6 // Clarissa

10 2 0
                                    

Seusai acara sarapan bersama mas aji, kita langsung kembali ke pokoknya. Iya, Membeli bahan keperluan cafe. Biasanya aku hanya diantar oleh pegawai lain yaitu mas Jono. Jangan mikir aku dekat dengannya ya, dia ini suami sekaligus bapak dari 3 anak jadi mana mungkin aku dekat dengannya. Begini juga aku punya selera yaaa

"Yuk mas, semua sudah tuntas waktunya kembali ke cafe" ucapku sembari menarik nafas panjang

"Apakau tidak lelah ris?"

"Tentu tidak mas, ayok aku tidak sabar ingin bertemu dengan pegawai lain di cafe" ujarku senyum manis ke mas aji

"Sepertinya kau harus cuti dulu hari ini"

"Loh kenapa mas?"

"Aku akan mengajakmu makan siang di rumah ku dan bertemu dengan pemilik cafe kesayangan mu itu"

"Apa?!" Reflek ku menutup mulutku tak percaya "mas sudah gila? Bagaimana jika nanti aku ditolak karena penampilan ku biasa saja?"

"Keluarga ku tak sejahat yang ada di pikiran mu Clarisa"

"Ta-tapi aku malu mas"

"Ada aku tenang saja"

"Aku sudah terlihat cantik belum ya mas?" Ucapku polos

"Kau bahkan lebih cantik dari posisi waiters Clarissa"

"Aku deg degan"

"Tenang saja"

Setelah perbincangan itu, aku menetralisirkan nafasku.
Setelah 2 jam lamanya mobil mas ajipun sudah terparkir di halaman rumahnya yang sangat luas

Ya Allah ini istana atau rumah. Batinku membuatku menganga seketika

"Ayok masuk"

"Mas... Apa tidak papa?"

"Tidak Clarissa ibuku sudah menunggu didalam"

Dia menggenggam erat tangan ku. Aku yang sembari tadi deg degan semakin membuat jantungku rasanya ingin copot dengan perlakuan mas aji.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam nak, eh ini yang katanya kamu itu sayang" ucap perempuan baya yang menghampiri ku. Aku balas dengan senyum dan menganggukkan kepala ku "assalamualaikum tante" ucapku sesopan mungkin dan sesantun mungkin

"Waalaikumsalam sayang, siapa namamu nak?"

"Clarissa Tante, bisa dipanggil Risa atau sasa"

"Panggil sayang juga boleh mah, eh tapi hanya aku saja yang di bolehkan" tiba-tiba mas aji angkat suara yang membuatku patung ditempat menetralisirkan degupan kencang di balik dadaku

"Kamu nih belum juga di resmiin, makanya cepat cepat sebelum dia diambil loh sama yang lain"

"Tunggu papa lihat dulu mah calon mantunya seperti apa"

"Yasudah ayok ke meja makan, sudah berkumpul disana. Ayok nak sasa"

"Iya Bu, mari"

Kududuk di depan mas aji tepatnya di sebelah mamahnya mas aji. Adeknya mas aji atau Nesya dia belum pulang karena ada kelas siang hari ini. Dan ayahnya mas aji terlihat baik kepadamu sama seperti ibunya. Aku jadi rindu suasana rumah. Setelah selesei makan, ayahnya mas aji membuka suara yang membuat kita semua diam mendengarkan

"Jadi kapan kamu akan meresmikan hubungan kalian?"

"Kalo boleh si secepatnya"

"Clarisa kamu sudah mantap dengan aji?" Tanya ayah mas aji kepadaku. Aku tak tahu maksudnya gimana. Harus aku jawab apa?

"Maaf pak sebelumnya, saya tidak mengerti alur pembicara nya"

"Risa apa kau mau menikah denganku?"

Uhukkk.. uhukkk
Terkejut bukan main, hampir saja aku mati karena kesedak air ludah ku sendiri.

"Kau tidak apa apa sayang?" Tanya ibu mas aji

"Tidak apa apa kok Tante, maaf om Tante izin bicara dengan mas aji ya sebentar"

"Oh baiklah kami akan ke kamar dulu, diskusikan saja dulu"

Sepeninggalan mereka, kini hanya ada aku dan mas aji di ruang makan. Entah bagaimana aku harus berkata padanya. Bahkan aku tidak tahu mengapa dia melamar ku padahal baru kemarin kita bertemu

"Mas, bisa jelaskan apa maksudnya tadi?"

"Ris, maaf kan aku tak bicara dulu denganmu. Aku hanya ingin memberimu suprise ris"

"Mas, tapi bukan seperti ini caranya. Kita baru saja bertemu kemarin, bahkan kita baru pergi bersama tadi. Ya Allah mas aku ga paham lagi dengan jalanya pikiran kamu" aku menahan air mata yang hampir saja jatuh dari pelik ku. Astaga aku seperti di mainkan oleh takdir

"Riss... Dulu waktu pertama kita bertemu hampir 10 tahun yang lalu mungkin. Jika kau tak lupa aku pernah berkata 'jika aku tak bisa punya adik sepertimu paling tidak aku punya anak yang seperti mu' aku menyukaimu sejak kecil, kau masih belum tau arti perasaan tapi aku sudah menyukaimu ris"

"Mas tapi ini tidak masuk akal"

"Dimananya ris? Coba katakan"

"Aku.. aku seperti dimainkan olehmu hikd.. hikd.." sudah tak bisa di tahan lagi air mataku ini

"Sstt.. ris aku bakal berusaha yang terbaik buat kamu nantinya ris. Aku mohon sama kamu ris"

"Aku butuh waktu mas, bisa anterin aku pulang sekarang mas?"

"Baiklah ayo"

Sesampainya aku di kosan, aku tak semangat lagi. Perasaan ku campur aduk tak karuan. Apa yang harusnya aku perbuat. Cita citaku belum tercapai sampai saat ini kenapa masalah terjadi lagi. Ya Allah

Malam pun tiba, aku mematikan handphone ku dari tadi karena aku tak ingin diganggu dulu. Aku stel alarm jam 2 untuk bangun dan melakukan sholat istikharah untuk meminta petunjuk kepada sang pencipta. Aku tak berhenti memikirkan apa yang dikatakan oleh mas aji, aku masih bingung. Disisi lain mungkin aku sudah jatuh cinta padanya namun sisi kainku juga berkata dia hanya memainkanku karena bukan hal yang tidak mungkin setelah 10 tahun tak bertemu dan baru bertemu 2 hari langsung mengajakku menikah

***
Keesokan harinya aku mantap untuk resign dari cafe kesayangan ku ini, aku hanya tak sanggup jika setiap hari bertemu dengan mas aji. Aku sudah persiapkan semua sejak tadi, semua berkas pengunduran diri pun sudah ku siapkan.

Hari ini aku sengaja berangkat siang, agar langsung bertemu dengan mas aji tanpa perlu menunggu lama.

Pukul menunjukkan 11:00
Aku harus berangkat sekarang
Sesampainya di cafe itu, aku menunduk memejamkan mataku dan saat masuk aku sudah di sapa oleh pegawai lainya teman temanku , sahabatku bahkan sudah ku anggap seperti keluarga ku sendiri. Apa aku telah melepaskan ini semua? Aku memang egois
Setelah acara sapa Sapan, langsung ku menuju ruangan pak aji.

Tok tok tok..

"Masuk" suara itu pasti mas aji di dalam

"Assalamualaikum pak"

"Clarissa, kau tidak apa? Kenapa kau bisa telat?"

"Maaf pak, sepertinya kita tidak perlu basa basi lagi"

"Clarissa.. apa yang terjadi padamu hm? Kau masih marah padaku?" Tanya dia memperhatikan ku dengan tatapan khawatir

"Pak, ini surat pengunduran diri saya dari cafe ini pak" to the point ku

"Bicara apa kamu ris? Apa benar kau masih marah padaku?"

"Tidak pak, saya menganggap hal yang kemarin itu tidak pernah terjadi. Jadi mohon tanda Tangani surat ini pak"

"Oke" ucapnya yang langsung mengambil berkas ajuan ku "aku sudah menandatanganinya. karena aku sudah mendatanganinya jadi kau harus menikah denganku"

"Apa?! Kenapa kau sangat memaksaku?"

"Karena aku menyukaimu,menyayangimu,bahkan mencintaimu" ucapnya tegas dihadapan ku. Lagi lagi ku terkejut dibuatnya

"Ta-tapi aku..." "Tidak ada penolakan untuk kali ini, besok aku akan mengunjungi rumahmu yang di desa sekalian aku mampir kerumah nenek" ucapnya sebelum meninggal kan ku sendiri diruanganya

MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang