10. Date (데이트)

7.9K 1.5K 218
                                    

TAEYONG MENAHAN senyum ketika menyadari jika Jaehyun berjalan begitu riang di sampingnya. Si lelaki berlesung pipi yang mengenakan baju hangat tebal berwarna cokelat tua bahkan tak henti-henti bersenandung ditengah dinginnya suhu kota Chuncheon.

"Apa kau sangat bahagia karena akan berkencan dengan seorang model terkenal?" Goda Taeyong yang membuat Jaehyun seketika terdiam lalu berdeham.

"Siapa bilang kita berkencan? Aku hanya menemani mu ke restoran itu kok," jawab lelaki yang lebih muda.

"Ey, kau selalu saja mencari-cari alasan," Taeyong berdecak. "Dari matamu saja aku sudah tahu jika kau berbohong, Jung Jaehyun."

"Siapa bilang?" Jaehyun mengerucutkan bibir seraya memasukkan kedua tangan pada saku baju hangatnya, "Kau bukan Bibi Jung. Kau tidak akan tahu jika aku berbohong atau tidak."

"Apa kau pernah menonton film dewasa?"

Pertanyaan tiba-tiba dari lelaki yang lebih tua membuat Jaehyun seketika menghentikan langkah, begitupun dengan Taeyong. Ia melebarkan mata juga mulutnya sebelum bergumam, "Hyung..." Dengan raut panik.

Taeyong melipat lengan di depan dada seraya menyipitkan mata, "Kenapa? Kau dan aku sudah sama-sama dewasa kan? Kenapa harus kaget begitu," katanya. "Cepat jawab aku. Ya atau tidak?"

"Tidak."

"Teng!" Taeyong berseru lalu menyentil dahi Jaehyun, "Kau berbohong. Aku bisa tahu itu."

Si lelaki berlesung pipi menelan ludahnya kasar. Memerhatikan Taeyong yang kembali melanjutkan langkah menuju restoran Geumgang yang hanya berjarak kurang lebih sepuluh meter lagi dari tempat mereka berdiri saat ini.

Taeyong benar. Taeyong tahu jika baru saja ia berbohong. Tapi bukannya semua pria normal juga akan menonton film dewasa setidaknya satu kali? Pikirnya.

Jaehyun pun berlari mengejar si lelaki manis. Ketika ia bisa menyamai langkah kaki Taeyong, ia kemudian membalikkan badan hingga berjalan mundur. Sebab ia ingin memandangi wajah si tamu villa sembari berbicara.

"Apa yang kau lakukan, bayi besar?" Taeyong tertawa kecil, "Jika kau tersandung lalu terjatuh, aku tidak akan menolongmu."

"Berjalan mundur seperti ini adalah keahlian ku," Jaehyun menipiskan bibir lalu menaik turunkan alis. Membuat Taeyong terbelalak lalu tertawa lantang. Dingin yang menusuk dermis pun seakan tak terasa lagi. Sebab tingkah si lelaki manis membuatnya seketika merasakan kehangatan. Sama seperti ketika ia bertemu dengan Ibunya kemarin.

"Ya, terserah kau saja, bayi besar."

Jaehyun mendesis, "Hyung, apa benar jika kau bisa tahu ketika aku berbohong atau tidak?"

"Tentu."

"Coba tanyakan sesuatu yang lain," kata Jaehyun antusias.

Taeyong menyipitkan mata. Memiringkan kepala sejenak lalu bertanya, "Apa kau pernah kencing di celana?"

"Hyung..." Jaehyun merengek lalu menghentikan langkah. Membuat jalan Taeyong yang berhadapan dengannya pun terhalang, "Kenapa kau selalu menanyakan hal-hal memalukan?"

Mengangkat pundaknya acuk, Taeyong lantas menjawab, "Karena biasanya orang-orang akan berbohong demi menyembunyikan pengalaman memalukannya."

"Jadi kau tidak benar-benar tahu jika aku berbohong atau tidak? Kau bermain curang lagi?"

"Aku tahu," kata Taeyong, "Aku hanya ingin melihat kejujuranmu. Bisa saja kau tidak termasuk dalam golongan orang-orang seperti itu."

Si lelaki manis kemudian menuntun badan Jaehyun yang lebih bongsor darinya agar berbalik. Sebab mereka akan menjadi sepasang bekuan es jika terus berlama-lama di jalanan. Belum lagi perut Taeyong yang sudah kembali keroncongan. Ketika sedang kedinginan, ia bisa merasa lapar dengan begitu mudah.

A Train To Chuncheon | Jaeyong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang