_________________________________________
Setelah mamanya Keano tidur, Keano dan Aluna pergi ke taman belakang klinik. Ternyata di tempat seperti ini ada taman bunga yang indah.
"Waw... Ya ampun keren banget bunga-bunganya" ucap Aluna takjub.
"Ini tuh sengaja dibikin biar pasien disini bisa lebih tenang" ucap Keano sambil duduk di kursi taman.
Aluna menoleh ke belakang dan ikut duduk di samping Keano. Dari tadi ada banyak hal yang ingin ia tanyakan.
"Oh iya emang mama Lo sakit apa?" tanya Aluna sebab ia tidak melihat kalau mamanya Keano itu seperti pasien di rumah sakit pada umumnya.
Entah kenapa Keano merasa nyaman untuk membagi ceritanya dengan Aluna. Cewek ini bisa membuatnya lebih terbuka.
"Mama depresi".
Aluna terkejut "tapi Ken, yang gue lihat Tante Ana baik-baik aja kok". (Mamanya Keano).
"Penyakit Mama gue bakalan kumat kalau denger sedikit aja nama gue di sebut di depan dia. Mama sangat-sangat benci sama gue" ucapnya dengan emosi tertahan.
Kini Aluna paham kenapa Tante Ana panggil Keano itu Gio. Tapi Gio itu siapa?.
"Cuman Gio yang ada dipikirannya Mama. Karena Gio bisa membanggakan keluarga, beda sama gue yang cuman bisa bikin masalah dan malu-maluin keluarga".
"Gio itu saudara kembar gue. Mama sayang banget sama dia. Sampai suatu hari gara-gara gue Gio meninggal" kini air matanya turun membasahi pipinya.
Aluna mengusap bahu Keano pelan. Ia bisa merasakan apa yang Keano rasakan.
"Gara-gara gue, Gio jadi korban. Dia di sekap sama preman-preman musuh gue yang ngira kalau Gio itu gue. Gue nggak sempet nyelamatin dia. Sampai Mama juga harus jadi kayak gini gara-gara gue".
"Gue yang seharusnya mati. Gue cuman bisa bikin masalah. Gue pecundang. Gue-" ucapnya frustasi.
Aluna menarik kepala Keano dalam dekapannya "Lo nggak boleh ngomong gitu Ken".
Keano terisak dalam dekapannya. Aluna juga sudah tidak bisa membendung air matanya. Sebegitu pahitnya kenyataan. Ia tidak tahu harus apa kalau sampai itu terjadi dalam kehidupannya.
"Lo nggak boleh ngomong gitu. Gue yakin semua yang terjadi itu udah takdir dan Lo nggak boleh nyalain diri Lo sepenuhnya Ken".
"Tapi gara-gara gue, keluarga gue hancur keluarga gue berantakan. Mama jadi kayak gini gara-gara gue. GARA-GARA GUE".
Aluna semakin mengeratkan pelukannya. Ia berharap Keano akan lebih tenang. Walaupun saat ini ia tidak tahu kalau perbuatannya ini benar atau salah.
Tapi ini dia lakukan hanya untuk menenangkan Keano. Karena ia tidak tahu harus berbuat apa.
Keano melepaskan kepalanya "jangan buat gue jadi anak kecil Aluna" ucapnya kesal.
"Ta-tapi Lo tadi-".
"Udahlah bilang aja kalau Lo mau modusin gue. Ngaku Lo".
Aneh. Tadi nangis-nangis sekarang malah nuduh yang enggak-enggak. Aluna heran mood cowok ini bisa secepat itu berubah.
Aluna tidak terima "eh siapa juga yang modus. Gue cuman refleks kok. Karena yang gue tau kalau ada orang nangis itu bisa tenang dengan pelukan. Jadi jangan so' tau Lo".
"Lagian Lo juga aneh secepat itu mood Lo berubah-ubah. Tadi aja so'soan nyalahin diri sendiri. Sekarang malah songong minta ampun".
"Jangan bahas itu lagi" ucap Keano dingin.
Aluna sedikit segan untuk bersuara tapi ia harus untuk mengangkat harga dirinya " terus kenapa Lo ceritain ke gue?".
"Karena gue nyaman sama Lo" menatap mata Aluna.
Keano semakin mendekatkan wajahnya pada Aluna mengikis jarak yang hanya terpaut lima jengkal. Otaknya membunyikan alarm tanda bahaya, namun entah kenapa seluruh anggota tubuhnya tidak selaras dengan otaknya saat ini.
Aluna menahan nafas dan menutup matanya. Nafas Keano terasa di sekitar wajahnya. Hanya tinggal beberapa inci lagi panggilan perawat di klinik itu menyadarkan keduanya.
"Maaf mas Ken, ibu kumat lagi".
Keano langsung berlari ke dalam klinik meninggalkan Aluna yang masih syok. Namun ia langsung menyusul Keano.
"PERGI..." Tante Ana melempar semua barang yang ada di ruangan itu.
"Ma ini Gio. Anak Mama".
"Bukan. kamu bukan anak saya. Kamu itu pembunuh. Pergi dari sini PERGI...".
Keano berusaha menenangkan mamanya. Aluna meringis saat melihat Keano di dorong hingga terbentur dinding.
"Ini Gio Ma. Anak kesayangan Mama. Mama tenang ya".
"Gio? Kamu Gio anak Mama?".
Keano mengangguk "iya Ma. Ini Gio".
"Gio anakku" Tante Ana langsung memeluk Keano.
"Kamu jangan tinggalin Mama lagi ya. Mama sayang sama kamu".
"Iya Ma. Gio nggak akan ninggalin Mama".
Setelah itu Tante Ana pingsan. Hal ini sering terjadi. Keano mengangkat mamanya dan membaringkannya di tempat tidur. Sebelumnya ia mencium kening mamanya dan menyerahkannya pada suster yang merawat mamanya selama ini.
"Suster, jagain mama saya. Kalau ada apa-apa langsung telfon saya".
"Iya mas Keano. Saya mengerti".
Setelah itu Keano keluar dari ruangan dan menemui Aluna.
"Ayo gue anter Lo pulang".
Aluna mengangguk. Kali ini ia tidak membantah, ia tahu saat ini bukan waktu yang tepat untuk itu. Sepanjang perjalanan tidak ada yang bersuara. Sebenarnya ia bukan hal yang baru tapi suasana kali ini beda.
Setelah sampai di depan rumahnya Aluna langsung turun tanpa menengok ke belakang lagi. Namun sebuah suara menginterupsinya.
"Eh tunggu" Keano turun dari motornya berjalan kearah Aluna.
"Apa?".
Keano mendekatkan wajahnya pada Aluna. Keano tahu saat ini gadis itu sedang salah tingkah gara-gara kejadian tadi. Ia sengaja melakukan ini hanya untuk melihat wajah malu gadis itu. Itu adalah hiburan tersendiri untuknya.
Setelah dekat barulah ia mencoba membuka pengait helm yang Aluna gunakan lalu bergerak menjauh "helm gue nih".
Aluna kelabakan. Ia sudah parno sendiri tadi.
"Sorry gue lupa"."Lo kenapa? Atau jangan-jangan Lo mau adegan yang tadi di lanjutin?" ucapnya sambil menaikturunkan alisnya.
"Apaan sih gaje Lo". Wajah Aluna sudah seperti kepiting rebus sekarang. Ia kira Keano sudah lupa kejadian tadi.
"Ya kalau Lo mau, gue sih ayo aja. Mau dimana? Disini juga boleh" dengan senyum menggoda.
"Ihh apaan sih" menginjak kaki Keano dan berlari ke dalam rumahnya.
"Aw kaki gue. Dasar cewek gila" meringis melihat kakinya.
Eh tapi lucu sih hehehehe.
-----------------
Jangan lupa votmen
Salam RiMo 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Menepi
Teen Fiction'Tak ada waktu kembali untuk mengulang lagi.... Mengenal dirimu di awal dulu.... Ku tau diri Mu dulu hanya meluangkan waktu sekedar melepas kisah sedih Mu.....'