10. BASUKI

226 18 1
                                    

#NWR #PERWITA #ROMANCE #FIKSI #REBORN

Suatu hari di Getaway Resort ada sekelompok tamu yang agak aneh. Seorang lelaki Jawa, istrinya Cina, dan dua anaknya yang remaja, datang bersama seorang perempuan berwajah eksotik dengan suaminya yang jauh lebih muda, dan dua anak kecil.
Perwita mengenali mereka, ia menyapa perempuan eksotik itu, "Ibu Arlisah?"
Perempuan itu menoleh dengan heran, karena tidak merasa kenal.
"Atau haruskah kupanggil, Mawar Jingga?"
"Siapa kau?"
"Aku Arlisah, yang kau masukkan ke dalam selendang jingga."
"Oh, akhirnya berhasil mendapatkan raga. Cantik."
"Apakah kau berbahagia?"
"Ya, maaf aku mengambil ragamu tanpa ijin."
"Dulu aku marah, tapi sekarang kupikir itu yang terbaik, karena saat itu aku telah kehilangan cinta suamiku. Permisi."
"Tunggu! Kau tak ingin bertemu Harun?"
"Tidak, sudah tua kan." Perwita tertawa meninggalkan Arlisah yang kemudian bergegas menyusul Lukman dan anak-anaknya.
*

Proyek Renovasi Happy Bar untuk Kumala berjalan terus, disainnya tak pernah fix karena Kumala bisa mencetuskan ide tambahan saat melihatnya terpasang. Sejauh ini Basuki berhasil mengendalikan supaya perubahan hanya di bagian yang belum dikerjakan.
Basuki banyak berdiskusi dengan Perwita, senang bisa lebih lama berdekatan dengan saudara tirinya, rasa sukanya semakin berkembang, menimbulkan pikiran jelek.
*

Seminggu menjelang pembukaan Happy Bar, suatu Jumat malam mereka lembur sampai jam dua pagi. Kumala menginap, membuka sebuah kamar. Basuki menyarankan Perwita menginap juga, di suite room pribadinya, lebih aman. Merasa capai, gadis itu menurut, masuk ke kamar, minum air mineral botolan, membuka pakaian dan tidur dengan pakaian dalam saja.
Satu jam kemudian Basuki masuk melalui pintu tembus kamar sebelah, ia tersenyum mesum melihat Perwita mulai gelisah di tidurnya, ia telah memasukkan obat perangsang ke dalam air mineral dengan alat suntik, tidak kentara.
*

Waktu Perwita bangun di pagi hari, ia kaget melihat Basuki di ranjangnya, sama-sama telanjang.
"Pagi, sayangku," sapa Basuki setengah mengantuk.
"Bas! Apakah kita ...?"
"Kau tak ingat?" tanya pemuda itu memeluknya, "aku mengantarmu beristirahat di suite roomku ini, aku bermaksud tidur di sofa, tapi kau menawarkan tidur di sampingmu."
"Tapi, mengapa kita ...?"
"Saat tidur kau mimpi buruk, aku memeluk menenangkan ... dan begitulah, terjadi begitu saja."
Perwita terdiam, ia tak ingat sama sekali. Basuki menarik tangan gadis itu, dieluskan ke area pentingnya yang bangun pagi dengan perkasa.
"Aku menginginkanmu lagi," ia mencumbu Perwita.
Gadis itu sudah beberapa bulan tak bertemu dengan Aksa, pacarnya sedang sibuk melanglang buana mengurus bisnis yang di luar negeri, tubuhnya mendambakan sentuhan lelaki. Ia tak menolak cumbuan Basuki, saudara tirinya tersenyum puas. Yang semalam terjadi karena obat perangsang, tapi yang kedua ini, atas kehendak Perwita juga.

"Aku mencintaimu, Wita!" teriak Basuki di puncak kenikmatan.
"Kau gila!" jawab Perwita, tertawa.
"Aku serius," kata Basuki masih menelungkup di atas tubuh saudara tirinya, "entah sejak kapan, tapi aku tidak bohong."
"Kau tahu, ini hubungan terlarang. Kita seayah."

Mereka mandi bersama dan bercinta lagi di bawah shower.
"Katakanlah ini hubungan terlarang, dan aku berhenti bergerak sekarang," goda Basuki dengan napas tersengal.
"Lakukan kalau berani, kubunuh kau!"
Basuki ngakak.
*

"Papa pulang ke rumah kan?" tanya Basuki suatu petang.
"Entahlah."
"Pa, aku tahu Papa Mama lagi bermasalah, tapi sampai kapan Papa mau lari? Pulanglah, Pa, selesaikan. Selain itu, Mama juga punya kebutuhan lain, bila Papa tidak pernah memberikan nafkah batin, kemana Mama mencari?"
Bujukan Basuki sukses membuat Dirgantara pulang ke rumah.
"Perwita saya yang mengantar pulang."
Ternyata Basuki menggunakan jasa valet parking.
"Mengantar kekasih harus sampai masuk ke rumah, aku kuatir kau tidak naik ke atas, tapi pergi lagi entah kemana."
Perwita hanya tertawa.

Basuki menerobos masuk, "Nggak sopan, kan, nggak ditawari minum?"
"Ambillah sendiri di kulkas, aku mau mandi."
Sekali lagi Basuki menerobos masuk, kali ini ke kamar mandi saat Perwita tengah berendam air hangat di bak jaccussi yang lebar. Pemuda itu telah membuka pakaiannya di luar, langsung ikut berendam, ia memijat Perwita membuatnya relax, lalu pijatannya berubah menjadi elusan erotis, ia memijat kelentitnya, membuat saudara tirinya menggelinjang mendesahkan namanya.
Dimasukkannya dua jari mencari g spot, Perwita menggeliat, memohon-mohon Basuki mengisi relung tubuhnya, ia tak tahan. Basuki justru tak mau menuruti, dibiarkannya gadis itu orgasme dua kali sebelum dia membopongnya ke ranjang dan mencari kepuasan bersama.
*

Basuki tidak menginap, ia pulang setelah Perwita tertidur.
Sampai di rumah ia bertemu dengan ibunya yang keluar kamar mengambil minum. Sukesih memakai kimono yang tak diikat dengan rapi, payudaranya menyembul mengintip. Basuki tidak bertanya, tapi ia melihat ibunya tersenyum puas.

Besoknya di kantor Perwita bersikap biasa saja, seperti tidak terjadi apapun di antara mereka. Sama seperti setelah kejadian di hotel. Basuki kecewa.
Gadis lain, setelah ditidurinya menjadi posesif, berusaha mengajaknya bicara, seperti sekretarisnya. Ia menyesal meniduri Niken, itu terjadi saat Aksa menjemput Perwita, hatinya diamuk cemburu. Kebetulan kantor sudah sepi, dipanggilnya Niken ke ruangannya, disuruh mengunci pintunya.
"Nik, aku butuh perempuan, urgent. Gak keburu untuk pesan ke madam Lily, apakah kau mau melayaniku? Di sini, sofa kantor."
Gadis itu menjawab dengan menurunkan roknya, ternyata ia tak memakai celana dalam. Tanpa membuka pakaian, hanya melepaskan celana saja, Basuki menyalurkan hasratnya.

Niken seorang maniak, ia tak memakai celana dalam karena di kantor bila gairahnya muncul, padahal sedang banyak kerjaan, ia memasukkan dildo ke dalam, lalu lanjut kerja, sambil menggerak-gerakkan pinggulnya supaya mendapatkan gesekan.
Itu menjawab misteri suaranya yang penuh desahan di telpon.
Tentu saja penawaran Basuki menyenangkan hatinya. Ia sudah menjaga tak ada affair dengan teman sekantor untuk menghindari gosip, dengan boss, ia yakin rahasianya aman.

Sofa Basuki sandarannya rendah, ia memposisikan pinggul Niken di puncak sandaran dan masuk dengan posisi vertikal, membuat sekretarisnya berteriak-teriak keenakan. Untung kantor sudah sepi.

Sejak itu gaya berpakaian Niken berubah, banyak memakai blus belahan dada rendah. Bahkan suatu hari, Basuki yakin ia tidak memakai bra, putingnya membayang di bajunya.

Basuki mengeluh, kalau saja Perwita yang begitu, tiap hari ia tak akan mengurus pekerjaan, pintu ruangannya selalu terkunci, ia akan bergelut dengan saudara tirinya sepanjang hari.
Paling tidak, Perwita akan duduk di pangkuannya memeriksa dokumen, satu tangannya memegang telpon mengurus pekerjaan, tangan yang lain mengobok-obok saudara tirinya.

"Plok! Plok! Plok!"
Basuki kaget. Tepuk tangan tepat di depan wajahnya membuyarkan lamunan mesumnya.
"Apa yang kau lamunkan, Mas?" Kumala di hadapannya.

Mereka berangkat ke hotel memeriksa persiapan terakhir, malam itu pembukaan Happy Bar.
"Wita? Aku jemput?"
"Tak usah. Aku datang bersama Aksa."
Hati Basuki berdarah, ia mengepalkan tinjunya.

bersambung

Surabaya, 17 April 2020
#NWR

PERWITA bangkit dari kematianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang