BAB 94

10K 1.6K 237
                                    

"Maksudnya kamu main sulap?" tanya wanita itu dengan pertanyaan konyolnya.

Agreva dengan kesal menjawab, "Aku akan benar-benar menyulap kamu menjadi Kodok Bulat kalau kamu tidak mengerti juga apa yang aku maksud. Aku ingin menikah dengan kamu Nic."

Agreva yang sudah cukup lama berlutut berkata, "Dan kamu sedari tadi sama sekali tidak melihat cincin yang aku beli."

"Tunggu, tunggu, bagaimana kamu tahu kalau aku selama ini...."

"Membohongi aku?" balas Agreva.

Agreva lalu membalas, "Armando—kasihanilah pria itu, membantuku mencarinya kemarin malam. Ia memegang lampu senter semalaman."

"Semalaman?" tanya Nicola.

"Ya, dan tidak ketemu. Aku menelepon nenekku...."

"Dan Jacqueline memberitahumu?" Nicola tersenyum puas mendengar kebodohan yang dilakukan Agreva kemarin malam mencari cincin tersebut. "Pantas kamu tidak bangun untuk sarapan pagi ini."

Agreva mengangguk dan bertanya kepada Nicola, "Apa sekarang aku harus berlutut semalaman untuk kamu lihat cincin yang aku beli?"

"Satu pertanyaan lagi, apa cincin ini kamu beli karena kamu tidak menemukan cincin Jacqueline? Betapa kamu sangat siap, ya," Nicola berkata kepada Agreva.

Agreva tersenyum dan senyum hangat pria itu membuat Nicola mengerutkan dahi. Seolah-olah pria itu menang, seolah-olah pria itu selalu benar, pria itu menjawab, "Lucu Nic, ini cincin yang aku beli ketika aku memutuskan untuk membuat pertunangan kita serius. Lalu kamu menolak aku. Kamu menolak aku dan mengatakan kamu tidak menginginkan pertunangan itu."

"Dan kamu jatuh cinta kepada Anaka."

"Ya, aku kira prosesnya seperti itu Nic. Lututku mulai sakit Nic, apa kamu akan membiarkan pangeran mahkota untuk terus berlutut."

"Ya," kata Nicola tersenyum.

Ketika Agreva mengerutkan dahinya, Nicola menunduk dengan mudah dan mencuri ciuman dari bibir pria itu, "Oops."

"Apa yang...." Agreva tidak bisa berkata-kata dan karena pria itu terlalu lama berlutut, ia terjatuh kebelakang membuat Nicola yang dengan spontan membantunya ikut terjatuh kebelakang juga. Agreva memeluk tubuh wanita itu sambil meringis kesakitan. "Nic, sepertinya tulang rusukku patah."

Nicola yang sudah berada di bawah pria itu meringis kesakitan juga dan berkata, "Aku juga sepertinya mematahkan tulang rusukku."

Agreva tidak bergerak dan tangannya masih memeluk wanita itu, sementara tangannya yang lain masih memegang cincin yang sama sekali belum dipasang wanita itu di dalam kotaknya.

"Apa kamu tidak akan melepaskan aku?" tanya Nicola yang merasakan tubuh Agreva dibawahnya. "Nanti dada kamu kempes dan perut kamu tidak lagi menjadi roti sobek...."

"Will you," kata Agreva yang sudah berbicara dengannya begitu dekat sekarang, "Just wear the ring already, Nic? Lalu aku akan mati dengan tenang dengan lututku yang sudah tidak bisa kurasakan dan juga tulang rusukku yang patah."

Nicola mengerutkan dahinya, "Kamu tidak akan mati."

Dengan santai Nicola mengambil cincin dari tangan Agreva, mengeluarkannya dari kotak beludru berwarna biru dan memakainya—cincin sapphire lima karat berwarna biru tua sama dengan warna mata Nicola dikenakan wanita itu dan Nicola berkata, "Sudah."

"Tunggu," Agreva mengedipkan matanya tidak percaya. Pelukan tangan pria itu semakin erat karena ia perlu tahu, "Is that a yes?"

"Menurut kamu?" tanya Nicola.

"Nic, jangan bercanda—"

Nicola lalu mencium bibir Agreva, pertama ciuman tersebut seperti kecupan lalu berubah menjadi hal yang lain ketika Nicola memberanikan diri untuk mengekslorasi bibir Agreva. Lalu ketika Nicola tersenyum, Agreva menarik napasnya dan bertanya sekali lagi, "Is that a yes, Nicola?"

"Main sulap dengan kamu, Agreva? Sirkus mana yang harus kita bintangi?"

"Menikah denganku Kodok Bulat. Dasar menyebalkan. Kamu selalu mengelak."

"Apa cincin ini untuk mengikat aku ke dalam pernikahan bersama dengan kamu?" tanya Nicola bertanya memperlama jawabannya kepada pria itu.

"Ya, dan setelah kita menikah sepertinya aku harus mengikat kamu dengan serius di ranjang dan tidak akan pernah memperbolehkan kamu mempermainkan aku lagi. Jadi sekarang jawab aku Nic. Ya? Menikah denganku?" tanya pria itu yang sekarang sudah tidak sabar.

"Tidak di Ttagiantabiantara."

"It's alright, Firenze it is. Besok."

"Besok? Cepat sekali."

"Apa kamu tahu Armando mempunyai izin untuk menikahkan orang?"

"Besok?" Nicola mengerutkan dahinya.

"Ya, besok."

"Aku tidak punya gaun."

"Jadi kamu serius menikahiku?"

"Aku harus mencari gaun."

"Baiklah, kita akan mencari gaun hari ini. Untuk besok."

"Aku ingin memegang bunga."

"Ya, kita akan beli bunga."

Nicola mengerutkan dahinya, "Aku belum berbicara dengan ayahku."

"Benjamin Maarav tahu apa yang kita lakukan, Nic."

"Ayahku memberikan izin kepada kamu?"

Agreva mengembuskan napasnya, bukan karena berat tubuh wanita itu tapi karena kalau Nicola tidak akan berhenti bicara sekarang, ia akan melakukan sesuatu yang seharusnya mereka lakukan hanya ketika mereka sudah menikah. "Nicola kamu harus menjawabku dan sisanya akan kita pikirkan untuk besok."

"Tunggu...."

"Apa sulit bagi kamu untuk menjawab ya kepada aku? Kamu membuat Pangeran Mahkota Ttagiantabiantara menunggu, Nicola Maarav."

...

...

"Aku...." Nicola tidak bisa lagi berkata-kata. "Besok."

"Besok," Agreva tersenyum. Besok, menggantikan kata 'ya' dari bibir wanita itu.

Besok ia dan Nicola Maarav akan menikah. 

It Only Happens When I Dance With You | Kanaka No. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang