19. Fall (가을)

6.5K 1.3K 169
                                    

AKHIR MUSIM gugur sudah di depan mata. Suhu kota Seoul kian rendah, namun tak membuat aktivitas para pekerja lantas tertunda. Termasuk Taeyong dan staff nya yang kini telah menyiapkan barang-barang untuk keperluan mereka di pemotretan.

"Apa kau sudah menghubungi pemilik villa di Chuncheon, Hyung?" Tanya Doyoung pada Taeil.

"Ya, aku sudah menghubunginya."

Sang model yang semula sibuk memandangi ponsel lantas melirik dua pria disebelahnya. Mendengar Doyoung mengucapkan kata villa membuatnya refleks teringat akan Bibi Jung, juga Jaehyun.

Setelah satu tahun berlalu sejak ia tidak pernah lagi berinteraksi dengan Bibi dan si bayi besar, diam-diam Taeyong merasa rindu. Namun rasa kecewa yang masih membekas dalam dada lantas masih memegang teguh egonya.

Jaehyun telah melepaskannya,

Jaehyun telah melupakannya,

Dan Jaehyun mungkin telah menikah dengan wanita pilihannya.

"Taeyong, bukannya kau memiliki teman di Chuncheon? Siapa namanya? Jung Jaehyun, bukan?" Tanya Taeil.

"Hm," Taeyong hanya menjawabnya dengan bergumam, "Kenapa, Hyung?" Ia tiba-tiba khawatir.

Apa jangan-jangan Taeil menyewa villa Bibi Jung?

"Bukan kah dia pemilik villa Bibi Jung?"

"Ya," napas Taeyong kian menipis.

Taeil mendengus, "Kemarin aku ingin menyewa villa Bibi Jung setelah melihat review di Naver. Tapi si Jung Jaehyun menyebalkan itu berkata tak ingin menerima tamu."

"Apa?"

"Ya, aku serius." Kata Taeil, "Padahal aku sengaja menelponnya lebih awal lalu menyebut namamu, karena kukira kalian berteman dekat. Apalagi tahun lalu dia lah yang membayar semua makanan saat merayakan ulang tahun mu di restoran Ibu dan Ayah Doyoung. Jadi kita juga bisa berharap mendapat diskon."

"Apa?" Kedua bola mata Taeyong melebar. Otaknya pun masih memproses penjelasan Taeil barusan.

"Dan karena temanmu itu menolak, villa yang kita sewa sekarang sangat jauh dari lokasi pengambilan gambar," Timpal Doyoung dengan raut kesalnya.

"Tunggu, Hyung..." Taeyong memandangi wajah sang manager lamat-lamat, "Tadi kau bilang jika Jaehyun yang membayar semua makanan di restoran satu tahun yang lalu?"

Taeil berdeham, mengangguk kaku lalu melipat lengan, "Sebenarnya hari itu Jung Jaehyun berkata agar aku tidak boleh memberitahumu," ia berdecak, "Tapi sekarang sudah setahun berlalu bukan? Dan lagi... Dia sudah membuatku kesal karena tak ingin menerima kita di villa nya."

"Bagaimana bisa?" Sang model bergumam, menatap kosong ke arah lantai di bawah kakinya.

"Dua hari sebelum ulang tahunmu, Jung Jaehyun menghubungiku di sosial media." Taeil paham jika Taeyong ingin tahu cerita dibalik perayaan ulang tahunnya yang bisa dibilang gagal. Sebab lelaki manis itu justru meninggalkan restoran tanpa pesan maupun berpamitan, "Dia berkata jika kau temannya dan pernah tinggal di villa miliknya. Dia juga mengirimi ku beberapa fotomu bersamanya agar aku percaya."

"Lalu?" Taeyong memainkan kuku jemarinya seraya memasang tampang resah.

"Lalu dia berkata padaku jika dia ingin datang ke Seoul di hari ulang tahunmu. Dia juga memintaku me-reservasi meja dan tidak memberitahumu terlebih dahulu. Setelah itu dia mengirim uang ke rekeningku." Taeil menghela napas, sesaat kemudian ia mengangkat pundak.

"Tapi temanmu itu memang aneh, Taeyong." Sambung lelaki yang lebih tua, "Padahal saat kita telah sampai di restoran, dia mengirimiku pesan bahwa dia sedang dalam perjalanan untuk menghampiri kita. Tapi setelah kau pergi untuk berbicara dengan Jisoo, Jung Jaehyun menyebalkan itu justru mengirim pesan lain padaku dan berkata jika dia harus kembali ke Chuncheon karena hal urgent."

A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang