"Gia, duduklah."
"Agreva menikah di Firenze!"
"Gia."
"Tanpa kehadiran aku sebagai ibunya!"
"Gia..." Tackie membenarkan letak kacamatanya dan melihat istrinya sangat marah dihadapannya. "Garwaku."
"Jangan panggil aku garwa kamu, Tackie. Aku telah gagal menjadi seorang Ibu. Anak pertama kita telah menikah di Firenze. Aku seharusnya melarangnya...."
"Dan apa?" Tackie menggapai tangan Gia dan menenangkan wanita itu. "Dan apa?" tanyanya lagi. Tackie lalu memeluk wanita itu yang bergemetar dan ia tahu kalau Gia sangat takut.
"Dan apa Garwaku? Mereka sudah bahagia. Ketika Agreva pulang bersama Nicola, kita harus memberikan mereka selamat, tugas kita selesai sebagai orangtua. Biar mereka bangun sendiri kisah, pernikahan, dan rumah tangga mereka. Agreva memang anakku dan anakmu Gia. Ia juga terlahir sebagai pangeran mahkota kerajaan ini."
"Tapi kamu tidak gagal Garwaku. Kalau Agreva memang sudah memilih, kita hanya bisa mengikuti. Lagipula Gia, aku berpikir kalau Agreva telah memutuskan hal yang terbaik dan bukan hanya untuk dirinya tapi juga untuk kerajaan ini."
"Tackie...." Gia menangis dan Tackie memeluknya semakin erat.
"Aku akan membiarkan Agreva untuk menjadi raja tapi keturunan Arya yang akan mengambil tahkta berikutnya—pangeran mahkota atau putri mahkota nantinya, akan menjadi pemimpin kerajaan ini. Arya tentu saja.... Aku tidak tahu Gia, Arya adalah anak kesayanganmu. Aku tidak berharap banyak, tapi aku harap Arya memberikan kita cucu untuk meneruskan kerajaan ini. Tentu saja aku tidak punya pilihan lain selain Arya, karena anak-anak Arviana akan meneruskan tahtkta kerajaan Rusia bersama dengan Derek."
Gia lalu menatapnya, "Tapi Agreva terlahir sebagai pangeran mahkota, Tackie."
"Ya, dan aku tidak bisa mengubahnya, Gia. Tidak ketika ia sangat mencintai Nicola."
"..."
"..."
"Agreva tidak melepaskan tahktanya Gia, ia hanya memberikan tahktanya untuk keturunan Arya," Tackie mencoba untuk menjelaskan kepada istrinya. "Tidak apa-apa Gia. Aku sudah berbicara kepada tetua. Mereka mengerti akan keputusan Agreva. Gia, tidak ada yang berubah, hanya Agreva yang memberikan kesempatan ini kepada orang lain dan bukan anak-anaknya."
"Bagaimana kalau Nicola akhirnya hamil, Tackie? Agreva tidak bisa menarik keputusannya.... Tidak lagi. Tidak seperti Nirankara Garwa yang gagal. Agreva tidak memikirkan masa depannya."
Tackie yang selalu bijak dan bijaksana menenangkan istrinya dan berkata, "Sepertinya kamu salah, Garwaku. Agreva sudah memikirkan masa depannya—bersama dengan Nicola. Kalau Nicola akhirnya memiliki anak, ia sudah memikirkan apa yang ia akan lakukan dengan keluarganya. Hal pertama yang ia lakukan adalah menikah di Firenze. Jauh dari kerajaan ini. Gia, kerajaan ini memiliki banyak hal yang membuat seseorang akan berubah—kamu berubah. Aku berubah. Kita, tidak lagi sama. Agreva tidak melupakan tugasnya, ia hanya memilih untuk melakukannya dengan Nicola bersamanya. Kalaupun mereka dikaruniai anak-anak, kita sebagai kakek dan nenek akan bahagia. That's it."
Gia lalu bertanya kepada Tackie, "Apa tidak ada hal yang membuat kamu marah, Tackie?"
"Aku marah kepada Agreva karena membuat ibunya menangis, that's for sure," kata Tackie mencium kening istrinya. "Aku marah karena Agreva tidak memikirkan kamu sementara kamu sangat menyayanginya."
"Tackie, kamu seharusnya marah karena ia menganggap remeh tahktanya sendiri."
"Gia, keluarga kita dan kerajaan ini adalah dua hal yang berbeda—Anak-anak kita bahagia adalah nomor satu Gia, lalu kerajaan ini. Lagipula aku akan hidup untuk waktu yang sangat lama untuk melihat cucu-cucuku bahagia. Dengan atau tanpa kekuasaan dan nama Agnibrata dibelakang mereka—keluarga ini yang terpenting Gia. Bersama-sama kita pasti bisa."
"I don't deserve you Tackie, kamu selalu memiliki jawaban untuk semua kegelisahanku. Apa kamu tidak capek, Tackie? Kamu selalu benar."
Tackie tersenyum, "Aku tidak selalu benar, Gia. Kamu yang selalu benar."
"Kamu hanya mengatakan kata-kata itu agar kamu tidak perlu tidur di sofa, kan?"
"Bukan, karena aku tahu kamu selalu benar jadi aku memikirkan apa yang kamu pikirkan. Lalu ketika kamu mengatakan hal lain—yang kamu tahu sebenarnya jauh dari kebenaran yang kamu tahu sendirinya—aku akan membantu kamu. Apa kamu mengerti?"
"Jadi kamu membaca pikiranku begitu?"
"Benar sekali, Gia. Terkadang aku salah dan harus tidur di sofa, ya tidak apa-apa. Tapi lebih dari itu, aku yang selalu belajar dari kamu, Garwaku. Aku sangat mencintai kamu."
"Aku tahu. Aku juga sangat mencintai kamu, Tackie."
"Satu hal lagi Gia, Agreva melakukan ini karena ia sangat ingin mempunyai anak dengan Nicola. Ia membiarkan prosesnya berjalan dengan seharusnya dengan cinta. Kalau ia tidak melepaskan kewajibannya untuk memiliki anak yang akan duduk di tahkta kerajaan ini, aku sangat yakin Gia, Agreva tidak akan pernah menikahi Nicola. Ia tidak akan membiarkan wanita itu untuk menduduki kekuasaan yang sangat berat ini sebagai calon ratu Ttagiantabiantara."
"Kenapa?"
Lalu Tackie menunjuk dada kira Gia, "Karena ini."
"Aku tahu anakku sendiri, Gia. Nicola dengan jantung wanita itu, lebih berarti daripada segalanya. Agreva sangat menyadari pentingnya Nicola dan tidak ada yang akan menghentikan anakku untuk menjaganya. Melihat wanita itu hidup dengan jantung yang sehat jauh lebih penting, Gia. That's why. Bagiku, pria seperti itu cukup Gia. Ia adalah anakku yang aku banggakan. Calon Raja Ttagiantabiantara yang tahu apa yang harus ia pertahankan dan apa yang harus ia lepaskan."
"Ia melepaskan takhta untuk keturunannya karena cinta. Sesederhana itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
It Only Happens When I Dance With You | Kanaka No. 1
RomansaTELAH DITERBITKAN (PENERBIT: BUKUNE PUBLISHING) IT ONLY HAPPENS WHEN I DANCE WITH YOU. © 2020, Cecillia Wangsadinata (CE.WNG). All rights Reserved. ========================================================= This work is protected under the copyrig...