BAB DUA

18.9K 2.3K 110
                                    

Blog Post #47: "Dalam Akhir Cerita Ini... Kamu Akan Jatuh Cinta Kepadaku"

Ditulis oleh Anarghya Senja

"Aku tidak bisa menikah dengan kamu," jawab Anarghya terhadap lamaran Agreva kepadanya. "Aku serius, Agreva. Aku tidak akan pernah menikahimu sekarang atau selamanya."

Agreva menatapnya dengan serius dan bertanya, "Apa karena aku pangeran?"

"Karena kamu pangeran aku tidak akan membiarkan kamu menikahi aku. Wanita seperti aku tidak pantas menikahi kamu."

"Wanita seperti kamu? " Agreva membalas, "Wanita seperti apa yang kamu maksud?"

"Wanita biasa yang tidak datang dari keluarga kerajaan."

"Ibuku tidak datang dari keluarga kerajaan, Anarghya."

"Tapi beliau datang dari keluarga Tjahrir. Aku... keluargaku... sama sekali tidak memiliki uang Agreva. Peningset* apa yang akan ayahku berikan kepadamu Agreva?"

"Kamu," jawab pria itu. "Kamu cukup."

"Anaka," panggil Agreva ketika perempuan yang tidak mau mengakuinya sebagai teman berjalan keluar dari kelas tanpanya. "Tunggu."

Anaka ingin berlari ketika Agreva memanggil namanya, tapi ia tidak bisa melarikan diri karena Agreva menyamai langkahnya. "Mau apa sih lo?" tanya Anaka kepada Agreva.

"Ke kantin. Makan."

"Ya udah, pergi sendiri aja."

Agreva tersenyum seakan-akan ia sama sekali tidak merasa terganggu dengan kata-kata Anaka kepadanya. "Gue mau pergi sama lo ke kantin."

"Gue nggak mau."

"Berikan gue satu alasan dan gue akan pergi sendiri ke kantin."

"Karena gue tidak menyukai lo, Agreva."

"Oh jadi sekarang kalau ke kantin harus sama orang yang kita sukai?" tanya Agreva yang dapat membalas Anaka dengan kata-katanya yang membuat perempuan itu tersipu malu.

Anaka tidak membalas Agreva dan berjalan lebih cepat berharap ia dapat meninggalkan pria itu. Tapi Agreva terus megikuti dan terus berbicara kepadanya, "Apa gue ketinggalan banyak?" tanya pria itu.

"Ketinggalan apa maksud lo?" tanya Anaka dengan galak.

"Ketinggalan pelajaran Anaka."

Anaka menatap sebal kepada Agreva, "Lo mau ketinggalan seluruh tahun pelajaran pun, kita semua tahu kalau lo tetap akan menjadi nomor satu di sekolah ini. Agreva Agnibrata, siswa paling pintar di sekolah ini, tidak perlu belajar, tidak perlu melakukan apapun, tetap akan menjadi nomor satu."

Agreva tersenyum, kali ini senyumnya bukan untuk mengejek kata-kata perempuan itu, tapi ia tersenyum karena sebenarnya apa yang Anaka katakan sama sekali tidak benar, "Maaf, tapi lo salah."

"Maksudnya?"

Agreva menjawab, "Gue belajar Anaka. Setiap kali gue harus pergi bersama dengan ayah gue dan melakukan tugas kenegaraan, gue akan tetap belajar untuk tidak ketinggalan. Anaka, not everything in this life came easy for me. Seperti contohnya sekarang, gue ingin pergi ke kantin dengan lo. Lo membuat hidup gue susah karena lo tidak ingin pergi bersama gue."

Kali ini Agreva dapat melihat pipi Anaka dengan lebih jelas memerah karena kata-katanya, "Kita hanya punya dua puluh menit lagi. Gue lapar."

Mereka berjalan ke kantin dengan semua mata menatap, tidak ada satupun siswa yang tidak membicarakan kedatangan Agreva Agnibrata, mereka semua terpaku menatap sang pangeran mahkota berjalan dengan Anaka Anjani. "Mau makan apa?" tanya Agreva kepada Anaka.

"Mie ayam," jawab Anaka yang sudah berjalan ke arah Bang Indgra yang menjual mie ayam terenak di seluruh Ttagiantabiantara. Agreva kembali menyamai langkahnya dengan Anaka dan berkata, "Gue juga mau mie ayam."

"Disini ada berbagai macam makanan yang bisa lo pilih, dan lo memilih untuk makan makanan yang sama dengan gue," Anaka berkomentar dengan sinis. "Bang Indgra, dua mie ayam ya!" Anaka berusaha untuk memesan mie ayam untuknya dan Agreva

Agreva tersenyum sekali lagi, walaupun Anaka berkomentar pedas mengenai pilihan makanannya, perempuan itu masih memesankannya seporsi mie ayam. "Thank you. Lo mau minum apa? Gue yang akan beli."

"Air," jawab Anaka.

"Oke, gue akan cari lo. Duduk aja dulu."

Anaka tidak menjawab dan mencari tempat duduk terdekat. Asisten Bang Indgra biasanya akan mengantar mie ayam kepada siswa-siswa yang sudah memesan dan Anaka tidak perlu khawatir. Anaka menemukan dua kursi kosong dan mendudukinya. Ia tidak menyadari kalau semua orang sedang menatapnya karena Agreva berjalan kearah dirinya membawa dua botol air yang baru saja pria itu beli. "Berapa?"

"Nggak usah," Agreva menaruh sebotol air dingin di depan Anaka.

"Nggak mau, namanya nanti gue ngutang."

"Gue janji nggak akan menagih hutang sebotol air kepada lo, Anaka."

Mie ayam yang mereka pesan tidak lama kemudian datang, "Wah, saya tidak tahu kalau Raden Mas akan memakan mie ayam saya hari ini. Raden Mas saya akan membuat ulang kalau begitu—"

Agreva menolak dengan halus, "Bang, tidak usah. Saya sudah sangat lapar. Pastinya mie ayam Bang Indgra sangat enak."

"Raden Mas saya benar-benar tersanjung."

"Terimakasih Bang," Agreva mengeluarkan selembar uang dan memberikannya kepada Bang Indgra yang menaruh dua mangkuk mie ayam di meja. "Ini untuk Bang Indgra, tidak usah dikembalikan."

"Raden Mas saya berterimakasih banyak," Bang Indgra pergi dengan senyum bahagia.

"Ayo makan," Agreva berkata kepada Anaka.

"Lo... yakin?" tanya Anaka. "Kalau lo sakit perut gimana?"

"Sekarang lo peduli sama gue?" tanya Agreva kepada Anaka.

"Nggak peduli. Hanya bertanya."

"Tapi pertanyaan lo itu seakan-akan lo peduli. Kenapa sih lo selalu menyangkal semuanya dari gue, Anaka? Ada apa dengan gue?" tanya Agreva kepada Anaka.

"Nggak ada. Yauda, makan sana mie ayamnya."

Anaka lalu menambahkan, "Gue hanya nggak suka menjadi pusat perhatian Agreva. Lo adalah pusat perhatian semua orang dan gue tidak mau menjadi bagiannya."

Agreva yang baru saja akan memakan mie ayamnya, menaruh kembali sumpit yang ia pegang dan berkata kepada Anaka, "Maaf. Gue kira lo tidak peduli dengan semua ini. Gue kira lo satu-satunya orang yang melihat gue sebagai Agreva Agnibrata. Tanpa embel-embel. Gue salah, Anaka?"

___________

*Peningset adalah kata dalam Bahasa Jawa yang berarti pengikat. Pengikat bagi pasangan yang akan segera menikah biasanya dengan bertukar mahar—berupa emas, logam, ataupun barang-barang lain yang sesuai dengan tradisi dan daerah asal pasangan. 

It Only Happens When I Dance With You | Kanaka No. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang