Hutan Lumut Yang Mencekam

268 11 0
                                    

Kami bergegas berangkat melanjutkan perjalanan. Disepenajang perjalanan suasana sangat sunyi sekali. Keluar dari hutan lumut kami masuk ke hutan lainnya. Pepohonan mulai tampak berbeda dengan sebelumnya yang penuh lumut. Kami melintasi kurang lebih 2 sungai lumayan besar dan airnya lumayan jernih. Bisa dijadikan sumber air  kalau mau ngisi botol-botol yang kosong.

Kami semua hanya diam tidak banyak ngobrol fokus dengan jalur pendakian. Kala itu yang memimpin paling depan adalah willy, rifky, saya, wawan dan yang paling belakang sandi. Di sepanjang perjanan jarak kami saling berdekatan karenakan senter hanya tinggal ada 3.

Hutan lumut malam itu serasa milik kami berlima. Ketika hendak menuju batu yang besar tiba-tiba dibelakang saya wawan mengucapkan istighfar kaya yang ketakuan.

Pantas saja wawan mengucapkan istighfar ternyata dia disana melihat permen sugus (pocong ) dengan tubuh nya yang kecil. Disepanjang perjalanan banyak kejadian-kejadian aneh yang di alami oleh rombongan kami.

Tidak hanya wawan saja, willy pun melihat permen sugus (pocong ) tersebut. Sedangkan rifky sendiri di jalur pendakian bertemu dengan si cantik jelita (kuntilanak).

Kami di sepanjang perjalanan hanya berdoa meminta perlindungan. Kala itu saya sempat prustasi karena tak kunjung sampai juga dan pada akhirnya saya pun terjatuh ketika melewati pepohonan yang tumbang yang membuat saya harus merangkak melewatinya.

Akhirnya kami sampai jalur sungai yang di belah kanan nya suara air terjun. Semakin kami berjalan mulai membosankan hanya pohon berlumut yang kami jumpai di sepanjang jalur, pohon,pohon dan pohon. Saat kami asik dengan jalur pendakian yang menurun, tiba - tiba satu per satu rombongan kami merasakan terpleset dan pakaian yang kami pakai pun menjadi belepotan lumpur.

Keadaan anggota rombongan saya perhatikan makin down. Kami hanya berharap semoga segera sampai di Taman Hidup untuk segera melepas lelah yang sungguh luar biasa itu. Sepanjang perjalanan kami gak banyak bicara satu dan yang lain, hanya fokus untuk melangkahkan kaki di jalan setapak yang seolah tak berujung. Saya sendiri pun seperti sudah mati rasa dengan gesekan dan benturan dengan batu dan pepohonan. Semua rasa sakit, perih, dan nyeri saya abaikan. Jatuh tersandung akar maupun batu satu per satu dari kami secara bergantian mengalaminya, namun luar biasanya kami bisa segera bangkit dengan sendirinya, mungkin agar anggota yang lain gak direpotkan dalam keadaan yang memang masing-masing dari kami hanya punya sisa-sisa tenaga saja.

Di sepanjang perjalanan saya mencium bau kentang, saya fikir danau taman hidup sudah dekat karena aroma wangi yang sedang memasak. Tetapi itu semua nihil ketika kami terus berjalan tidak kunjung sampai juga, kala itu saya hampir-hampiran mau menyerah tapi saya paksakan untuk bisa melewati ini semua.

Tidak hanya saya saja, teman-teman yang lain pun mencium aroma yang sedang memaska.Sekian lamanya berjalan kami mendengar suara ramai-rami, dna ternyata alhamdulillah kami sampai di danau taman hidup.

Pukul 21:00 kami akhirnya tiba di danau taman hidup dengan mengucapkan alhamdulilah. Kami bergegas untuk mencari lahan mendirikan tenda, di danau taman hidup begitu ramai sekali.

Pendakian Gunung ArgopuroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang