Siang ini sangat terik. Panasnya bahkan serasa membakar tubuh Xiyeon. Keringat semakin deras memenuhi pelipisnya. Dia baru selesai menjalankan tugasnya untuk tampil di acara dadakan yang sekolah buat. Kepalanya pun sudah pusing akibat terlalu bersemangat berteriak ria di tengah lapangan seperti tadi.
Siapa orang yang sudah menaruh jadwal penampilan cheers di siang bolong seperti ini? Xiyeon benar benar ingin menghajar orang itu.
"Xiyeon!" Belum sempat Xiyeon merasakan dinginnya ruang audio visual sekolahnya, namanya sudah keburu dipanggil oleh seorang siswi yang kini tengah berlari menghampirinya. "Ayo liputan," jujur, dia ingin sekali merobek mulut Heejin.
Yang benar saja, dia baru saja menikmati ademnya koridor sekolah, tapi anak itu malah menyuruhnya untuk melakukan pekerjaan yang Xiyeon tahu pasti bertempat di tengah keramaian itu.
Tidak, dia tidak mau, tapi juga tidak bisa menolak. Inilah rasanya ketika kalian memiliki lebih dari satu ekskul. Kalian harus punya tenaga ekstra untuk menjalankan keduanya. Apalagi ketika kedua ekskul itu punya jadwal yang sama. Rasanya ingin membelah tubuh saja.
"Sebentar lagi Jin," balasnya memelas. Setidaknya dia bisa rebahan dan menikmati dinginnya AC walau hanya sebentar. Heejin yang mendengarnya hanya menghela napas. "Sebentar doang kok, nanti gue trak–"
"Deal, yuk!" Heejin adalah manusia tersabar di muka bumi ini. Bayangkan saja, orang sekalem dan sependiam Heejin berteman dengan orang serandom Xiyeon. Ajaib.
"Lo mau pake beginian pas ngeliput?" Tanya Heejin yang hanya dibalas anggukan semangat. Xiyeon sangat bodo amat dengan penampilannya sekarang, yang terpenting ketika semuanya beres dia bisa rebahan plus traktiran dari yang mulia Heejin.
Menghela napas lagi, lalu Heejin memberikan sebuah kamera pada Xiyeon. Dari pada merusak pemandangan, Heejin lebih memilih Xiyeon lah yang merekam.
Mereka pun memulai liputan yang harus dikirim dan dijadikan artikel untuk konten sekolah. Sekolah ini mempunyai ekskul jurnalistik yang menangani majalah sekolah, mading, hingga channel youtube milik sekolah. Selain itu mereka juga mempunya menfess yang bisa dikirim melalui media sosial ekskul tersebut. Tidak lupa dengan rencana pembukaan radio sekolah yang Xiyeon belum tahu tanggal mainnya.
Hampir setengah jam mereka mewawancarai beberapa orang yang hadir, akhirnya Xiyeon berhasil mendudukan tubuhnya di kursi yang berada di koridor.
Tangannya sigap mengipasi wajahnya yang kini semakin banjir dengan keringat. Matanya mulai terpejam, tubuhnya pun dia senderkan pada kursi. Berbeda dengan Heejin yang sibuk mengutak atik kamera yang berada di tangannya.
"Jin, traktirannya?" Tanya Xiyeon pelan. Sungguh dia butuh air sekarang. Rasanya tubuhnya akan mengering sekarang. Heejin yang mendengarnya hanya mengangguk lalu mulai pergi meninggalkan Xiyeon di koridor.
Tidak lama, sebuah botol sudah berada di hadapan Xiyeon. Tunggu, Heejin baru pergi barusan, kenapa ada botol? Apa Heejin punya kekuatan teleportasi seperti punya Kai EXO?! Kalau benar, dia juga mau.
Matanya yang tadinya fokus pada botol di depannya, mulai mengikuti tangan yang memegang botol tersebut. Kenapa tangan Heejin lebih besar dibandingkan biasanya? Dan kenapa sedikit berurat? Apa Heejin sedang suka melakukan work out?
Pandangan Xiyeon pun terhenti pada wajah seorang siswa yang sedang menatapnya intens. "Bang–" hampir saja dia mengeluarkan kata kata mutiara ajaran abang ahklakless nya.
"Nih minum, biar gak dehidrasi," ucapnya pelan, sambil menaik turunkan singkat botol yang dia pegang. "Jangan kegeeran, ini minuman sponsor sem–"
"Siapa yang kegeeran," ya, Jeno kehilangan kata katanya saat Xiyeon membalas ucapannya seperti tadi. Dia benar benar malu sekarang. Rasanya ingin lenyap dari pandangan Xiyeon dan pindah ke Mars. Lihatlah, siapa yang kegeeran sebenarnya.