Kesedihan namun keanehan

24 6 0
                                    

jangan lupa tersenyum hihi. 🖤

Keenam

Aku pergi dari parkiran rumah sakit dengan sepeda tua kenang - kenangan Almarhum Kakek, aku menggoes sepeda ku dengan hati yang berkecamuk. Ya kalian benar, mama tidak pernah menganggapku ada setelah kecelakaan 10 tahun yang lalu yang menewaskan Kak Rey meninggalkan gara - gara aku. Aku selalu tersenyum ketika mama menjelek - jelekkan namaku , sakit? tidak usah ku jawab karna aku yakin kalian tau jawabannya.

Perihal mama yang mempunyai gangguan mental memang benar, gosip ini menyebar ketika mama datang ke sekolah saat aku duduk dibangku kelas 5 sekolah dasar mama mengambil rapot ku namun yang mama tau dia mengambil rapot milik Kak Rey. Mama ngamuk saat namaku dipanggil dengan Reihan dan memukul - mukul wali kelasku, saat itu lah mama dipindahkan oleh dia ke rumah sakit ini jiwa dan saat itulah aku dicap sebagai anak gangguan mental karna aku jarang berinteraksi dengan mereka apalagi saat mama datang dan mengamuk mereka beramsumsi bahwa aku sama seperti mama memiliki gangguan mental. Sejak kelas 5 Sd hidupku jauh dari kata keramaian kesendirian dan cacian yang selalu menemaniku hingga saat ini, ingin sekali aku tertawa kencang mentertawakan hidupku yang sangat jauh dari kata sempurna namun menyerah bukan hal yang harus aku pilih Ayah tak akan suka apalagi Tuhan.

Mengingat kejadian itu membuatku menahan air mata yang siap meluncur dipelupuk mataku, aku tidak boleh menangis! Ayah akan kecewa melihat anak laki - lakinya menangis. Ah sudahlah aku harus cepat pulang agar Umi dan Abah tidak mencemaskan diriku..

Aku memarkirkan sepeda tua ku didalam pekarangan Panti Asuhan Kasih, aku lalu mengetuk pintu dengan pelan takut membuat kebisingan dan membangunkan anak - anak. Tidak berapa lama ku dengar suara seseorang dari dalam membuka kunci pintu dan pintu terbuka menampilkan wanita yang sudah tidak muda lagi dengan mukena yang melekat ditubuhnya serta wajah cemas yang selalu menghiasi kepulanganku.

"assalamualaikum umi, maaf Al terlalu malam pulangnya tadi toko Paman Kai lumanyan ramai hari ini hehe" aku masuk sambil mengucapkan salam dan mencium tangan kanan umi lalu memandanginya dengan bersalah.

"waalaikumsalam Al, tidak apa - apa umi maklumi itu lain kali jangan terlalu malam ingat kesehatan mu Al! sekarang kamu mandi terus shalat ya Al makananmu ada dimeja kok eh tapi Al tas mu baru?" ah aku lupa! tas ku yang digunting - gunting oleh teman - teman ku sudah aku buang karna tinggal tersisa kain - kain kecil yang tidak dapat aku rangkai kembali.

"eh, iya umi Al minta maaf soal masalah tas emm .. tas Al tadi dirusak oleh anak kelas umi gara - gara Al tidak mau memberikan mereka jawaban fisika maaf umi dan ini tas pemberian Kakek Kai" jawabku jujur, aku tidak pandai berbohong walau kadang aku berbohong jika itu menyangkut masalah kakiku dan pembulyan fisik yang mereka perbuat. Umi menatap ku dengan mata berkaca - kaca aku hanya menunduk percayalah aku tidak bisa melihat perempuan menangis.

"maafkan umi sayang, umi sayang kamu" umi mengatakan itu sambil meringkuk ku kedalam pelukannya, ah ayolah aku sangat merindukan pelukan hangat seorang ibu dengan tulus walau mama selalu memelukku ketika menemuinya dirumah sakit namun itu pelukan palsu yang selalu membuat ku ingin menangis. Aku membalas pelukan umi dengan air mata yang tidak tau dengan lancangnya mengalir dari mataku yang aku tahan sejak tadi kini runtuh sudah dipelukan umi.

"tidak umi, umi tidak salah Al juga sayang umi" jawabku sambil melepaskan pelukan kami dan menatap umi yang masih menatapku dengan derai air mata. "Kalo gitu Al masuk ke kamar dulu ya umi, umi jangan banyak pikiran kesehatan umi harus dijaga Al masuk ya" pamitku sebelum meninggalkan umi, umi memang memiliki penyakit darah tinggi yang cukup parah maka dari itu beliau jangan terlalu banyak pikiran.

PERFECT BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang