13

515 23 4
                                    

"Sekarang gw belum mau ngotorin tangan buat wanita jelek kayak lo,tapi nanti  tunggu aja tanggal main gw" Ucapnya dengan senyum sinis "awas aja lu, gw ga akan tinggal diam, gw akan buat lu malu dan mengenang peristiwa itu buat selama lamanya" Batinnya sambil mengeluarkan tawa kecil kejamnya.

"Gw pergi, tunggu tanggal mainya ok" Dia mencengkram dagu ku lalu menghempaskannya. Dia mendekat ke telingaku lalu membisikkan sesuatu"gw ga akan buat lu dan keluarga lu HIDUP TENANG "sambil menekan kata hidup tenang.

" Wanita kejam!"ucapku mulai angkat bicara.

"Apa?"

"WANITA GILA!!" Teriakku.

Plak!! 

Satu tamparan mulus mendarat dipipiku. Perih memang tapi tak seperih hati Mama yang terluka karna keluarga wanita ini.

"Pergilah, aku tak mau melihat wajah busukmu" Ucapku lagi terdengar kasar tapi aku berusaha tak melibatkan diri dengannya kali ini.

"Kau-"

"Kau sudah menamparku bukan, maka hutangku hari ini lunas, pergilah sebelum warga mengusirmu dari sini" Ucapku sambil menahan tangannya yang ingin menamparku untuk ke dua kalinya.

Akhirnya wanita itu pergi dan  seorang pria ber jas hitam dari dalam mobilnya menatapku, dia  tersenyum sinis kepadaku.

"Kau paman" Ucapku pelan dengan nada sinis.

Aku bergegas menemui Mama di rumah dan memastikan keadaan mama baik baik saja, akhirnya aku tiba di rumah dan ternyata mama sudah tidur nyenyak, aku kemudian menaikkan selimut hingga mencapai leher mama.
"Ma lily janji ini yang terakhir kalinya lily melihat mama sedih, lily akan membuat semuanya bertekuk lutut Ma" Ucapku sambil menyibak satu persatu rambut mama yang menutupi matanya.

Drrt drrt.

Ponselku berbunyi dan aku segera mengangkatnya.

"Halo"

"_"

"Baiklah besok saya kesana"

"_"

"Terima kasih"

Semuanya belum berakhir, dan sepertinya inilah awal dari semuanya.

"Pagi ndut" Ucap Axel.

"Pagi Xel"jawabku.

"Udah sehat"tanyanya.

" Alhamdulillah udah Xel"

"Hmm oke, lu ga berterima kasih gitu ke gua"

"Hah iya makasih ya Xel, masalah berobat mama secepatnya gw ganti ya"

"Ih lu kayak sama siapa aja deh, udah ga usah pake ganti ganti segala ndut,tapi bisa di barter sama sesuatu-"

"Apaan Xel, lu jangan macem macem ya ke gw"

Axel lalu mendekatkan tubuhnya kepadaku sangat dekat dan membuatku membesarkan mata karna kaget. Tapi ada sesuatu yang membuatku nyaman, wajahnya, wajahnya terlalu tampan jika terlalu dekat dan lama untuk ku tatap, pasti jika kalian dalam posisiku sekarang, kalian akan salah tingkah bahkan mencair bagai es.

Huff

Lalu Axel sengaja meniup wajahku hingga mataku terpejam sebentar.

"Haha brani juga lu natap gw ly, kalo cewe lain ni pasti udah mencair,hati lu terbuat dari apa sih kok ga cair-cair"

"Maksud lu apaan? " Tanyaku.

Lalu dia kembali mendekatkan wajahnya ke wajahku.

"Ih lu apa apaan sih" Ucapku risih.

"Traktirin gw bakso dong di bawah, gw laper tau gendut, masa lu ga bisa baca wajah gw yang kelaperan sih, ah lu butuh khursus ni biar bisa ngertiin calon  sua-"ucapanya terhenti.

"Apa lu bilang?" Tanyaku kaget.

"Ah-, eng-ngga yaudah ayo ah gw laper"

"Yaudah ayo"ucapku menenangkannya.

" Lu ga makan ly?"tanyanya dengan mulut penuh bakso.

"Gw udah makan tadi,abisin dulu tuh, keselek baru tau rasa lu"ucapku.

"Yaelah calon pacar sendiri di doain keselek"

"Ih siapa sih yang suka sama cowo playboy kayak lu"ucapku sinis agak bercanda.

"Idih, kepincut tau rasa lu, lagian ngapain sih lu nengok kanan kiri, biasanya juga lu nunduk aja"Axel benar biasanya di tempat rame lily suka nunduk karna malu denger ucapan orang orang yang sinis akan bentuk badan lily, namun sekarang entah apa yang menyemangati lily hingga dia tak lagi memperdulikan ucapan orang sekitarnya.

"Hmm ngga gw cuman lagi cari caca"

"Nah gitu dong, lu ga usah malu gw slalu ada kok buat lu" Katanya sambil fokus ke makanannya.

Aku hanya menanggapi dengan senyuman yang mungkin tak terlihat olehnya. "Thanks ya"

"Always" Jawabnya kembali.

Lalu tiba-tiba saja seseorang menarik tanganku hingga membuatku kaget dan hampir saja terjatuh.

"Kak Aldo?, kak lepasin kak" Ucapku sambil berusaha membuka cengkraman tangannya dari pergelangan tanganku.Namun tak di gubrisnya dia tetap menarikmu hingga berada di taman belakang sekolah.

"Nih"ucapnya sambil memberikan sebuah amplop kepadaku.

"Apa ini kak?" Tanya ku.

"Lu dateng besok ke acara ultah gw, dan ambil ini" Ucapnya lagi sambil menyerahkan satu kotak berbungkus kertas merah dengan pita putih di atasnya kepadaku.

"Lu pake besok, gw jemput lu jam 5 sore"

"Tapi kak" Ucapku lalu dia hanya diam dan berlalu pergi begitu saja.

"Ah apa lagi ini, sudahlah aku capek, aku sedang tak ingin berada di keramaian" Gerutuku.

Di lain sisi Aldo tertawa geli melihat semua tingkah lucu lily yang menolak ajakannya, tapi bukan Aldo namanya jika memperdulikan orang lain, bahkan terpaksa untuk sekarang dengan wanita yang membuatnya mengingat masa lalunya.

Aku duduk termenung sambil memandangi kotak di depanku, aku tak ingin mengetahui bahkan membuka kotak itu, aku berpikir kejadian buruk apa lagi yang akan menimpaku jika aku menghadiri pesta itu, aku bingung apaka aku akan datang atau tidak.

"Kenapa sayang? Kamu ada masalah" tanya mama kepadaku.

"Aku tak apa ma, tapi aku hanya bingung apa aku harus mendatangi acara ulang tahun kak Aldo? "

"Pergilah sayang, dia pernah menolongmu bukan, maka ikuti kemauanya"

Aku berfikir sejenak"baiklah ma"ucapku pasrah.

Udah gays, bantu support nya dong, perbanyak votenya, aku ga ada artinya tanpa kalian.

H.R thnks buat yg udah vote, love you😘



Lily StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang