04. Memory (기억)

9.3K 1.7K 146
                                    

SETELAH MENATA makanan yang telah ia masak tadi di atas meja, Taeyong pun menyeret langkah menuju ruang tengah. Berharap dapat menemukan Jaehyun, namun si lelaki berlesung pipi nyatanya tak ada disana. Kemana anak itu?

Taeyong kemudian melangkahkan kaki menuju pintu geser berkaca bening yang tak jauh dari ruang tengah. Pintu yang berbatasan langsung dengan private pool villa Bibi Jung. Mata rusa Taeyong seketika berbinar kala mendapati seekor anjing dengan bulu lebat berwarna cokelat terang tengah menikmati makanannya. Ia pun menghampiri, berjongkok di samping anjing yang belum ia ketahui namanya sembari memekik gemas.

"Annyeong." Taeyong berucap dengan nada aegyeo seraya mengacak-acak bulu anjing cokelat itu. "Siapa namamu, hm? Kau menggemaskan sekali."

Disaat seperti ini Taeyong tiba-tiba merindukan Ruby, anjingnya di rumah. Ia lantas menghela napas hingga termenung sejenak. Sejak bertandang ke Chuncheon kemarin, ia belum membaca pesan atau menerima telepon dari sang manager sama sekali. Jika Doyoung dan Taeil sudah lelah mencari, mungkin mereka akan memberitahu sang Ibu akan kepergiannya ini. Taeyong hanya khawatir jika wanita paruh baya itu terlalu panik hingga sakit.

Mendengus pelan, Taeyong kemudian bergumam. "Astaga, padahal aku sedang mencari Jaehyun." Ia mengusap bulu anjing cokelat dihadapannya. "Sampai jumpa, cutie."

Lelaki manis itu beranjak dari posisinya. Ia refleks memutar badan hingga berhadapan dengan kolam renang. Matanya pun sontak melebar ketika mendapati Jaehyun tengah terduduk pada salah satu kursi panjang di pinggir kolam sembari menunduk dalam. Buru-buru Taeyong menghampiri si lelaki berlesung pipi lalu duduk pada kursi lain di sampingnya.

Namun, Jaehyun seakan tak memerdulikan kehadiran Taeyong. Ia masih tetap menunduk dengan jemari yang saling bertautan. Tak mengeluarkan sepatah kata meski sadar jika lelaki yang lebih tua tengah memandanginya lekat-lekat.

"Jaehyun, apa kau marah padaku?" Taeyong menjatuhkan pundak. "Maaf, aku tidak tahu jika kau membenci skinship seperti tadi."

Mendengar suara Taeyong yang kian lirih  membuat Jaehyun sontak mengangkat kepala. Ia seketika mendapati raut sendu dan penuh penyesalan di wajah Taeyong hingga jantung dibalik dadanya berdetak lebih kencang dari biasa.

"Tidak, ini bukan salahmu." Jaehyun merasa bersalah, karena secara tidak langsung ia telah bersikap kasar pada sosok yang tidak tahu apa-apa beberapa saat lalu. "Aku hanya memiliki kenangan buruk dengan perlakuan seperti tadi. Maaf Taeyong." Ucapnya lalu kembali menunduk.

"Aku mengerti."

Taeyong tersenyum tipis. Namun jiwa keingintahuannya justru menggebu-gebu. Ia penasaran kenangan buruk apa yang dimaksudkan Jaehyun. Tapi apa mungkin lelaki dihadapannya itu akan bercerita padanya jika ia bertanya? Sepertinya mustahil, tapi apa salahnya mencoba.

"Kau boleh bercerita padaku." Kata Taeyong lalu berdeham. "Ya, meskipun kita baru saling mengenal, tapi percayalah aku ini pendengar yang baik dan pandai menjaga rahasia."

Jaehyun hanya memberi respon senyum hambar tanpa bersuara. Taeyong yang melihatnya hanya mampu menghela napas panjang, ia paham jika si lelaki berlesung pipi tidak ingin mengungkitnya. Terlebih jika hal itu menyangkut kenangan buruk.

"Sarapan sudah siap. Apa kau tidak lapar?" Taeyong bangkit dari kursi. "Atau kau ingin menunggu Bibi?"

Jaehyun mendongak, memandangi wajah Taeyong yang berdiri dihadapannya lalu menggeleng pelan. "Bibi berkata akan sarapan di rumah temannya setelah kembali dari pasar. Ada acara kecil-kecilan disana."

"Ah, begitu." Gumam Taeyong. "Jadi, apa kau akan membiarkanku sarapan sendiri?" Ia mencebik.

"Padahal aku tamu disini. Tega sekali." Sambungnya lalu melipat lengan di depan dada.

A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang