Just One Day

6.2K 629 19
                                    

Written by deyssikseu












"Jj-Jaemin!" Panggil pemuda itu.

Pemuda itu menoleh; Na Jaemin namanya.

"Ada apa?" Jaemin menatap pemuda didepannya bingung.

Pemuda itu seketika menahan napasnya saat Jaemin menoleh.

"A-aku," gugupnya.

Alis Jaemin terangkat. "Kau mau apa Renjun?"

Aku merindukanmu. Ah tidak tidak.

"T-tidak, a-aku hanya," Renjun menunjukan tingkah gelagapannya saat Jaemin terlihat sedang berjalan kearahnya.

Jaemin tau, hubungannya dengan si pemuda itu sedang tidak baik. Pemuda mungil di depannya, ah sebut saja Renjun. Hubungan mereka sedang berada di jalan yang tidak seharusnya, karena seorang gadis terlihat sedang menggoda Jaemin, dan Renjun melihatnya.

Sebenarnya Renjun tidak ada niat untuk menghindar dari Jaemin, tetapi atas pemaksaan yang dilakukan oleh sahabatnya; Lee Felix. Maka dengan terpaksa pun Renjun menghindari Jaemin. Dan Jaemin pun tampak tidak peduli dengan sikap menghindar dari Renjun.

"Kau merindukanku?" Renjun yang tadinya menunduk menatap sepatu hitamnya pun dengan cepat mendongak dan menatap tepat pada manik kelam milik Jaemin.

Wajah Renjun memanas, Jaemin yang tidak mendapat jawaban dari pemuda didepannya pun memasang ekspresi datar.

Bola mata Renjun bergetar saat melihat ekspresi yang ia benci terlihat jelas pada wajah pemuda tampan itu.

Dan selanjutnya hanyalah keheningan diantara mereka. Jaemin pun berbalik dan berjalan menjauh dari Renjun.

Renjun yang menyadari kepergian Jaemin pun segera berlari kecil. Saat jarak mereka hampir dekat, dengan cepat Renjun menggenggam jemari Jaemin. Kedua telapak tangan tersebut bersatu tanpa adanya celah. Jaemin hanya menghela napas dan menatap jemari mereka yang bertautan.

Jaemin menatap tepat pada manik Renjun. "Haechan Lee bilang kau akan datang kepadaku dan bilang bahwa kau merindukanku."

Ah, Lee Haechan. Sahabatnya yang lain; selain Felix. Sahabatnya itu memiliki mulut yang ember. Renjun harus memperbanyak kesabarannya jika menghadapi si teman.

"Y-ya. Apa aku boleh merindukanmu?" Renjun bertanya dengan nada kecil. Membuat Jaemin mengerutkan alisnya karena hampir tidak mendengar ucapan pemuda didepannya ini.

"Tentu saja, itu adalah hakmu." Tatapan Jaemin kepada Renjun semakin menunjukan tatapan aneh.

Ah, itu bukan jawaban yang Renjun inginkan. "Apa kau merindukanku?" 

"Kenapa bertanya seperti itu?" Jaemin menjawab dengan suara rendah.

"Kita tidak bertemu selama beberapa hari, kupikir kau merindukanku. K-karena aku me-" ucapan Renjun terpotong saat tiba-tiba Jaemin dengan cepat menjawab, dan membuat Renjun terkejut.

"Ya, aku merindukanmu." Jawabnya singkat.

Renjun hanya diam dan menunjukan ekspresi lucu; mata membulat dan bibir yang terbuka sedikit, dan jangan lupakan warna merah samar pada kedua pipi tirusnya.

Jaemin menarik tangan Renjun kedalam kelas mereka. Entah ada sesuatu atau tidak, kelas mereka sepi saat ini.

Jaemin menarik Renjun kearah kursi miliknya. Mereka tidak duduk bersama.

Jaemin meletakkan kepalanya diatas bahu kiri Renjun saat mereka sudah mendudukan diri mereka dikursi.

Jantung Renjun seketika berdetak semakin cepat dari sebelumnya.

Dengan berani, Renjun menoleh kearah kiri dimana Renjun sedang menyender kepadanya. 

Oh! Jaemin menutup matanya. Ini bukan hal yang baik, bisa jadi seseorang melihat mereka sedang melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan di sekolah. Atau bahkan tiba-tiba bel berbunyi dan menyebabkan teman teman sekelasnya masuk dan semakin memperburuk keadaan. Ini benar benar bukan hal yang bagus!

Sudah 2 menit terlewat; dan itu terasa sangat lama bagi Renjun. Dengan memberanikan diri, ia menyentuh jemari putih milik Jaemin dengan tangannya yang bergetar kecil.

Saat kedua jemari mereka bersentuhan dengan pelan, Jaemin membuka matanya dan melakukan sesuatu yang membuat Renjun terkejut.

"Jika ingin menggenggam atau memainkan jariku lakukan saja, tidak perlu malu." Jaemin menautkan kedua jemari mereka lalu kembali menutup matanya.

Renjun meneguk ludahnya dengan susah payah. Ia merasakan sebutir air keringat mengalir di pelipis kanannya.

Dengan ragu dan senyum kecil, Renjun menggerakan jemarinya yang bertaut erat dengan milik Jaemin.

Melepas tautan jemari mereka. Dan Renjun mulai memainkannya; seperti menulis abstrak diatas telapak tangan Jaemin menggunakan jari telunjuknya.

Terkadang menyatukan kedua tangan mereka, dan Renjun tertawa kecil saat mengetahui jari jarinya terlalu mungil dibandingkan milik Jaemin.

Jaemin yang merasakan bahu yang ia tumpangi bergetar pun mengangkat kepalanya. Dan menatap Renjun dengan raut terkejutnya yang terlihat tampan pada mata Renjun.

Renjun terkejut saat melihat Jaemin yang terbangun tiba tiba. 

Renjun mengerjapkan matanya. "Maaf, aku mengganggumu." 

Renjun mengulum bibir bawahnya gugup saat tidak mendapat jawaban apapun dari pemuda yang ditatapnya.

Lalu perlakuan tiba tiba Jaemin setelahnya benar benar semakin membuat jantung Renjun bekerja keras; Jaemin memeluknya.

"Ya, kau menggangguku. Sangat." Ucapnya pelan dalam pelukan hangat itu.

"Dan aku, mencintaimu tentu saja." Lanjut Jaemin

Renjun hanya mengerjapkan matanya dan menunjukan raut bingung. Mengapa pemuda itu menyatakan pernyataan yang tidak berhubungan dengan pembicaraan mereka?

"Hei, kau tidak mencintaiku juga? Kenapa tidak membalas kalimatku?!" Jaemin menukikkan alisnya dan menatap tajam kepala belakang milik Renjun dan menepuk punggungnya; itu juga kode agar Renjun membalas pelukannya.

Renjun tersentak saat mendengar kalimat bentakan dan tepukan pada punggungnya. Saat ia mengerti maksud dari Jaemin pun ia dengan segera membalas pelukan Jaemin.

"Dengan aku mengucapkan 'aku mencintaimu' atau tidak, kau pasti sudah tahu jawabannya, Na Jaem." Renjun meremas seragam putih milik Jaemin, merasa gugup saat mendengar kalimat aneh itu keluar dari mulutnya.

Jaemin tersenyum saat mengerti arti dari kalimat menggelikan itu. Ia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Renjun. 

Bulu kuduk Renjun merinding, saat merasakan napas hangat milik Jaemin pada leher lembutnya. Dan jangan lupakan dengan ujung hidung Jaemin yang bersentuhan manja dengan lehernya.

Ah, ini adalah moment terbaik mereka selama mereka berhubungan lebih dari teman.

Dan apa yang terjadi pada hubungan mereka selanjutnya? Entahlah, biar mereka dan Tuhan yang tau.




THE END.

Universe - JaemRen Story 🌿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang