Bab 1

724 17 0
                                    

Hitung-hitungan di hari Senin itu layak nya paket komplit ayam bakar. Apalagi ketika Matematika dan Fisika bercampur menjadi satu, rasanya kepala seperti gunung Sinabung yang siap meletus. Aku menghela napas kasar menatap angka-angka angker di hadapanku, kenapa harus diadakan ulangan mendadak coba, aku sangat benci itu. Aku melirik ke sekeliling kelasku, tidak ada satu pun yang berani menengok , apalagi melirik. Memang kejam guru Fisika ku yang satu ini.
"Achara Aloysius! Kerjakan sendiri jangan lirik-lirik!"
Aku tersentak mendengar suara dari Miss Darin yang menggelegar. Aku mengangguk sambil mengatakan 'ya'. Ku lihat Kiran yang duduk disebelahku itu sedang menahan tawa melihatku kena teguran. Aku mendengus dan menginjak kakinya. Aku terkekeh ketika dia melotot marah padaku
"Kirana Anastasya! Mau saya sobek ulangan kamu?!"
"Ng-engga Miss engga"
Aku menjulurkan lidah ke arah nya. Rasakan itu dia kena teguran juga kan

"Waktu habis! Silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian! Yang tidak mengumpulkan tidak akan mendapat nilai tambahan"
What?! Aku dan Kiran saling pandang, kami belum selesai masih ada beberapa nomor yang harus kami isi. Bagaimana ini, kalau tidak diisi pasti nilaiku lebih kecil
"Achara , Kirana, silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian" ujar Miss Darin kepada kami. Aku menghela nafas pasrah. Akhirnya kami berjalan kearah Miss Darin dan memberikan lembar jawaban kami
"Apa ini?! Masih banyak sekali nomor yang belum kalian isi! Ini akan jadi nilai tambahan kalian saat ujian Nasional nanti!" Gertak Miss Darin
Aku dan Kiran menghentikan langkah. Kami kembali menghampiri Miss Darin
"Kalian saya kasih Waktu untuk mengerjakannya diruangan saya. Saya tunggu 15 menit sebelum jam pelajaran berikutnya berbunyi, sekarang kalian lebih baik mengisi perut agar dapat berfikir nanti"
aku meringis mendengar empat kata terakhir guru Fisika itu. Apa katanya?
'agar dapat berfikir nanti' berarti selama ini beliau menganggapku tidak pernah berfikir apa?. Kiran menghentak-hentakan kakinya saat Miss Darin sudah keluar kelas
"Dasar Miss Telorrr nyebelinnn! Bisa-bisanya dia bilang kayak gitu ke gue!"
Aku tersenyum kecil melihat Kiran seperti itu. Jangan heran jika dia memanggil Miss Darin dengan sebutan Miss Telor, karena kepalanya yang agak bulat dan lonjong seperti telor rebus , jadi wajar kelas kami menyebutnya seperti itu. Ya kelas kami, hanya kelas kami yang menyebutnya seperti itu
"Udah lah gak usah dipikirin, mendingan kita ke kantin, yuk!" Aku rangkul pundak Kiran yang masih cemberut dan mengajaknya ke kantin

***

Kami berjalan keruang guru setelah mengisi perut. Sesuai janji , kami datang 15 menit sebelum bel jam pelajaran berikutnya berbunyi. Waktu istirahat pertama kami 30 menit, jadi kami bisa membagi waktu.
"Permisi" ucapku dan Kiran bersamaan "masuk"
Aku memegang kenop pintu dan mendorong nya perlahan
"Ini, kerjakan dengan teliti soal-soal yang belum kalian isi" Miss Darin menyodorkan lembar jawaban dan ulangan kami. Aku dan Kiran segera mengambil nya dan duduk ditempat yang telah disediakan guru untuk murid yang belum mengerjakan tugasnya atau murid pintar yang sengaja dipindahkan ke sini agar tidak memberi contekan kepada teman-teman mereka.

Aku terkejut saat melihat kearah pojok dekat loker Miss Darin, terdapat seseorang yang duduk dengan kertas ulangan ditangannya.
Kiran menyenggol lenganku.
"Itu bukannya Alsaka ya"
Aku meneguk salivaku kasar. Apa-apaan ini mengapa dia ada disini. Kalian pasti bertanya-tanya kenapa aku tidak mau jika bertemu atau berdekatan dengan Cowok dingin itu. Karena aku setiap bertemu dengannya pasti panas dingin, entah mengapa, tapi itulah yang aku rasakan setiap kali bertemu dengan seorang Alsaka Biantara Djatmiko.
"Mulai lagi dah. Udah biarin"
Ujar Kiran sambil memegang tanganku yang sudah dingin dan dibasahi keringat. Aku mengangguk berusaha tenang. Rasanya aku membeku berada disatu ruangan bersama Ghio. Ya, Ghio nama panggilan dariku untuknya. Singkatan dari Ghiaccio dalam bahasa Italia yang berarti 'es'. Ya , Karena dia seperti es yang membuatku membeku ketika berhadapan dengannya.
Dengan tangan yang basah dan gemetar aku mengerjakan soal-soal itu. Tidak dengan teliti, yang penting aku bisa cepat keluar dari ruangan ini

Alsaka✔️[Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang