a/n: Guys inget ya urutan chapternya selang seling. Abis Bani-Dinda, chapternya tiga serangkai. Nah sekarang giliran mereka. Kalau lupa sama chapter sebelumnya silahkan baca ulang chapter 5!
.
.
.
Petra menatap layar ponselnya yang tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Petra sudah mencoba mengalihkan diri dari benda persegi panjang tipis berwarna hitam itu dengan berbagai cara mulai dari ngegym, merecoki adik perempuannya hingga ikut tidur siang bersama dan berbagai aktivitas lainnya yang ia coba lakukan hanya agar otaknya tidak kembali memikirkan sebuah video berdurari lima belas detik yang diunggah Audy di akun instagramnya beberapa hari lalu.
Video itu sebenarnya tidak aneh, hanya menampilkan Audy yang merekam Farhan saat ketiduran di sela kegiatan netflix and chill mereka dan sebenarnya adalah kegiatan yang normal dalam pertemanan mereka. Yang aneh justru perasaan Petra yang tidak nyaman dan sedikit kesal karena melihatnya. Terlebih lagi, Farhan menyembunyikan rencana ini kepadanya tanpa ada basa-basi untuk mengajak.
Tring! Sebuah notifikasi pesan singkat masuk ke ponsel Petra yang ia biarkan tergeletak di sisinya. Dengan kecepatan super ekstra, Petra membuka aplikasi pesan singkat tersebut tanpa melihat dulu siapa pengirimnya. Petra mengerjap sedikit, rupanya bukan dari nomor yang ia kenal. Tetapi si pengirim pesan tidak membiarkan Petra lebih lama kebingungan, orang itu langsung memperkenalkan diri.
Petra membalas pesan itu. Dari Niken, gadis yang tidak sengaja ditabrak Sheryl dan menumpahkan es krim di celananya. Mereka memang bertukar kontak untuk mengurus biaya laundry. Mungkin gadis itu akan menagihnya hari ini.
***
Petra tidak tahu apa yang membuat dirinya begitu saja setuju mengiyakan ajakan Niken untuk bertemu di salah satu café tidak jauh dari gerbang perumahan mereka. Padahal Petra bisa saja menyelesaikan urusannya dengan Niken lewat transfer tanpa harus bertatap muka. Tetapi ajakan gadis itu yang lebih terkesan seperti basa-basi langsung Petra terima tanpa berpikir panjang.
Dan di sinilah Petra berada, duduk di salah satu kursi di dalam café bernuansa serba kayu ditemani secangkir latte yang asapnya masih mengepul dan sepiring croissant yang belum tersentuh bersebrangan dengan Niken dan green tea lattenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Remedy [Sequel of Infinity]
Novela JuvenilSequel of Infinity Ini bukan lagi tentang memaafkan, Ini tentang mereka yang sedang berusaha memperbaiki.