terimakasih Rei!

24 7 2
                                    


terkadang apa yang orang lain lihat buruk, belum tentu terlihat buruk oleh kita.

               -Kirania Dwi Wijaya-

Ketiga

Telingaku terasa panas karna pertanyaan - pertanyaan yang terus terlontar dari mulut kedua teman baruku, siapa lagi kalo bukan Clau dan Putri.

"lo kemana aja sih Ran?" itu Putri yang bertanya dengan suara lembut namun terkesan sangat Anggun dan terdengar lebay ditelingaku.
"tau lo! tadi lo ditanyain Bu Pipih tau, yaudah gue bilang aja lo lagi diajak keliling liat sekolah" Hurffft kalian benar dia Clau yang berbicara dengan nada dingin namun sedikit membentak.

Aku menghembuskan nafasku dengan kasar, kesal karna sejak 1 jam aku dimarahi habis - habisan oleh mereka karna telah menolong Reihan tadi, padahal apa salahnya? toh aku yang menolongnya aku pula yang akan kena bullyan disini bukan mereka.

"apasih kalian! aku gaakan ngulangin lagi! ini juga garagara siketua basket berhati dingin itu yang buat aku pingsan tadi tau!" muka ku kembali menekuk saat mengingat kejadian pagi tadi dilapang indoor sekolah hurft lelaki menyebalkan!

"ketua basket? Kevin maksud lo?" tanya Clau sambil membereskan buku - bukunya kedalam tas.

"ya iyalah, siapa lagi cowo menyebalkan!" kenapa harus membahas dia sih!

"trs dia minta maaf ga ke lo?" apasi Putri ngomong nya gausah pake nada lebay gitu dong.

"iya dia minta maaf trs tadi dia sempet bopong aku ke UKS tapi dia ninggalin aku gitu aja dasar cowo berhati batu" ayolah berhenti membahas cowo menyebalkan itu aku kesal jika harus mengingatnya kembali.

"WHATT?! lo dibopong sama dia? lo beruntung tau, dia mana mau nolong orang kalo engga dalam keadaan kedesak aja apalagi dia mau ngebopong lo! lo beruntung Ran! tapi ingat ya jangan suka lo sama dia!" dih apasih Putri gausah sambil nunjuk nujuk idung Kiran juga kali kan kan makin kesel.

"Ye! siapa juga yang suka sama cowo ga punya hati itu" aku menggendong tas ku dan pergi dari kelas itu bersama Clau dan Putri. Saat aku melewati koridor IPA 1 mataku tak sengaja melihat satu sosok yang membuat ku heran melihat tingkahnya. Dia Reihan! cowo yang mengancamku untuk menjauhinya, dia sedang berada didalam kelas dengan memandang tas nya yang aku sendiri tak tau kenapa.

"emm .. kalian duluan aja ya! aku mau ke kamar mandi dulu" bohongku pada Clau dan Putri, karna jika aku berkata ingin menemui Reihan mereka pasti tak akan mengijinkanku. Mereka lalu memandangku dan menunduk saat mereka telah melewati belokan lorong menuju lapangan kakiku langsung melangkah menuju kelas IPA 1.

...

Ku pandangi tas ku yang sudah tidak berbentuk lagi, ressleting yang sudah tidak terpasang lagi, dan kain tas ku yang banyak bolong - bolong besar dimana - mana. Tas ku seperti ini karna ulah Reza dan anak - anak lain dikelas ku, kelasku memang kelas unggulan namun kelas unggulan tidak menjamin kelakuan anak murid nya bagus.

Aku bingung harus membawa buku - buku ku bagaimana, jika aku tidak membawa buku ini maka aku tak akan mengerjakan tugasku untuk dikumpulkan besok. Aku menghela nafas dan memejam kan mataku mencoba melawan rasa lelahku hari ini.

"astaga! tas kamu kenapa?" aku hampir loncat dari duduk ya ketika mendengar pekikikan seorang wanita yang membuatku terkejut luar biasa. Bodoh! wanita itu lagi kenapa dia tidak mau mendengar kan ancaman ku tadi diUKS?

"ngapain lo disini?!" aku sedikit membentaknya, aku tidak suka jika ada seseorang yang mengusik ketenanganku namun jika itu mereka yang menghina fisikku aku tak akan melawan bukan aku takut aku hanya tak ingin membuat Ayah kecewa karna Ayah pernah berkata seperti ini.

"jangan biarkan tanganmu kotor untuk melawan musuhmu yang hanya ingin membuatku hancur, jangan tunjukan kelebihan mu dimata orang yang membenci mu karna yang mereka lihat tetap sama "keburukan" " aku selalu memegang teguh kata - kata itu.

"ma - maaf aku tidak bermaksud mengejutkan mu, aku tadi tak sengaja melihat mu sedang melamun memandang tasmu maaf" ucapnya dengan lirih dan menunduk, mungkin dia sedikit terkejut dengan bentakkan ku tadi aku jadi merasa bersalah.

"so - sorry gue gak  bermaksud ngebentak lo"
ucapku karna aku paling lemah jika berurusan dengan perempuan.

"ah tidak - tidak! aku tidak papa Rehan, tas mu mengapa bisa hancur seperti ini?" cewek aneh, mengapa raut wajahnya kembali ceria dengan senyuman yang terus mengembang dari bibirnya.

"bukan urusan lo, kenapa lo belum pulang?" tanyaku mengalihkan topik pembicaraan.

"gapapa kok, oh iya kamu tau daerah sini kan? kamu mau kan pulang bareng sama aku? sekalian bukumu aku bawakan ke tas ku" aku menatap wanita itu dengan heran, dia baik dan .. cantik?

"kok melamun? mau kan?" ucapannya membuat ku tersadar dari lamunanku.

"ga" jawabku sambil merapihkan buku - buku ku yang berserakan diatas meja.

"oke, aku mau pulang bareng kamu" apa apaan cewe ini! aku tidak mengatakan iya, sekarang dia malah memasukan setengah bukuku kedalam tasnya dan setengahnya lagi dia masukan kedalam tas jinjing yang aku pun tidak tau sejak kapan dia membawa tas tersebut.

...

Aku semakin mengenal pria ini, pria yang cuek namun peduli menggemaskan sekali dia. Ohiya kami pulang naik sepeda yang tentu saja dia yang membawanya, ku hirup udara segar yang menusuk indra penciuman ku. Kami lewat jalan setapak agar tak banyak kendaraan yang berlalu lalang dan agar tidak terlalu panas.

"rumah lo dimana?" tanya ku pada wanita yang memegang kedua sisi baju seragamku.
"emm.. lurus aja ntar belok kanan kalo liat gerbang putih yang tinggi itu rumah aku." jawabku sambil melirik kearah mukanya yang fokus melihat jalanan.

cttttt

suara rem sepeda terdengar di telinga, tepat! kami sudah sampai didepan gerbang rumah perempuan gila ini, aku turun dari sepeda tua miliknya dan menyimpan tas jinjing yang berisi buku pelajaran besok untuknya. Aku melihat kearahnya yang ternyata dia juga sedang melihat ku, aku tersenyum kearah nya yang dibalas dengan tatapan datar.

"makasih ya Han! hati - hati dijalannya!" ucapku sambil melambaikan tangan kearahnya.  Dia hanya diam membalas ucapanku dengan deheman singkat dan berlalu dari depan gerbang rumah ku aku hanya menatap punggung nya dari belakang dan tertawa kecil mengingat ekspresi lucunya ketika aku tak sengaja membuatnya terkejut haha.

Aku membuka gerbang dan menutupnya kembali, Pak Didi sedang pulang seperti nya sebentar lagi akan kembali soalnya pos satpam sepi. Aku membuka pintu rumah dengan pelan "assalamualaikum" salam ku ketika kakiku menginjak keramik ruang tamu.

"waalaikumsalam Kiran" itu suara Bunda, mungkin Bunda lagi di dapur aku melangkah menuju dapur dengan senyuman yang mengembang lebar ketika melihat wanita yang menginjak usia kepala 4 itu masih terlihat sangat cantik walau sedikit terlihat kerutan diwajahnya namun tidak membuanya terlihat cacat.

"Bundaaaaaa" aku memeluk tubuh bunda dari belakang, bunda lalu membalik kan tubuhnya dan mencium keningku aku tersenyum dan mencium telapak tangan kanan nya.

"gimana sekolah barunya? cocok sama kamu?" sudah ku tebak bunda akan bertanya seperti itu.
"cocok kok bun, Kiran seneng bisa pindah ke Bandung" jawabku jujur, sambil meminum jus jeruk yang ada dimeja makan.
"Bagus dong kalo kamu seneng, yaudah sekarang Kirannya Bunda ganti baju dulu yah terus mandi nanti kita makan" aku sayangg bundaaaaa!
"siap komandan!" ucapku dengan semangat 86 dan tangan yang terangkat membentuk tanda hormat. Bunda hanya geleng - geleng melihat tingkahku yang seperti ini semoga bunda tidak malu punya anak kayak Kiran.

"Kiran ke kamar dulu ya Bunda" ucapku yang diangguki oleh bunda serta senyuman yang selalu menghiasi wajahnya.

setelah menaiki tangga yang menghubungkan lantai 1 dan 2 aku masuk kedalam kamar yang berada diujung, didepan kamar ku adalah kamar Kak Bagas seperti nya dia belum pulang. Aku masuk dan merebahkan tubuhku dikasur empuk dengan sempai keropi dan sarung lainnya yang ada dikasur.

Aku tersenyum membayangkan wajah menggemaskan milik lelaki bermulut kejam itu haha iya dia Reihan Aldafaro.

....

#sorry ya kalo ada yang typo, jangan lupa vote dan kasih komentar yang positif ya !🖤

PERFECT BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang