9. Kenyataan Yang Menyakitkan

1.4K 78 2
                                    

Mata onyx itu terbuka perlahan, mengerjap beberapa kali guna menyesuaikan pengelihatannya yang sedikit nampak buram. Sehingga suara sang ibu membuatnya menoleh ke sumber suara. Bibir pucatnya tersungging senyum tipis, raut kelegaan terpancar jelas dalam wajah sang Ibu melihat sang putra yang kini sudah siuman dan berhasil melewati masa kritisnya 'lagi' pasca operasi transplantasi hati.

Tangan lembut Mikoto mengusap pelan surai hitam Sasuke, mengecup sayang keningnya,  "Syukurlah kau sudah sadar nak, Kaa-san sangat mengkhawatirkan mu," lirihnya namun masih memperlihatkan senyum hangatnya untuk sang putra, "Sebentar Kaa-san panggilkan dokter dulu," lanjutnya seraya memencet tombol di samping ranjang Sasuke.

"Kaa-san..." panggil Sasuke dengan suara yang serak.

"Iya nak ada apa?" timpal Mikoto.

"Aku haus," jawabnya dan Mikoto langsung mengambilkan segelas air yang sudah tersedia di atas nakas, memberikannya secara perlahan pada Sasuke.

Setelah selesai minum, Sasuke menghela napasnya perlahan sesekali melirik seisi ruangan yang kini ia tempati, tak ada siapapun selain sang Ibu yang kini disampingnya. Sasuke menatap wajah ibunya, dapat ia lihat mata ibunya yang bengkak, Sasuke yakin ibunya pasti menangisinya selama ia kritis.

"Kaa-san sudah berapa lama aku tertidur?" tanyanya pelan.

"Sudah dua bulan kau tidur nak, kau kritis dan  koma," jawab Mikoto tak dapat membendung air matanya yang kembali lolos dari pelupuk matanya. Ingatannya kembali ke satu bulan yang lalu saat nyawa putranya sudah diujung tanduk, namun Kami-sama masih menyayangi keluarga mereka, sehingga nyawa putranya dapat tertolong walau mengorbankan nyawa yang lain.

Mikoto tersadar dari lamunannya kala mendengar suara pintu yang terbuka, ia pun langsung menghapus air matanya yang masih mengalir. Yakushi Kabuto, selaku dokter yang menangani Sasuke berjalan sedikit tergesa ke ranjang pasiennya. Memeriksakan keadaan Sasuke dengan teliti yang didampingi oleh satu perawat yang mencatat setiap kondisi pasien.

"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Kabuto setelah selesai dari kegiatannya pada Sasuke yang sedari tadi melihat mereka dengan datar.

"Entahlah tapi, kepala ku sedikit pusing dan tenggorokan ku terasa kering juga sakit," ungkapnya.

"Tak apa, itu wajar setelah melakukan operasi. Apalagi kau sempat mengalami koma. Mungkin kau juga akan terserang demam," jelas Kabuto sesekali memperbaiki letak kacamatanya.

"Tapi itu bukan suatu hal yang buruk pada tubuh putraku kan Dokter?" tanya Mikoto yang masih terdengar nada kekhawatiran di sana. Mikoto mengelus surai hitam itu dengan lembut.

"Tidak, seperti yang ku katakan barusan itu hal yang wajar, anda tak perlu cemas nyonya...

"Tunggu..." sela Sasuke memotong ucapan sang dokter, "Operasi? Operasi apa Kaa-san?" lanjutnya bertanya dengan wajah bingung. Mikoto menatap putra bungsunya dengan tatapan sendu, bibirnya terasa berat untuk menjawab.

"Kaa-sanjawab!" tuntut Sasuke memegang tangan Ibunya.

"Sebulan yang lalu kau menjalani operasi transplantasi hati Sasuke," Kabuto menjawab dengan tenang, tangannya kini beralih memencet tombol laju infuse, memastikan laju infuse itu berjalan dengan baik kedalam tubuh kurus Sasuke. Sedang Mikoto mengalihkan pandangannya pada Sasuke yang masih menatapnya dengan raut wajah yang terkejut.

"Kaa-san apa itu benar? Lalu...siapa? siapa yang mendonorkan hatinya untukku?" tanya  Sasuke masih dengan raut kebingungan. Tapi, seketika tubuhnya tersentak kala ingatannya kembali pada saat dirinya melihat bagaimana tubuh Naruto yang terpental menghantam jalan akibat tertabrak mobil, langsung melintas di kepalanya.

Watashitachi Ni Tsuite [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang