10. Separuh Aku (Sayonara)

2.6K 111 37
                                    

Sepasang mata yang berbeda warna, Onyx dan Amethyst itu menatap kosong gundukan tanah yang masih terlihat basah. Satu bulan yang lalu telah menjadi saksi  kepergian orang yang sudah berkorban untuk kehidupan mereka, menyisakan luka yang teramat dalam di relung hati keduanya. Serta penyesalan yang tak bisa diungkapkan dengan apapun.

Surai indigo dan raven tersebut bergoyang mengikuti arah angin yang berhembus lembut menerpa keduanya, bahkan netra bak rembulan tersebut sudah memburam dipenuhi oleh air mata yang menumpuk di kelopak matanya. Hingga, cairan bening itu lolos begitu saja menuruni pipi pualamnya. Berbeda dengan netra hitam bak mata elang tersebut yang memerah, menahan agar cairan bening itu tak lagi kembali keluar untuk kesekian kalinya. Bagaimanapun, dirinya harus terlihat lebih tegar dari gadis yang berada disampingnya ini.

Keduanya masih sama-sama terdiam, hanya suara isak tangis sang gadis yang sudah tak bisa ditahan lagi yang terdengar bak alunan melodi dalam keheningan. Tak kuasa menopang tubuhnya yang sedari tadi bergetar, lututnya beradu  menghantam tanah. Suara isak tangisnya semakin menjadi, membiarkan air matanya keluar, sekiranya bisa mengurangi perasaan sesak yang menghantam dadanya.

Lagi dan lagi, Hinata kembali memukul dadanya berkali-kali. Berharap rasa sesak itu hilang, tak peduli dengan bekas jahitan operasi yang kemarin sempat di jahit ulang lagi, yang kini masih melintang dibalik sweater abu-abunya, sehingga menimbulkan efek sakit di sana. Hingga Sasuke, pemuda yang sedari tadi hanya diam kini memegang erat tangan gadis yang masih saja memukul dadanya, membuat gerakan tangan itu terhenti.

"Apa yang kau lakukan Hinata?" geramnya melihat Hinata yang terus memukul dadanya sendiri, "Kau ingin membuat pengorbanannya sia-sia dengan perbuatan mu? walau kau memukul dada mu berulang kali itu tak akan merubah apapun," lanjutnya dengan suara kesal yang tertahan, namun Hinata masih saja menangis terisak. Rasa bersalah yang teramat dalam itu semakin membuat dirinya tersiksa, walau ribuan bahkan jutaan kali ia mengungkapkan 'Maaf' tapi tetap saja rasa sakit itu menghantui dirinya seakan melekat kuat di dalam.

Mata onyx-nya yang sedari tadi ia tahan agar tak mengeluarkan air mata nyatanya tak dapat ia bendung, melihat bagaimana hancurnya gadis yang begitu ia cintai kehilangan sosok pemuda yang telah mengorbankan nyawanya. Sasuke membawa Hinata kedalam dekapannya, memeluknya erat seakan memberikan kekuatan dan berkata 'semua akan baik-baik saja,'. Matanya melirik kesamping menatap batu nisan yang terukir indah nama sahabatnya di sana.

Rip
.
Namikaze Naruto

1989 - 2010


Ya, sosok sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri telah tertidur tenang di sana. Naruto mengorbankan nyawanya sendiri dan  pergi untuk selamanya menyisakan luka dan penyesalan di dalam hati Hinata dan Sasuke.

Flashback on

Naruto Pov...

Saat mataku terbuka raut wajah Itachi-nii lah yang pertama kulihat, dia tampak begitu khawatir dan lega disaat yang bersamaan. Aku kembali mengerjapkan mataku perlahan, mencoba menyesuaikan netra ku yang silau oleh cahaya lampu ruangan ini.

Bau obat-obatan langsung menyengat kedalam hidungku, kendati facemasker oksigen menutupinya. Dan saat itu juga Itachi-nii langsung memberondong ku dengan macam pertanyaan.

Aku tersenyum pelan menanggapi sederet rentetan pertanyaannya yang tak mungkin bisa aku jawab langsung dengan lantang. Hey, ayolah..!! aku baru terbangun dari tidurku yang entah sudah berapa lama, bahkan menggerakkan badanku pun rasanya aku tak mampu.

Watashitachi Ni Tsuite [ END ] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang