8.Langkah awal

24 4 1
                                    

Setelah mendengar keadaan tanisha dari mama. Entah mengapa sisi lain dari diriku merasa kalau apa yang aku lakukan pada Tanisha itu sedikit keterlaluan. Dan entah mengapa, sekarang aku sedikit merasa bersalah. Ya hanya sedikit. Karena menurutku, apa yang aku lakukan itu sudah benar. Dan akan ku lakukan segala cara agar dia bisa pergi sejauh mungkin dari kehidupanku secepat mungkin.

"Gam." Teriakan dan gebrakan meja membuatku kaget dari lamunanku

"Cak'elahh melamun aja. Melamunin apa Lo? Hutang? Tenang aja, hutang Lo sama gue bisa lo bayar kapan aja kok, gak usah dipikirin kali." Ucap Bima sembari duduk di sebelahku.

"Apaan sih lo, jangan sotoyy. Sejak kapan gue punya hutang sama lo?!" Jawabku kesal.

"Ya enggak ada sih hehehe, Abisnya pagi pagi gini melamun."

"Eh tadi gue liat Tanisha duduk dibawah pohon sudut lapangan sendirian, melamun sambil bolak-balikin buku gak jelas gitu, kayaknya dia lagi ada masalah, mukanya kusut banget tapi masih cantik sih." Aku seakan tak peduli dengan ucapan Bima tetapi aku masih bisa mendengarnya "Gue heran kenapa kalian melamun diwaktu yang bersamaan. Atau masalahnya ada hubungannya sama lo?." Tanya Bima mendekatkan wajahnya kearahku.

"sok tahu lo." Ketusku geram Bima betul-betul membuatku kesal.

"Eh mau kemana lo."

"Kantin. Sakit kuping gue denger omong kosong lo."

"Yaelah nanya gitu doang."

"Woy Tunggu!! gue juga mau ikut." Lanjut Bima berlari kecil menyusulku.

*****
"Halo kak Agam."

"Uughh,, kak Agam sama kak Bima ganteng banget."

"Aduh calon imam gue."

"Astaga my boyfriend."

Ucap beberapa siswi kepadaku dan Bima yang berjalan menuju kantin. terdengar berlebihan, tetapi itulah kenyataannya.

"Gam enak ya jadi orang ganteng, kemana-mana jadi pusat perhatian ehehe." Bisik Bima kepadaku yang tengah berjalan menuju meja kantin.

"Serah Lo." Ketusku padanya.

"Gam Lo mau pesen apa, biar sekalian gue pesenin." Ucap Bima padaku.

"Samain aja sama lo."

"Oh oke."

Aku mengotak-atik handphoneku menunggu Bima membawa pesanannya. Tetapi tiba-tiba aku merasa kantin tampak begitu berisik, seperti artis papan atas yang tengah disoraki para fans dan kebanyakan dari mereka adalah kaum cowok. akupun mencoba memalingkan wajahku ke sekeliling kantin. Aku melihat sosok yang begitu banyak disukai para kaum Adam di SMA ini, tetapi sama sekali tidak denganku. Ya orang itu adalah Salsabila bersama kedua temannya. Sosok yang dalam satu tahun ini selalu mengusik ketenanganku. Ini sebabnya kantin tiba-tiba berisik seperti ini, betul-betul sulit dipercaya.

Aku mencoba tidak mempedulikan mereka dan kembali fokus pada handphoneku. Tiba-tiba aku merasakan seseorang duduk disampingku. Sontak membuatku kaget sekaligus risih.

"Apa-apaan sih Lo."

"Agam, gue cuma mau duduk disini." Jawab Salsabila padaku.

"Banyak meja kosong. Kenapa harus disini?." Ketusku padanya.

"Gue cuma mau duduk sama lo Gam."

"Gue yang gak mau." Ketusku berharap dia segera pergi dari sini.
Tidak ada jawaban darinya, dia hanya diam seakan tak peduli dengan ucapanku.

"Lo pindah atau gue pergi." Lanjutku kesal. Aku sudah kehabisan kesabaran menghadapi wanita ini.

"Lo kenapa sih Gam, setiap gue deketin pasti lo nolak. Gue kurang apa coba?. gue cantik, buktinya semua cowok SMA ini ngejer-ngejer gue."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang