosis dengan gangguan depresi persisten. Kondisi ini juga disebut sebagai dysthymia. Meskipun depresi ini tergolong ringan namun inilah jenis yang paling sulit didiagnosis. Namun, depresi ringan adalah yang paling mudah diobati.
Perubahan gaya hidup tertentu bisa sangat membantu meningkatkan kadar serotonin di otak, yang dapat membantu melawan gejala depresi. Cobalah mulai dengan berolahraga setiap hari, diet seimbang, meditasi dan tetapkan jadwal tidur. Jangan lupa untuk lakukan kegiatan yang disukai misalnya membaca, menulis, dan mendengarkan musik.
Gejala depresi sedang dan ringan memiliki gejala yang hampir sama. Namun, biasanya depresi sedang dapat menyebabkan masalah dengan harga diri, mengurangi produktivitas, terlalu sensitif, khawatir berlebihan hingga merasa diri tak berguna.
Perbedaan terbesar adalah gejala depresi sedang ini cukup parah sehingga menyebabkan masalah di rumah dan tempat kerja. Depresi sedang lebih mudah didiagnosis daripada kasus ringan karena gejalanya secara signifikan sampai memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Bila sudah mendeteksi hal ini terjadi pada diri sendiri, maka waktunya untuk berkonsultasi pada ahli. Karena pada tahap ini, biasanya ada obat yang perlu diresepkan untuk membantu.
Penderita depresi berat atau parah memiliki gejala-gejala yang sama dengan depresi ringan serta sedang, tapi lebih berat, bahkan dapat memberikan dampak pada orang terdekat. Depresi berat berlangsung rata-rata enam bulan atau lebih lama. Kadang-kadang depresi berat bisa hilang setelah beberapa saat, tetapi bisa juga berulang bagi sebagian orang. Depresi berat dapat menyebabkan delusi, pingsan, halusinasi hingga keinginan bunuh diri. Jangan tunda untuk berkonsultasi pada ahli, karena hal ini dapat mengancam keselamatan diri sendiri. Biasanya untuk menangani hal ini dokter akan melakukan serangkaian terapi. Jangan pernah anggap sepele perasaan sedih, marah atau kecewa yang sering muncul, segera temukan cara mengatasinya sebelum berubah menjadi sesuatu yang lebih parah dan menganggangu.
Gejala PTSD
1. Merasa tertekan ketika ingatan itu kembali.
Bisa saja ingatan kejadian mengerikan tiba-tiba kembali hadir. Misalnya hadir dalam mimpi buruk, atau ketika mengalami kejadian yang hamper mirip, atau mendengar cerita orang, atau mengalami kisah orang lain. Dan itu membuat seseorang tertekan hingga merasa emosional.
2. Sulit tidur
Penderita PTSD akan sulit tidur karena mimpi buruk kerap muncul.
3. Menyalahkan diri atau orang lain.
Seseorang yang mengalami gejala ini akan menyalahkan orang lain atau juga dirinya sendiri.
4. Tidak semangat menjalani aktivitas
Ada perubahan semangat seseorang yang mengalami gejala PTSD. Jika dulu suka melakukan suatu aktivitas maka akan berubah menjadi tidak ingin melakukan aktivitas itu. Lebih suka menyendiri dan sulit menjalin hubungan dengan orang lain.
5. Mudah takut atau marah
Kondisi ini dialami oleh seseorang yang memiliki gejala ini. Perilaku ini sering membahayakan orang lain.
6. Sulit berkonsentrasi
Tanda lainnya jika seseorang mengalami gejala PTSD adalah sulit berkonsentrasi dalam menjalani aktivitasnya.
7. Putus asa
Semakin sering pengidap PTSD berpikiran negative maka penderitanya akan merasa putus asa menghadapi masa depan.
Penyembuhan PTSD
Mungkin banyak yang mengira gangguan psikologis ini tidak bisa disembuhkan, namun sebenarnya ada beberapa cara untuk mengatasi dan menyembuhkan gejala PTSD. Salah satunya dengan melakukan terapi.
1. Terapi kognitif-perilaku (Cognitive-Behavioral Therapy) berfokus pada bagaimana mengubah cara pandang seseorang dalam menilai dan menanggapi situasi, pikiran, perasaan serta perilaku tidak sehat yang berasal dari pikiran dan perasaannya. Artinya terapi ini mengubah pola pikir pasien yang negative menjadi positif.
2. Exposure Therapy merupakan terapi perilaku dengan melakukan konfrontasi atau memaparkan pikiran dan perasaan pada situasi yang ditakuti untuk mengurangi rasa takut, kecemasan dan perilaku menghindar.
3. Terapi penerimaan dan komitmen (Acceptance and Commitment Therapy) merupakan perilaku yang bertujuan membantu pasien agar terbuka dan mau menerima pengalaman batin mereka sambil memfokuskan perhatian untuk tidak berusaha melarikan diri atau menghindari rasa sakit (mustahul dilakukan) tetapi sebaliknya, memfokuskan diri pada hidup yang bermakna.
4. Terapi Psikodinamis merupakan terapi yang berfokus pada factor yang menyebabkan gejala seseorang, seperti pengalaman ana usia dini, hubungan saat ini dan hal yang dilakukan untuk melindungi diri dari pikiran dan perasaan menjengkelkan.
Selain terapi, ada juga cara lain untuk menyembuhkan PTSD ini yaitu dengan pemberian obat-obatan. Pemberian obat ini tergantung pada gejala yang dialami pasien seperti obat antidepresan (sertraline dan paroxetine), anticemas dan prazosin (mencegah mimpi buruk).
Referensi:
Halodoc.com
psychology.binus.ac.id
alodokter.com
pijarpsikologi.org
parenting.orami.co.id

KAMU SEDANG MEMBACA
Author's Suitcases
No Ficción"Fiksi dari hasil riset akan terasa nyata dan kuat." Maka, saya mengumpulkan hasil riset yang mendukung fiksi novel nanti ke dalam platform ini. Saya belajar menjalani riset ini dari program dari RAWS Batch 2. #AuthorNote : If you reading this stor...