Selamat tinggal. Dua kata yang selalu mengawali sebuah perpisahan.
🎶🎶
Malam pun sudah datang, kamar yang gelap dan sunyi karena pemiliknya tertidur karen belum menghidupkan lampu.
Membuat Terra menggeliat badannya, dan mengucek matanya. Ia melihat sekelilingnya yang gelap, ia melihat jamnya yang menunjukan pukul delapan malam. Ia sudah tertidur cukup lama. Lalu ia beranjak bangun, dan berjalan menyalakan saklar lampu.
Lalu ia berjalan menuju balkon kamarnya. Terra menatap langit dengan perasaan hampa. Ia duduk di bangku, sambil menatap langit dengan pemikirannya yang sibuk, entah memikirkan apa.
'Tuhan mempersatukan kita di dunia yang ini teramat indah. Dan Tuhan pula yang memisahkan kita dengan takdir yang teramat sakit untuk dikenang. Dulu, lo satu-satunya orang yang gue percaya, sebelum akhirnya lo pergi meninggalkan luka,' batin Terra.
Bayangan wajah Mathar mengisi pikirannya, ia tidak bisa melupakan itu. Dan ia memikirkan bagaimana jika dirinya terlihat biasa-biasa saja jika tak bersama Mathar, rasanya ia tidak bisa.
Terra sudah mencoba, untuk menerima keadaan ini, tapi yang ada pikirannya selalu memikirkan Mathar, lantas sia-sia jika dirinya kemarin-kemarin tidak sekolah, hanya karena ingin menghindar dari Mathar.
Bagaimana ia bisa menjalani hari-harinya tanpa Mathar. Lelaki yang selalu punya kendali atas dirinya, jika ia sudah melakukan sesuatu diluar nalar, Mathar akan senantiasa ada dan selalu mencegahnya. Bagaimana ia harus melupakan dia, yang sudah bahagia dengan perempuan lain.
Ia berjalan memasuki rumah dan mengambil ponselnya yang berada di dalam kamar. Menelpon seseorang, ia harus mengambil keputusan sekarang juga, ia tidak mungkin akan terus-menerus seperti ini di sini, meratapi kesedihannya yang tak kunjung usai.
Saat sambungan telpon terhubung. Dan suara di sebrang sana mulai terdengar ditelinga Terra, itu suara Maminya.
"Hallo sayang, ada apa Nak?" Tanya Maminya dengan lembut.
"Hallo Mi."
"Iya sayang," sahut Maminya.
Terra mengembuskan nafas kasarnya, ia harus bisa memantapkan pilihannya."Mi... Terra pengen tinggal sama oma di Bandung," ujar Terra, membuat Maminya di sana aga kaget, karena tidak menyangka jika Terra menginginkan hal itu. Padahal dulu ia pernah menawarkan Terra untuk tinggal di Bandung, tetapi dia menolak.
"Loh... Memang kenapa Nak? Kok tiba-tiba pengen pindah? Ada masalah, Sayang?" Tanya Maminya, agara tahu alasan apa sang Anak ingin pindah.
Ia menatap ke atas langit-langit kamar, agar air matanya tidak jatuh, ia harus kuat agar Maminya tidak khawatir saat mendengar ia menangis.
"Aku gak ada masalah kok, Mi. Terra pengen pindah karena di sini Terra kesepian Mi. Terra pengen tinggal sama Oma dan Opa Mi," jawabnya.
"Yaudah sayang, kalau itu mau kamu, Mami akan telpon oma di Bandung, kalau kamu ingin tinggal di sana."
"Makasih banyak Mi, Terra sayang Mami," tuturnya.
"Mami juga sayang sama kamu Terra, yaudah Mami tutup dulu ya telponnya." Ujar Maminya.
"Iya Mi." Setelah mengatakan itu, suara sambungan terputus pun terdengar. Ia duduk di kasur, dan memikirkan keputusan yang ia ambil.
KAMU SEDANG MEMBACA
BADGIRL MY GIRLFRIEND [Completed✅]
Jugendliteratur[ JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] _ Peraturan dibuat untuk dilanggar. Kita hidup hanya sekali, sekali-kali kita ngelakuiin hal yang belum pernah dicoba. Jiwa penasaran anak muda wajib untuk kita ketahui, dari pada menyesal tidak pernah merasakan. B...