"Heran deh kenapa disini ga ada sekolah yang pulang nya jam 6 sore gitu kenapa harus pulang jam 3 coba. " Sila berjalan gontai memasuki pekarangan rumah nya yang amat luas.
"Tapi, kalo ada juga gue males masuk, tapi gue pengen masuk gimana dong?"
Sila sedari tadi mengoceh di sepanjang perjalanan menuju kamarnya. Sila itu bukan tipe cewek dingin yang irit bicara. Tapi, Sila itu tipe cewek bawel dan ketus. Kebayang dong, gimana sih kalo kita berhadapan Ama cewek bawel + ketus? Udah gitu setiap omongannya pasti banyak yang nyelekit. Kalo kata Sila mah "jadi cewek tuh Jan anggun-anggun, nanti gampang di manfaatin ama orang lain."
"Eh Sila kamu udah pulang sayang?" Seorang wanita berusia 31 tahun beserta wajah ayu nya datang menghampiri Sila.
"Kalo gue belum pulang gue gabakal ada di sini." Sila berujar ketus kepada Kirana. Yang di yakini ibu tiri Sila sembari berjalan menaiki anak tangga.
"Sila! Jaga sopan santun kamu!" Sahut Bagas, Ayah kandung Sila.
"Kamu di sekolah belajar apa aja? Apa sama sekolahan, kamu ngga di ajarin gimana caranya berkomunikasi kepada yang lebih tua?"
"Udah mas, gapapa. Mungkin Sila emang belum bisa nerima aku sebagai ibu sambungnya."
"Iya! Aku ngga bakalan bisa Nerima kamu, sampai kapan pun itu!" Tegas Sila.
"Sila!" Bentak Bagas.
"Apa?! Papah mau bilang ke Sila kalo Sila ngga di ajarin tata krama sama pihak sekolah?! Iya?!"
"Sila di ajarin gimana caranya berkomunikasi kepada orang yang lebih tua. Tapi, Sila tau, mana yang harus Sila sopan-in dan mana yang ngga!" Tegas Sila, sembari berlalu pergi dari hadapan mereka ber-dua.
***
"Assalamualaikum Ravin yang gantengnya sejagat raya, tiada yang menandingi. Sudah pulang dari schooling yang amat menjengkelkan, sekaligus menyenangkan," Teriak Ravin begitu ia menginjakan kaki kedalam rumah.
"Ini red carpet nya mana woi?! Pangeran dateng kok ga di sediain red carpet sih!" teriak Ravin kembali.
"Astagfirullah Ravin, kamu kenapa sih teriak-teriak. Berisik tau gak?! Ini rumah bukan hutan. Lagian ga enak juga sama tetangga, nanti tetangga ngira kita tuh keluarga gila, gimanaaa?!!" seorang wanita paruh baya berteriak sembari menuruni anak tangganya, menghampiri putra sulungnya yang amat ia sayangi.
"Lha? Itu Bunda juga teriak-teriak! Malah nyalahin Ravin pula!"
"Itu lain cerita. Kalo bunda boleh teriak-teriak di rumah ini, kalo kamu jangan!"
"Bunda pilih kasih ah, ga asik. Ravin gasukaa, lagian mana bisa gitu bunda, Ravin juga kan peng-,"
"Ya Allah kalian ini kenapa sih teriak-teriak, hah'? Sakit telinga Oma ngedengerin suara kalian yang setara kaya toa," wanita paruh baya datang menghampiri mereka berdua.
"Itu oma juga teriak-teriak!" Teriak Ravin dan Citra kompak.
"Kalo Oma ga teriak suara Oma ngga bakal kedengeran," geram Oma Lisa.
"Yamaap Oma," serentak Ravin dan Citra kompak. Lagi.
"Bunda apa sih dari tadi ngikutin Ravin mulu?" Tanya Ravin kesal.
"Enak aja kalo ngomong. Buat apa bunda ngikutin kamu, ngga guna tau gaa?! Yang ada kamu yang ngikutin bunda!" balas Citra ketus.
"Buat apa Ravin ngi- ."
"Udah stop kalian jangan adu mulut, Sekarang kamu," Oma Lisa menatap Ravin tajam.
"Masuk kamar terus mandi, badan kamu udah bau tape busuk tau ga?"
"Dan kamu Citra."
"Cepetan lanjutin masaknya."
"Apaan sih Oma badan Ravin wangi tau," kesal Ravin tak terima.
"Iya-iya badan Ravin wangi kok, wangi got yang ada di depan komplek. Sekarang cepetan kamu mandi, terus langsung kebawah,"
"Iya Oma," serentak Ravin dan Citra kompak.
"Apasih Bunda ngikut in Ravin mul-uu. E-eh Oma i-ya Ravin masuk kamar dadahhh,"
"Oma Jan melotot ke Ravin Mulu dong, Nanti cantik nya ilang,"
"Yaudah ya Ravin masuk kamar dadahhh," Ravin berpamitan sembari berlari terbirit-birit.
"Citra kamu ngapain masih disini?" Oma Lisa menatap Citra tajam.
"Eh iya Citra mau ke dapur dulu ya dahh," Citra berlari terbirit-birit sama hal nya seperti Ravin.
"Astaghfirullah ga anak ga emak nya sama aja,"
"Hadehhhh pusing pala berbie," Oma berujar sembari berjalan menuju dapur.***
Begitu sampai kamar, Sila langsung melemparkan tas nya kasar ke sembarang arah. Ia muak, ia lelah! Haruskah setiap hari Sila bertemu dengan perempuan itu? Tak bisa kah Kirana pergi dari rumahnya? Apa harus Sila yang pergi dari rumah ini? Tapi, ia tidak akan bertindak bodoh! Rumah ini milik Sila, sampai kapan pun!
"Bangsat lah!" Umpat Sila.
"Belain aja terus iya belain, Sampe belain lagi, belain terus Jan Sampe ga di belain. Iya belain aja terus sampe ga di belain, belain lagi aja nanti juga di belain kalo dah di belain, belain lagi, Sampe berenti ngebelain, kalo ga berhenti ya belain lagi Sampe kelar di belain-nya. Ntar juga gabakalan berenti ngebelain nya bakalan di belain ampe mampus!" racau Sila tak jelas.
"Ga jelas amat hidup gue njir,"
"Kalo kata Ravin mah ruwet kek benang kusut,"
"Ebuset, ngapa gue jadi bawa-bawa bocah tuyul itu,"
"Dahlah males!"
***
Ini otak aku lagi macet jadi ceritanya amburadul giniii huwaaa😭
KAMU SEDANG MEMBACA
My Princess Priscilla
Fiksi RemajaFollow sebelum baca💞 *** "Kalo lo Ravin, Gue tetep jadi Sila. Sila yang nggak suka sama lo, Sila yang gak bisa nerima lo, dan Sila yang gak pernah ngarepin lo hadir di hidupnya." ujar Sila penuh penekanan sembari me...