05. Tell Me (말해)

8.3K 1.7K 396
                                    

KEHENINGAN MENJADI teman pulang dua anak manusia yang baru saja selesai berbelanja di toko 24 jam. Lebih tepat nya Taeyong. Sebab Jaehyun hanya berperan untuk menemani sebelum kemudian menjadi sangat pendiam seperti sekarang ini.

"Kau mau?" Tanya Taeyong seraya menyodorkan sebungkus cookies yang sedari tadi ia kunyah sebagai pengusir kecanggungan.

Jaehyun lantas menggeleng tanpa mengatakan apa-apa. Pria berlesung pipi itu masih sibuk memandangi jalan di depan mereka dengan ekspresi yang sangat sulit Taeyong cari maknanya.

Apa ia telah melakukan kesalahan?

Apa tingkahnya lagi-lagi membuat Jaehyun mengingat sebuah kenangan buruk seperti skinship pagi tadi?

Taeyong pun tiba-tiba penasaran dengan masa lalu juga kehidupan Jaehyun bersama Bibi Jung selama ini; yang belum ia ketahui. Namun bertanya secara gamblang baginya tidak lah sopan. Terlebih mereka baru saling mengenal.

"Apa aku melakukan kesalahan lagi?"

Taeyong kembali bersuara. Memandangi wajah Jaehyun dari samping, namun sosok yang tengah berkutat dibalik kemudi itu seolah enggan merespon sama sekali.

"Jika aku melakukan kesalahan, maafkan aku." Kata Taeyong.

Ia kemudian menghela napas dan membuang pandangannya keluar jendela mobil, menyaksikan pepohonan membentang disisi jalan. Padahal esok atau lusa Taeyong mungkin telah bahkan harus kembali ke Seoul, ia hanya ingin menikmati waktu yang tersisa di Chuncheon dengan bersenang-senang. Namun teman baru nya ini justru membuat kepalanya pening.

"Baiklah jika kau tidak ingin memaafkan ku." Sang model kembali berceloteh. "Besok atau lusa aku akan segera pergi dari villa Bibi Jung. Kau puas?"

Taeyong memekik ketika mobil yang merekaㅡia dan Jaehyunㅡtumpangi berhenti mendadak. Ia lantas melebarkan mata dan menatap lelaki yang lebih muda kesal. Namun sebelum Taeyong melampiaskan kekesalannya dengan omelan, Jaehyun tiba-tiba bersuara. "Aku tidak berkata jika kau melakukan kesalahan."

"Tapi dengan kau mendiami ku seperti ini, aku seakan telah melakukan hal yang tidak kau sukai lagi." Balas Taeyong lalu mengacak rambutnya frustasi. Kembali membuang pandangan ke luar jendela dan bergumam. "Aku tidak pernah diperlakukan seperti ini di Seoul."

"Memangnya apa pedulimu jika aku diam seperti ini? Kau juga akan pergi besok atau lusa bukan? Kenapa kau harus memikirkannya?"

Taeyong seketika terperangah mendengar respon Jaehyun. Padahal sedari tadi lelaki yang lebih muda darinya itu diam membisu. Namun kini ia justru memborbardir nya dengan tuduhan. Menyebalkan.

"Kau bertanya apa peduliku?" Kilatan mata Taeyong berubah menjadi sendu. "Tentu aku peduli padamu. Kau satu-satunya teman ku disini. Kau juga keponakan Bibi Jung yang telah berbaik hati membawaku ke Chuncheon disaat aku tertekan dengan pekerjaan ku."

Lelaki manis itu mengambil napas sejenak. Menahan amarah yang hampir mengambil alih kesabarannya. "Apa aku terlihat seperti orang yang tidak tahu berterima kasih, Jaehyun? Apa aku seburuk itu dimatamu?"

"Kau bahkan baru mengenal ku kemarin, tapi kau seakan tidak memberiku kesempatan untuk bisa berteman denganmu." Sambungnya.

Jaehyun mencengkeram erat stir mobil dihadapannya. Tak berani menoleh dan mempertemukan kedua bola matanya dengan milik Taeyong.

"Apa yang membuatmu begitu membenciku? Katakan. Beritahu aku."

"Aku tidak pernah berkata jika aku membenci mu." Pada akhirnya Jaehyun menoleh dan memandangi wajah Taeyong. "Aku tidak membencimu sama sekali, Taeyong." Suaranya sangat lirih. Membuat lelaki yang lebih tua menatapnya khawatir.

A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang