0.8

32 10 1
                                    

Di koridor rumah sakit yang sepi sedang ada pria tua sedang bercakap-cakap membicarakan hal yang sangat penting kelihatannnya.
"Bagaimana apakah kau mau menerima tawaran saya Gera?" ucap pria tua bersama Kakek Gera.

"Oke saya akan terima itu agar cucu saya bisa bahagia lagi dengan dunianya."

"Tak semudah itu Gera! Kamu harus berjanji izinkan Alam bertemu dengan ibunya saya mohon Gera! Anak saya sudah menderita sekali!"

"Baiklah saya akan izinkan, lagi pula itu adalah hak Alam yang harus mengetahui ibunya."

Setelah mendengar ucapan Kakek Gera, pria tua itu langsung pergi begitu saja. Kakek Gera pun pergi juga meninggalkan koridor segera menyampaikan kabar bahagia ini kepada anaknya. Kakek Gera yang melihat anaknya dan menantunya sedang duduk di kursi tunggu segera menghampirinya.

"Devan Papa mau bicara serius tentang Gista!"

"Sejak kapan Papa peduli dengan Gista bukannya Papa selalu membenci anak itu?" ucap Devan sepontan.

"Sejak Alam yang memintanya. Gista bisa sekolah di Sma Nusa Bangsa, sekolah Alam. Kalian tau sendiri itu adalah sekolah Kakeknya Alam, dia mengizinkan Gista sekolah di situ dan akan menutup rapat kasus ini, tapi ada syaratnya," ucap Kakek Gera yang menggantungkan ucapannya.

Rena yang sudah penasaran dengan syarat itu memberanikan diri untuk bertanya, "Syaratnya apa pa?"

"Kita harus membiarkan Alam bertemu ibunya."

"Tidak pah! Alam adalah pewaris utama perusahaanku bukan wanita itu!" ucap Devan.

"Jangan egois kamu Devan! Kamu tidak bisa bertindak sesukamu biar bagaimanapun Bulan adalah ibunya juga."

Rena yang mengetahui itu seraya mengelus-elus punggung suaminya agar dia mengerti. Memang sebagian perusahaan sudah diberikan kepada Alam dan dia juga sudah memimpin perusahaan itu. Alam memang anak yang cerdas, bisa mengendalikan semuanya dalam sekejap. Tidak heran keluarganya mempercayai itu semua pada dirinya.

"Permisi," suara gadis yang memasuki ruangan rumah sakit.

"Pelangi! Kok lo tau gue di sini?" tanya Alam yang kaget juga bahagia dengan kehadiran Pelangi.

"Tau dong kan gue dukun tau dimanapun lo berada."

"Ehemm drakor di mulai gaes! Kacangnya kakak!" ucap Fero.

"Sirik!" sentak Alam.

"Dia siapa kak?" ya, memang sedari tadi Gista sudah sadar.

Fero yang tidak di tanya pun ikut menjawab, "Pacar Kakak lo!"

"Hah serius?" tanya Gista tak percaya.

"Eh bukan dia cuman pacar pura-pura Kakak," jelas Alam.

Pelangi yang tak ingin ada salah paham pun ikut menjelaskan, "Ya. Kita cuman pacaran pura-pura."

"Kok gak beneran aja kak? kalian cocok loh!"

"Aww kita memang satu hati baby! Abang Fero yang ganteng tingkat dewa pun setuju kalo mereka pacaran beneran!" ucap Fero sambil melipatkan tangannya di dada bak orang yang bangga habis menang arisan. Alam yang mendengar itu segera menonyor kepala Fero.

Pintu ruangan terbuka menampilkan sosok orangtua Alam dan Kakeknya. Devan dan Rena nampak tidak suka dengan kehadiran Pelangi. Pasalnya gara-gara Pelangi Alam tidak mau dijodohkan bahkan menolak mentah-mentah. Berbeda dengan Kakek Gera, dia sangat bahagia dan senang dengan kehadiran Pelangi.

"Hay Kakek om.. tante," sapa Pelangi.

"Hay Pelangi, kakek senang kamu ada di sini," ucap Kakek Gera ramah. Berbeda dengan Devan dan Rena dia memasang wajah sinis dan kurang ramah.

Pelangi AlamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang