TAEYONG MENARIK paksa lengan Jaehyun. Menyeretnya untuk segera keluar dari rumah sekaligus villa Bibi Jung. Sesekali ia tertawa kecil melihat si lelaki berlesung pipi hampir tersandung kakinya sendiri atau bahkan membentur benda lain disekitarnya.
"Apa kau benar-benar mandi di kamarmu tadi, huh?" Taeyong berdecak-decak lalu bergelayut pada lengan Jaehyun seraya berjalan ke arah garasi, "Kau terlihat masih mengantuk."
"Bagaimana aku tidak mengantuk, Hyung..." Jaehyun mendengus, memerhatikan Taeyong yang membuka kunci pintu mobil Bibi Jung. Ia pun masih belum tahu kemana lelaki manis itu ingin membawanya pergi. "Kau membangunkan ku sepagi ini," sambungnya.
"Sepagi ini katamu?" Lelaki yang lebih tua berkacak pinggang, "Ini sudah jam delapan pagi, bayi besar. Lagipula biasanya kau selalu bangun lebih awal, tapi kenapa hari ini kau justru terlihat sangat lemas? Apa kau tidak tidur semalaman?" Ia memborbardir Jaehyun dengan pertanyaan.
Respon yang diberikan si pemilik lesung pipi lantas membuat Taeyong mengangkat alisnya. Jaehyun mengangguk dengan bibir mengerucut.
"Masuklah dulu, biar aku yang menyetir." Kata Taeyong lalu membuka pintu penumpang di samping kemudi untuk Jaehyun.
Setelah lelaki yang lebih muda darinya itu duduk dengan tenang di dalam mobil, tak lupa pula memasang sabuk pengaman, Taeyong pun menyusul dengan mendaratkan bokong di samping Jaehyun. Ia menunda untuk menyalakan mesin terlebih dahulu demi menanyakan dengan serius alasan mengapa bayi besarnya itu begadang.
"Memangnya apa yang kau kerjakan semalaman?" Tanya Taeyong.
"Tidak ada."
"Lalu?"
"Aku... Hanya memikirkan..." Jaehyun berdeham lalu menggelengkan kepalanya dengan gerakan cepat, "Tidak, tidak. Tidak ada apa-apa."
Taeyong memutar bola mata, "Kau berbohong."
"Tidak, Hyung." Jaehyun merengek.
"Sekarang kau masih berbohong."
"Aish, kenapa kau selalu tahu?" Lelaki berlesung pipi itu bergumam dengan nada frustasi. Membuat Taeyong yang mendengarnya tak bisa menahan tawa, juga melewatkan kesempatan untuk mencubit gemas pipi bayi besarnya.
"Baiklah jika kau tak ingin memberitahuku," kata lelaki yang lebih tua. "Ngomong-ngomong apa kau sudah siap mendengar hukumanmu?"
"Apa kau benar-benar ingin menghukum ku, Hyung?" Jaehyun memelas. Memasang tampang memohon agar Taeyong tak memberikan hukuman yang entah apa.
"Tentu, kau membuatku hampir terkena serangan jantung karena ketakutan. Kau juga membohongiku dengan berkata Bibi tidak ada di rumah," jelas Taeyong.
"Baiklah," Jaehyun hanya bisa berpasrah diri, "Jadi hukuman apa yang akan kau berikan padaku?"
Tersenyum tipis, Taeyong melipat lengan di depan dada lalu berucap, "Kau harus menemaniku mengelilingi area danau Uiamho dan membayar semua tiket juga makanan yang harus dibeli. Deal?"
"Deal!" Jaehyun memekik riang.
"Astaga, baru kali ini aku melihat seseorang begitu senang ketika mendapat hukuman." Cibir Taeyong lalu menyalakan mesin mobil Bibi Jung, "Aku tidak tahu arah jalan menuju danau itu, tapi karena kau terlihat masih mengantuk, jadi aku saja yang menyetir."
"Lalu bagaimana kita bisa sampai di danau jika kau tidak tahu arah jalannya, Hyung?"
Mendesis gemas, lelaki yang lebih tua kemudian mencubit bahu Jaehyun pelan, "Apa kau bahkan tidak tahu jika ada penunjuk arah pada ponsel yang bisa kita pakai?"

KAMU SEDANG MEMBACA
A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓
Fanfiction❝The train came up hard somewhere I go to Chuncheon❞ M/M | FLUFF | MATURE Lee Taeyong, seorang model terkenal yang tengah berada di jalan berbunganya tiba-tiba merasa jenuh dan lelah akan kesibukannya di Seoul. Ia kemudian memilih kabur dari sebuah...