0.3

76 26 12
                                    

Berpisah bukan sesuatu yang disukai. Manusia hanya ingin bahagia tanpa ada kata berpisah. Jika untuk memilih berpisah adalah hal terbaik saat ini Pelangi sangat tidak ikhlas.

"Saya sudah tidak lagi bersamamu! Kamu main laki-laki lain dasar BICH! Saya akan urus perpisahan kita."

"Hey! Apakah anda tidak berfikir kenapa saya seperti ini? Ini semua KARENA ANDA!"

Plakk...

Tamparan pertama dari Ayahnya Pelangi untuk ibunya.

Dikamarnya Pelangi mendengar suara itu, dan kini sudah berakhir semuanya tak ada yang utuh sudah berkurang keluarganya. Dengan keberaniannya dia memberanikan diri keluar kamar dan memisahkan kedua orang tuanya ini.

"Mah pah.. Pelangi mohon jangan pisah hiks..hiks," dia terus saja memohon-mohon sambil berlutut dan terus menangis.

"Pelangi janji kalo mama sama papa gak pisah Pelangi mau berubah gak nakal lagi, gak bandel lagi, Pelangi bakal jadi anak rajin Pelangi mohon jangan hiks..hiks."

"Sayang jangan gitu kamu harus ngerti, gak selamanya yang deket bisa dekat terus bisa jadi pisah sayang," ucap Rena ibunya Pelangi.

"Iya sayang Papa tau ini berat kamu harus ngerti ya nak."

"Pelangi gak mau tau pokoknya jangan atau aku bakal loncat dari atas rofftop!" loncat ke hatiku aja Pelangi

"PELANGi KAMU HARUS NGERTIIN! Ini sudah terjadi nak," sentak Dela, ibunya Pelangi.

Percuma saja mereka tidak akan mendengarkan kemauan anaknya. Tidak ada yang mau seorang anak harus ditinggalkan oleh orangtuanya untuk berpisah.

"PELANGI GAK MAU!"

Pelangi tidak menghianati ucapannya dia langsung lari menaiki tangga rumahnya menuju rofftop.

Dela dan Abi menyusul anaknya. Pelangi sudah di ujung rofftop dan siap untuk jatuh.

"Jangan nak Mama mohon jangan!"

"Kalian harus janji dulu pokoknya jangan pisah Pelangi gak mau jadi anak broken home."

"Gak akan!" Abi ayahnya Pelangi pun bersuara.

"Oke, SELAMAT TINGGAL." jangan Pelangi!

Pelangi terus mundur,mundur dan jatuh.

"Ahhh..." suara itu sudah tidak terdengar lagi Pelangi sudah jatuh dari lantai 2 gedung rumahnya yang cukup tinggi.

"PELANGI, ini semua gara-gara kamu aku benci kamu." Dela terus memukuli dada suaminya ini.

"Gak usah saling nyalahin! Cepet turun susul Pelangi, aku akan telpon ambulance."

Dela segera turun secepatnya dan menemui anaknya yang terjatuh itu. Dia sudah tidak bisa berfikir panjang lagi, kenapa ini terjadi. Dia sangat syok melihat anaknya yang sudah berlumuran darah dan tak berdaya seperti itu.

"Pelangi.. Ya ampun nak kamu kenapa nekad banget sih hiks, mas buruan cepet."

Suara ambulance sudah terdengar. Pelangi terus saja mengeluarkan darah di bagian kepalanya. Sesampai di rumah sakit dia langsung dibawa keruang UGD. Keadaan semakin memburuk. Sudah 2 jam dokter menangani Pelangi, tetapi dia tak kunjung sadar juga.

"Ini gara-gara kamu yang ngajak pisah, kalau saja kamu gak egois Pelangi gak akan seperti ini!" Dela memecahkan keheningan sejak tadi dengan memarahi suaminya itu.

"Gak usah kayak bocah saling nyalah-nyalahin gini, pikirin keadaan Pelangi dulu!"

Dela paham seharusnya dia tidak selingkuh, tidak egois pasti tidak akan terjadi sesuatu pada anaknya saat ini. Tapi ini sudah terjadi. Nasi sudah jadi bubur.

Pelangi AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang