RAUT ANTUSIAS menghiasi wajah si lelaki berlesung pipi. Hari ini Taeyong akan kembali ke Chuncheon untuk mengunjunginya dan Bibi. Meskipun ia belum tahu berapa lama waktu yang akan sang model habiskan sebelum kembali lagi ke Seoul, namun ia tak peduli. Sebab yang paling terpenting adalah mereka bisa melepas rindu setelah terpisah kurang lebih tiga bulan terakhir.
Taeyong berkata akan sampai di Chuncheon kiranya sebelum matahari terbenam. Sebab masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya dari siang hingga sore. Itu artinya Jaehyun masih punya kurang lebih empat jam tersisa untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Ia ingin menyambut kedatangan si lelaki manis dengan suka cita.
"Apa kau akan menjemput Taeyong-ie di stasiun sore nanti?" Tanya Bibi Jung.
Wanita paruh baya itu menghampiri keponakannya yang baru saja sampai di rumah setelah berbelanja di pasar. Jaehyun mengeluarkan bahan makanan dari tas belanja nya di atas pantri. Raut bahagia pun tak bisa ia sembunyikan lagi.
"Tentu, Bi." Jawab Jaehyun, "Tapi Bibi tidak boleh ikut."
"Kenapa?" Si wanita paruh baya mengerutkan kening, "Bibi juga ingin menyambut kedatangan Taeyong-ie."
Si lelaki berlesung mendesis. Menghentikan aktivitasnya sejenak hanya untuk berkacak pinggang seraya memicingkan mata ke arah bibinya sendiri.
"Bi, jika Bibi ikut lalu siapa yang akan menyambut Taeyong Hyung di rumah?" Jaehyun mendekatkan bibirnya tepat di samping telinga si wanita paruh baya, "Aku punya rencana," ia berbisik.
"Uh? Rencana apa?" Bibi Jung penasaran.
Tersenyum jenaka, Jaehyun melipat lengan di depan dada lalu tertawa kecil. "Aku akan memberitahu Taeyong Hyung jika Bibi tidak ada di rumah," katanya. "Lalu saat Taeyong Hyung masuk ke dalam rumah, BOOOM!"
Pundak Bibi Jung terangkat kala Jaehyun berseru di akhir kalimat. Bahkan keponakan menggemaskannya itu merentangkan tangan seolah-olah ia baru saja melemparkan sesuatu dari balik bajunya.
"Bibi akan menyalakan seluruh lampu lalu menyambut Taeyong Hyung," sambung Jaehyun lalu terkekeh.
Si wanita paruh baya tak bisa menahan tawanya. Ia kemudian merentangkan tangan hingga Jaehyun menjemputnya, memeluk tubuh ringkihnya begitu erat. Dalam hati ia kembali bersyukur sekaligus berterima kasih kepada Taeyong. Sejak sang keponakan mengenal model itu, banyak perubahan yang Jaehyun tunjukkan.
Jaehyun lebih ceria, tidak hanya di depannya semata namun juga pada orang lain di sekitarnya.
Jaehyun juga sudah mulai berteman kembali dengan penduduk di sekitar villa maupun para pekerja ladang. Padahal sebelumnya, si lelaki berlesung pipi dikenal pendiam. Hanya berbicara seperlunya.
Namun, ada satu hal yang masih disayangkan oleh Bibi Jung. Hingga hari ini Jaehyun justru masih enggan berinteraksi dengan Winwin. Padahal saat masih berada di bangku sekolah dulu, sang keponakan juga anak dari Tuan Dong itu adalah sepasang sahabat karib.
Mungkin ia harus meminta pertolongan Taeyong setelah ini, pikir si wanita paruh baya.
"Bi! Bi! Apa yang harus aku masak untuk Taeyong Hyung?"
Bibi Jung tersadar dari lamunan singkat ketika Jaehyun mengguncang tubuhnya. Ia menyunggingkan senyum sumringah seraya mengusap puncak kepala keponakannya, "Beristirahat lah, biar Bibi yang memasak untuknya nanti."
"Tidak, tidak, biarkan aku membantu Bibi."
"Jaehyun-ah," Bibi Jung menggeleng tegas. "Kau sudah bekerja terlalu keras di ladang sejak pagi hingga siang tadi, lalu kau pergi ke pasar setelahnya. Tenagamu bisa habis sebelum menjemput Taeyong-ie."
![](https://img.wattpad.com/cover/211290074-288-k683754.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓
Fiksi Penggemar❝The train came up hard somewhere I go to Chuncheon❞ M/M | FLUFF | MATURE Lee Taeyong, seorang model terkenal yang tengah berada di jalan berbunganya tiba-tiba merasa jenuh dan lelah akan kesibukannya di Seoul. Ia kemudian memilih kabur dari sebuah...