7.Pengakuan yang menyakitkan

53 4 3
                                    


Tanisha POV

Aku tengah membersihkan dapur yang sedikit berantakan. Tak lama Bik Arsi datang dengan berlari kecil menghampiriku. Aku pun melihat kearahnya.

"Ada apa Bik." Tanyaku pada Bik Arsi.

"Gak papa non, sebaiknya non kembali ke kamar aja deh, biar bibik aja yang beresin." Jawab bik Arsi.

"Gak usah bik, biar saya aja. Bik Arsi pasti udah capek, lebih baik Bik Arsi istirahat aja."

"Udah non ini udah kewajiban bibik, lebih baik non kembali ke kamar."

"Oh gitu, ya udah bik tapi ini beneran gak papa."

"Gak papa kok non biar bibi aja."

Aku pun membersihkan tangan dan merapikan pakaianku. Dan sedikit menjauh dari Bik Arsi.

"Eh tapi Bik gimana aku kekamarnya, nanti teman-temannya Agam liat aku." Ucapku menghentikan langkah.

"Aduh iya ya non, gimana ini." Jawab bik Arsi bingung.

"Oh gini aja, nanti bibik aja dulu yang jalan kesana kalau teman-temannya Agam masih fokus makan kamu baru bibik panggil ya non."

"Gitu ya Bik, ya udah."

Bik Arsi pun berjalan didepanku, melihat keadaan sekitar tetap aman agar aku tidak dilihat oleh Bima ataupun Reynan. Awalnya semuanya aman sampai tiba-tiba aku merasa ada yang melihat kearah kami.

"Tanisha." Teriak Bima membuatku kaget. Semua melihat kearahku. Aku sedikit tersenyum untuk menghilangkan rasa maluku.

"Lo disini? Ayo ikut makan." Lanjutnya membuatku bingung, aku melihat Agam sekilas. Dia menunjukkan ekspresi tak suka padaku.

"Oh..em gak usah, aku tadi udah makan di dapur." Ucapku menolak ajakannya.

"Udah ayo sini. Bareng kita." Paksanya menghampiriku dan mengajaku bergabung bersama mereka. Dengan terpaksa aku pun ikut duduk. Aku sudah keringat dingin ditambah lagi raut wajah Agam begitu masam kepadaku.

"Kenapa lo bisa disini Tanisha?." Ucapnya penasaran. Aku terdiam.

"Waduh bro, Lo berhutang penjelasan buat kita nih." Lanjutnya mengalihkan wajahnya kepada Agam.

"Sebenarnya hubungan kalian tuh apa sih?. Gue jadi penasaran, kenapa Tanisha bisa ada dirumah lo?" Tanya Bima kepadaku dan Agam. Aku benar-benar bingung mau jawab apa.

"Hm kit..kita itu--."

"Oke akan gue kasih tahu yang sebenarnya." Ucap Agam memotong perkataanku.

"Dia tinggal dirumah gue, orangtuanya nitipin dia ke orangtua gue selama beberapa bulan disini. Sekarang lo semua puas kan" Lanjut Agam ketus.

"Oh itu sebabnya Lo selalu bareng Tanisha ke sekolah." Jawab Reynan.

"Iya itu karena gue terpaksa. Gue diancam bokap gue." Agam memang mengatakan yang sebenarnya tetapi mengapa aku begitu merasa sesak saat dia mengatakan ini terpaksa. Itu memang kebenarannya tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku sendiri bahwa aku begitu kecewa dengan ucapannya

Aku sangat berharap dia tidak menunjukkan kebencianya juga kepadaku dihadapan teman-temannya. Tetapi kenyataannya dia melakukan itu, itu benar-benar menyakitiku.

"Kenapa lo baru bilang sih Gam kalo ada bidadari cantik kayak gini dirumah lo, ah lo gak asik. Kalo gue tahu gue bisa cakep cakepan dulu tadi kesininya." Ucap Bima pelan kepada Agam tetapi suaranya masih bisa aku dengar dengan jelas.

"Mau gimana juga muka lo udah dari lahir kayak gitu gak bisa diubah." Ketus Reynan kepada Bima yang ada disampingnya.

"Gue bacanda kali, sirik amat lo Rey. Gue tahu kok gue ganteng ya wajar kalo lo sirik sama gue." Balas Bima dengan penuh percaya diri.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang