3.Masalah baru

41 7 1
                                    

Aku bisa berharap, tetapi fakta selalu membuatku tersadar, bahwa semua itu ketidakmungkinan yang harus aku akui. -Tanisha Zuhaira


*****

Setelah aku merapikan pakaianku Ara datang kepadaku untuk mengajaku makan malam bersama. Dan akhirnya aku turun kebawah bersama dengan Ara. Terlihat dimeja makan Tante Karina tersenyum padaku. Dan disebelahnya juga terdapat Agam yang tengah menyantap makanannya dengan wajah datarnya.

Sekilas Agam melihat kearahku Sehingga kedua mata kami bertemu tetapi itu tidak lama karena dia mengalihkan penglihatannya ke arah lain.

"Tanisha ayo duduk, kita makan sama-sama." ucap Tante Karina sembari menggelar kursi yang akan aku duduki.

Aku duduk tepat didepan Agam. Terlihat dari ekspresi wajahnya dia tidak nyaman duduk dihadapanku. Aku mencoba menyantap makananku dalam kesunyian.

"Tanisha apa kabar papa kamu, bagaimana pekerjaannya?." tanya pria paruh bayah yang duduk disebelah Tante Karina. Dia suami Tante Karina, om Bram.

"Baik kok om, dan sekarang papa sedang mengurus cabang perusahaannya di Belanda." ucapku pada om Bram. Tante Karina tampak tersenyum dan Agam, dia hanya diam menyantap makanannya.

"Oh iya, Tanisha dan Agam satu sekolah kan? Kalau begitu besok kalian perginya barengan aja ya." ucap om Bram yang berhasil membuat Agam meletakan sendoknya kasar.

"Gak pa, aku gak mau. Dia kan bisa pergi sendiri." bantah Agam pada papanya itu.

"Agam, kalau perginya sama kamu kan jauh lebih aman." ucap Tante Karina kepada Agam.

"Om tante, gak papa kok nanti aku bisa naik taksi aja perginya." ucapku kepada mereka.

"Gak Tanisha mulai besok kamu harus pergi ke sekolah sama Agam." ucap om Bram tegas "Dan Agam, jika kamu nolak papa akan sita motor kamu dan uang jajan kamu akan papa potong." Lanjut om Bram penuh ancaman kepada Agam.

Aku terdiam dan Agam, dia terlihat marah. Aku benar-benar merasa bersalah. Dan tiba-tiba Agam pergi meninggalkan meja makan dengan ekspresi wajah tak suka.

Setelah selesai makan malam aku memutuskan untuk ke kamar. Entah mengapa Setelah merapikan pakaianku aku merasa sangat letih dan memutuskan untuk membaringkan tubuhku sembari membaca novelku yang belum sempat ku selesaikan. Dan tanpa sadar aku tertidur pulas.

*****
"Pagi ma pa." ucap Agam sontak membuat semuanya menoleh kearahnya. Dia tersenyum kepada semua yang ada dimeja makan kecuali aku. Aku sadar bahwa dia tidak menyukai aku ada disini oleh sebab itu dia bersikap seperti itu padaku.

"Pagi sayang, ayo sarapan sama-sama." jawab Tante Karina pada Agam.

"Gak ma aku langsung pergi aja nanti aku bisa sarapan disekolah." ucap Agam sembari merapikan seragamnya. Aku akui dia benar-benar tampan. wajar jika dia banyak disukai oleh para kaum hawa disekolah.

"Agam kamu gak lupa dengan perbincangan kita semalam kan." tanya om Bram pada Agam.

"Aku inget kok pa tenang aja." Ucap Agam dengan raut wajah masam.

"Dan aku lakuin ini juga terpaksa karena ancaman papa." lanjutnya memalingkan wajahnya kearahku sinis. Aku hanya diam dengan ucapannya. Aku benar-benar merasa tidak enak karena hal ini.

"Bagus kalo gitu." ucap om Bram tersenyum miring.

"Pa ma aku langsung berangkat ya."ucap Agam sembari menyalimi kedua orang tuanya. Dan berjalan keluar, Aku hanya menyusul dari belakang. Aku benar-benar gugup entah apa yang aku lakukan nanti jika penghuni sekolah sampai tahu aku pergi ke sekolah bersama dengan idola mereka. Ah sudahlah aku bisa mengatasi ini.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang