Saat lo buta akan kisah percintaan lo. Maka sahabat akan menyadarkan dengan rasa kasih sayang.🎶🎶
Sepulang sekolah pun, Terra mengajak Teman-temannya untuk ke mall. Membuat mereka senang. Lalu menaiki mobil Terra, dan Maya pun ikut bersama. Sedangkan motor Sheril, di taruh di sekolah saja.
Sesampainya di basement. Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan masuk ke mall.
Mereka pun berjalan dengan beriringan, pertama mereka mengunjungi timezone, mereka bermain di sana dengan tawa bahagia. Setelah puas bermain, mereka pun makan, lalu mereka pulang.
Terra melihat sekelilingnya. Lalu ia melihat askesories yang mencuri perhatinnya, dan ia mengajak teman-temannya untuk ke sana. Terra membelikan mereka kalung yang samaan, mereka yang di belikan pun mengucapkan terimakasih. Lalu pulang dengan perasaan bahagia.
Setelah mengantarkan Amaya dan Renata. Kini giliran Sheril yang akan pulang.
"Sudah sampai," ujar Terra, dengan senang. Sheril tidak membuka pintu mobil membuat Terra menoleh dengan raut wajah bingung.
Sheril menatap Terra dengan serius. Membuat Terra yang ditatap seperti itu, menatap Sheril aneh. Tidak biasanya.
"Lo kenapa natap gue gitu banget? Ada belek dimata gue?" Tanya Terra. Tanganya sudah meraba-raba matanya, dan tak ada belek.
"Apa yang lo sembunyiin Ra?" Tanya Sheril, balik. Membuat Terra mengeryit dahibya bingung.
"Sembunyiin apaan si Sher? Gue gak sembunyiin apa-apa," ujarnya, dengan raut wajah yang tidak mengerti, dengan ucapan Sheril.
Dia mengembuskan nafas kasar, dan menatap sendu Terra.
"Maya dan Renata bisa aja gak nyadar kelakuan lo kemarin dan hari ini. Lo aneh... " Tuturnya, menjeda kalimatnya.
"Gue aneh apaan si Sher? Sikap gue kaya biasanya kok," jawab Terra, menyakinkan.
Terra tidak bodoh untuk melihat arah pembicaraan Sheril. Apakah Sheri mengetahui semuanya?
"Jangan bersikap seolah lo baik-baik aja Ra, di depan orang lain. Lo bisa aja menipu mereka dengan raut wajah senang lo, tapi gak dengan gue Ra!" Ujar Sheril, Terra diam mendengarnya.
"Sikap lo dua hari ini aneh. Bukan kemarin dan hari ini aja, tapi udah aneh dua minggu yang lalu! Lo bukan Terra yang gue kenal. Lo beda! Apa yang buat lo sembunyiin ini Ra. Dari gue, Renata dan Maya? Kenapa?" Tanya Sheril, matanya memanas, sungguh Sheril sangat sedih saat mengetahui masalah yang Terra sembuyikan.
"Gue... Gak mau. Ngebebanin lo semua. Karena ini hidup gue, masalah gue, dan gue harus selesaikan sendiri, tanpa ikut campur dari orang lain."
Sheril tertawa mengejek, dengan raut wajahnya yang sedih."Pindah sekolah. Apa itu, yang dimaksud menyelesaikan masalah? Jawab Ra!" Cecar Sheril. Terra kembali diam.
Sheril kembali menambahkan,"Gue kecewa harus denger masalah lo, pindah sekolah dari orang lain. Mungkin kalau gue gak denger, dan gak tahu. Lo akan pergi tanpa pamit ke kita kan Ra?" Tanya Sheril, Terra menatap Sheril yang sudah menitihkan air matanya.
Jika saja tadi Sheril tidak ke kamar mandi dan tak bertemu dengan Sonya di sana. Tidak mungkin sekarang ia masih berada di dalam mobil dan berdebat dengan Terra. Dan ke esokanya, Terra pergi tanpa kabar dan pamit, meninggalkan mereka semua.
Terra pun sedih melihat sahabatnya menangis. Sheril sudah mengetahuinya, lalu ia harus apa sekarang?
"Karena gue gak mau buat lo semua sedih. Gue gak mau buat lo semua khawatirin gue. Dan gue gak ingin menjadi beban lo semua," tuturnya, menatap balik Sheril dengan sedih.
Terra menyeka air matanya.
"Pikiran lo sempit Ra. Gue... Renata dan Maya. Gak merasa terbebani sama lo! Kita semua sayang sama lo, Ra."
"Lo egois, Ra! Cuma mikirin perasaan lo aja, atas luka yang Mathar kasih. Tapi lo gak mikirin, perasaan kita yang selalu ada buat lo. Lo mikirin Mathar, yang jelas-jelas dia udah bahagia sama perempuan pilihannya. Lo memutuskan pindah, tanpa mikir perasaan sahabat lo, yang bakal ngerasaiin sakit karena sebuah kehilangan lo Ra! Lo gak bakal mikir ke situ!!" Timpal Sheril. Terra menangis sambil menggeleng-gelengkan ucapan Sheril. Ia tidak ingin menyakiti perasaan sahabatnya.
Apa yang Sheril katakan memang benar. Ia terlalu terfokus dengan luka yang Mathar kasih, memikirkan masalah luka yang tak kunjung reda, sampai lupa jika perasaan yang harus ia hargai keberadaanya.
"Maaf... " Lirih Terra, ia tidak bisa berkata-kata lagi. Rasanya kelu.
"Lo perempuan kuat. Gak seharunya lo kalah dengan keadaan dan hati. Luka bisa sembuh asal lo mau sembuhin, tanpa lari meninggalkan masalah. Kita sayang sama lo, peduli sama lo, karena kita udah anggep lo saudara sendiri! Asal lo tahu," tukas Sheril, dengan nafas yang naik turun.
"Maafin gue Sher... Gue bego. Bego banget! Karena masalah ini. Gue sampai lupa dengan semua hal, gue di butaiin dengan cinta! Gue bodoh Sher," keluh Terra, sambil menepuk-nepuk kepalanya dengan keras, hal itu membuat Sheril tambah sedih dan langsung menarik tangan Terra.
"Jangan sakitin diri lo sendiri! Lo harus bangkit Ra. Kita semua... Bakal ada buat lo. Jangan merasa sendirian Ra, jangan merasa terbebani! Kita semua saudara yang saling melindungi," cetus Sheril.
Dia menundukan kepalanya malu.
"Maafin gue... gue salah," ujarnya. Sheril mendekat dan menarik Terra ke dalam pelukannya. Menyalurkan energi untuk Terra bisa bangkit kembali dengan masalahnya.
"Apa sekarang... Lo masih tetep ingin pindah. Dan lari dalam masalah?" Tanya Sheril, setelah melepaskan pelukannya.
Terra menggeleng kepalanya."Gue mau selesaikan masalah gue di sini. Awal dan akhir, harus selesai di tempat yang sama pula. Gue mau bangkit Sher... " Tuturnya.
Dia tersenyum senang."Lo memang harus bangkit Ra! Karena Terra yang gue kenal, selalu menyelesaikan masalahnya."
"Gue telah kehilangan sosok diri gue sendiri, karena luka yang tak seberapa, gue nyesel akan hal itu."
"Maka dari itu. Lo harus ihklasin rasa sakit lo, lupaiin orang-orang yang udah nyakitin lo. Baik itu perasaan atau apapun, karena dari ihklas, beban yang selama ini pikul akan terasa ringan," nasehat Sheril. Terra terkekeh kecil, dengan raut wajah yang masih sedih.
"Lo hari ini banyak ngomong Sher... Gak nyangka gue. Terharu sumpah gue!" Tutur Terra, membuat Sheril cemberut.
"Ngeselin tahu gak si lo. Gara-gara lo! Gue nangis bombay gini!" Protesnya, tidak terima.
"Idih. Sejak kapan lo, jadi alay kaya Rena?" Tanya Terra sambil terkekeh.
"Sejak lo bikin gue nangis! Tahu gak," geram Sheril.
"Gak tahu tuh, hahah," sahutnya.
'Terimakasih Sheril... Sudah menyadarkan gue dari butanya masalah cinta,' batin Terra.
🎶🎶
Up lagi guys🤗Jangan lupa tinggalkan jejak vote dan krisarrr🤩🤗
T&f my IG @NblaEzhra1 yaaa🤗 kalau mau folback dm ajaa😁
KAMU SEDANG MEMBACA
BADGIRL MY GIRLFRIEND [Completed✅]
Teen Fiction[ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] _ Peraturan dibuat untuk dilanggar. Kita hidup hanya sekali, sekali-kali kita ngelakuiin hal yang belum pernah dicoba. Jiwa penasaran anak muda wajib untuk kita ketahui, dari pada menyesal tidak pernah merasakan. B...