003

10 1 0
                                    

_________________________________________

Aluna tidak berhenti meremas tangannya. Ia sangat takut kalau sampai terjadi apa-apa dengan Keano.

Ini semua karena Aluna. Coba saja ia menolak ajakan Keano maka hal ini tidak akan terjadi.

Sejak sampai di rumah sakit beberapa menit yang lalu Aluna belum menyalakan handphonenya.

Ia lupa mengabari mama dan papanya. Sekarang ini notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab masuk. Mulai dari kedua sahabatnya dan mama dan papanya.

Saat hendak menelepon, mamanya sudah menelepon duluan. Aluna sedikit menjauh karena tidak ingin mengganggu Fero yang juga berada di situ.

Setelah kembali Aluna ragu untuk bilang pada Fero kalau dia tidak bisa menunggu Keano sadar. Bukan karena apa tapi Aluna merasa ini tanggung jawabnya. Keano jadi begini karena dirinya.

Fero yang melihat kegelisahan Aluna bertanya lebih dulu " Lo kenapa?"

"Em ini gue nggak bisa nunggu Ken, soalnya gue harus pulang sekarang. Tapi Lo tenang aja gue bakalan kesini lagi kok buat tanggung jawab. Ken kayak gini gara-gara gue" Aluna menunduk.

"Nggak perlu. Biar gue yang nungguin Ken. Lo juga perlu istirahat pasti Lo syok kan karena kejadian tadi".

"Dan Lo tenang aja Ken nggak bakalan kenapa-napa kok. Jangan salahin diri Lo ini tuh musibah".

Aluna tertegun mendengar perkataan Fero. Ia kira Fero adalah cowok yang irit bicara karena sedari tadi dia hanya diam saja.

"Thanks. Tapi gue janji bakal balik lagi kesini. Ohiya Lo udah kasih tahu orangtuanya Ken kan?".

Fero hanya menjawab dengan anggukan. Setelah itu Aluna pamit pulang setelah grab yang ia pesan sudah sampai.

🌱

Dokter yang memeriksa Keano baru saja keluar. Keano sudah sadar lima menit yang lalu.

"Aluna mana?".

"Balik". Fero berjalan kearah sofa dan membaringkan tubuhnya.

Keano kesal karena saat ia sadar gadis itu tidak ada. "Kenapa dia nggak nunggu gue sih?".

"Gue yang nyuruh dia pulang. Abis kasian gue rasa dia masih syok" kembali fokus pada handphonenya.

Keano ingat bagaimana ekspresi Aluna saat dirinya tertusuk tadi. Emang bangsat tuh preman.

Keano meringis saat tidak sengaja menindih lukanya. Selama beberapa hari kedepan tidurnya akan sedikit susah karena harus miring ke kanan sepanjang malam.

"Makanya jangan kebanyakan gerak Lo. Udah tahu lagi sakit malah mikirin cewek".

"Lo  nggak ngasih tahu anak-anak kan kalau gue disini?".

"Hm".

"Yaudah lah gue mau tidur. Malas gue ngeliat Lo".

"Dasar setan nggak tahu terimakasih banget".

"Berisik sat".

Belum beberapa saat Keano menutup matanya. Suara Aluna terdengar.

"Eh Ken, Lo kebangun ya. Sorry-sorry gue ganggu Lo".

MenepiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang