Agreva Agnibrata tidak pernah tinggal di hotel ketika ia berada di London. Karena seringnya ia harus berpergian ke negara Inggris sudah lama Agreva memiliki penthouse di Grand Manor House Wing, Rosewood ketika ia membeli seluruh hotel tersebut untuk kenyamanannya sendiri. Ia lalu mengubah penthouse tersebut menjadi dua lantai untuk kenyamanannya ketika bekerja dan menjadikannya tempat tinggal ketika ia berada di London.
"Dinner?" tanya Agreva kepada Nicola ketika wanita itu turun ke lantai bawah dengan rambut basah dan wajah yang tidak terpuaskan.
"Aku tidak lapar," kata Nicola kepada Agreva dengan sinis.
"Oh, baiklah. Aku akan makan malam sendiri kalau begitu. Agreva meninggalkan Nicola dengan senyum puas di bibirnya walaupun wanita itu tidak tahu kalau sebenarnya ia merasakan hal yang sama. Tersiksa. Ia harus mandi dengan air dingin dan tidak memuaskan tubuhnya sendiri ketika ia mandi tadi. Tidak, aku akan menunggu untuk Nicola, kata Agreva menguatkan dirinya sendiri.
Kalau wanita itu sangat menginginkannya, ia akan memberikan apa yang belum pernah dilihat oleh siapapun di dunia ini hanya untuk Nicola. Agreva yang tersenyum puas sekali lagi berjalan ke ruang makan di ujung lorong.
Pelayan menyajikannya makan malam dan ia berkata untuk menunggu hingga Nicola datang. Dua menit kemudian wanita yang terlihat sangat kesal, marah dan tidak terpuaskan itu memasuki ruang makan dan mencari tempat duduk sejauh mungkin darinya. "Please prepare the lady's dinner," kata Agreva kepada pelayan yang mengangguk dengan sopan.
"Aku tidak makan karena aku lapar."
"Ya, tentu saja. Kamu makan karena kamu tidak terpuaskan."
"Agnibrata!"
"Maarav?"
"Aku sangat kesal kepada kamu," kata Nicola.
"Ingat sewaktu kita kecil dan kamu memaksa untuk berenang di telaga kecil milik keluarga kamu di Zurich? Dan aku tidak mengizinkan kamu dan menangis sampai kedua orangtua kita berpikir kamu telah memukul aku?"
"Ya, kamu cengeng," kata Nicola. Lalu Nicola bertanya, "Apa hubungannya semua ini dengan apa yang baru saja kamu lakukan...."
"Apa yang kamu lakukan kepadaku," balas Agreva. Dengan santai pria itu memakan salad-nya dan Nicola mendengarkan pria itu, "Aku seperti anak kecil di telaga itu malam hari ini, Nic."
"Kamu tidak menangis."
"Oh, apa kamu tahu alasan aku menangis sebenarnya? Karena aku takut melihat kamu berenang di telaga yang sedingin es dan pada saat bersamaan aku takut mengecewakan kamu."
...
...
"Kamu tersenyum puas melihat aku—tadi..."
"Ya, karena aku tidak mau kamu berenang di telaga yang sedingin es, Nic. Menikahlah denganku," kata Agreva kepada Nicola. "Menikahlah denganku dan aku akan menyelesaikan apa yang tadi aku tidak selesaikan."
"You're unbelievable," kata Nicola kepada Agreva.
"Firenze adalah kota yang sangat indah untuk menikah Nicola. Just you and me?"
—
Firenze, Italia.
Armando Fergani, general manager Four Seasons Firenze, Italia menunduk ketika Agreva Agnibrata memasuki pelataran hotel. Armando memastikan dasinya tidak miring dan berjalan bersama pangeran yang sudah selangkah di depannya. "Nic?" Pria itu bertanya kepada wanita disebelahnya.
Nicola Maarav. Armando tahu siapa wanita itu. Anak perempuan satu-satunya dari Benjamin Maarav mantan Presiden Indonesia dan Georgina Maarav, Chairman of the Cardiac Surgeon Association dan juga dokter bedah jantung yang terkemuka—konon katanya, Georgina adalah satu-satunya wanita yang diperbolehkan pemerintah Korea Utara untuk memeriksa tubuh presidennya. Nicola Maarav bukan hanya cantik dari luar, tapi ketika ia menyamai langkah dengan sang pangeran mahkota dan berkata dalam bahasa Indonesia, "Jalannya ya kamu jangan cepat-cepat." Walaupun Armando tidak tahu apa yang dikatakan Nicola, ia melihat mimik wajah sang pangeran yang tersenyum dan berhenti untuk menunggu wanita itu.
"Maaf," kata Agreva kepada Nicola. Senyum hangat yang hanya diberikan kepada wanita itu. Ia saja tidak mendapatkan senyum dari sang pangeran!
Nicola memukul bahu sang pangeran dan Armando mengedipkan kedua matanya. Wanita ini, berani sekali! Tentu saja, ia tahu kenapa sang pangeran terlihat seperti pria yang takut akan istrinya—pria itu sedang jatuh cinta.
"Royal suite Anda sudah siap, Yang Mulia," kata Armando dalam bahasa Inggris.
"Terimakasih," kata Agreva dan membiarkan wanita yang telah membuat Armando tidak terlihat sama sekali berjalan terlebih dahulu di depan mereka. "Apa kamu mau makan siang atau beristirahat terlebih dahulu?" tanya Agreva kepada Nicola.
"Jalan-jalan," Nicola tersenyum kepada pria itu. "Aku sudah lama tidak ke Firenze. Sepertinya tidak ada alasan aku pergi kesini lagi, sampai sekarang—tentunya dipaksa oleh kamu."
"Aku memaksa?" tanya Agreva bercanda.
"Ya, untuk apa kita ke Firenze?"
"Untuk menikah," kata Agreva dengan serius. Dan sekali lagi wanita itu melarikan diri dengan berpura-pura tidak melihatnya.
Agreva berkata kepada Armando ketika Nicola tengah melihat sebuah patung marmer besar berwarna putih di tengah lobi hotel yang dihias oleh berbagai macam bunga liar, "Saya tidak ingin siapapun untuk mengganggu kami kecuali untuk mengantarkan makanan ke kamar."
Perintah sang pangeran membuat Armando dengan sigap menunduk dan berkata, "Tentu saja Yang Mulia."
"Saya juga perlu satu hal lagi," kata sang pangeran.
"Apa saja, Yang Mulia."
"Nenekku meninggalkan cincin...."
—
"Ap-Apa yang kamu lakukan?" tanya Nicola ketika Agreva dihadapannya tengah membuka kemeja pria itu dan melepaskannya.
"Untuk seseorang yang dengan mudah membuka bajunya sendiri kemarin malam di London seharusnya kamu tidak terkejut ketika aku yang membuka baju. Aku ingin mengganti kemejaku dengan kaus, Nic. Apa tidak boleh?"
"Lakukan saja di kamar mandi!" kata Nicola yang sudah membalikkan tubuhnya. "Apa Royal Suite ini tidak ada kamar lain? Ya, Tuhan, aku akan tidur di sofa saja malam ini," Nicola menambahkan dengan panik.
Agreva tertawa dan mengganti kemejanya. Ketika ia melangkah ke ruang tamu dan menemukan Nicola tengah menunduk berusaha untuk tidak melihatnya ia berkata, "Aku sudah berpakaian, Nic."
"Ya, bagus. Tidak sebagus itu tubuh kamu, tahu nggak?" Nicola membenarkan kacamatanya dan Agreva kembali tertawa. "Jalan-jalan?"
"Ya, ayo kita pergi jalan-jalan Nicola."
"By the way, kenapa kamu ingin ke Firenze? Kalau ke London adalah untuk pembukaan galeri yang tidak jadi kamu hadiri, apa di Firenze kamu adalah pembukaan galeri lainnya?"
"Hmm?" Agreva berpura-pura tidak tahu.
"Hmm? Hmm, itu bukan jawaban tahu."
"Aku tidak tahu," Agreva menaikkan kedua bahunya. "Firenze kota yang indah, itu saja."
![](https://img.wattpad.com/cover/211602022-288-k256223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It Only Happens When I Dance With You | Kanaka No. 1
RomanceTELAH DITERBITKAN (PENERBIT: BUKUNE PUBLISHING) IT ONLY HAPPENS WHEN I DANCE WITH YOU. © 2020, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyrig...