Abel membuka matanya ketika jarum jam menunjukkan pukul 8 malam. Ia sangat lapar, tapi dikulkas tidak ada apa apa. Rumahnya terlihat sangat sepi.
"Bi ayah sama bunda kemana?" Tanya Abel pada ART nya yang sedang mencuci piring kotor.
"Ga pulang non, ada kerjaan diluar" jawabnya sopan
"Zilla mana?"
"Non Zilla tadi pergi sama temennya" Abel mengangguk
"Abel keluar bentar ya bi, mau ke supermarket beli cemilan"
"Hati hati non" Abel berjalan meninggalkan dapur rumahnya
Gadis itu berjalan keluar mencari keberadaan pak Sapto, supir pribadi keluarganya. Setelah bernegosiasi dan mendapat persetujuan dari pak Sapto, mobil hitam itu berjalan membelah jalan yang masih ramai.
Setelah sampai disupermarket. Abel segera mengambil segala cemilan kesukaannya. Tak lupa, 15 ice cream yang sudah menjadi kebiasaannya jika berbelanja cemilan.
Setelah dirasa cukup. Abel segera kekasir dan membayar semua belanjaannya.
"Selamat malam" sapa mas mas kasir yang tersenyum manis kearah Abel. Lesung pipinya, alisnya yang tebal, hidung yang mancung dan gigi gingsulnya. Ah! Mas ini terlihat sangat tampan!
"Malam" balas Abel tak lupa dengan senyumnya
"Mau cash atau pake kartu?"
"Kartu aja mas" Abel memberikannya.
Setelah semua belanjaannya masuk ke bagasi Abel dan pak Sapto segera pulang kerumah.
Mobil Abel berhenti disebuah lampu merah. Tepat disebelah mobilnya ada sebuah motor hitam yang ikut berhenti. Abel memperhatikan motor itu, sepertinya ia mengenalnya. Dafa! Itu motor milik Dafa.
Mobil kembali berjalan ketika lampu berubah menjadi berwarna hijau.
"Pak ngebut dikit bisa nggak?"
"Ada apa non?"
"Itu lewati motor yang ada didepan"
"Siap non"
Pak Sapto menambah laju mobil yang ia kendarai sampai mobil itu berhasil berada tepat disamping motor hitam yang Abel yakini adalah motor milik Dafa.
Dan benar saja. Itu motor milik Dafa. Terlihat dari laki laki itu yang sedang mengendarai motor itu dengan tubuhnya yang dibalut sweater berwarna putih.
Tapi tunggu dulu!. Ada tangan yang melingkar di perut laki laki itu. Seorang perempuan. Abel memperhatikan dengan seksama siapa perempuan yang sedang Dafa bonceng. Mereka berdua tampak sangat akrab. Perempuan itu meletakkan dagunya dibahu Dafa dan Dafa yang tak risih sama sekali?
Jam itu. Abel tampaknya mengenal betul jam yang di pakai perempuan itu. Dia mengingat ingat tentang jam itu.
"Zilla" Jantung Abel berpacu dengan cepat. Matanya memanas. Bahunya sudah naik turun. Benarkah itu Zilla?
Abel memperhatikan mereka sekali lagi. Dan benar. Itu Zilla. Abel sudah tidak mampu membendung air matanya lagi. Sangat sakit rasanya.
"Non kenapa?" Pak Sapto khawatir saat melihat anak majikannya itu tiba tiba menangis. Abel hanya diam tak menjawab
"Ada yang sakit non?" Abel menggeleng. Padahal ada yang sangat sakit bahkan terluka parah. Hatinya
"Abel pengen cepet sampe rumah pak" pak Sapto mengangguk dan semakin menaikkan laju mobilnya.
Kenapa disaat aku sedang berusaha meyakinkan hati dan pikiranku bahwa kau akan menjadi milikku, kau malah membuktikan bahwa aku keliru. Abel menatap kosong keluar jendela mobil. Air matanya terus mengalir.
Saat sudah tiba dirumah. Abel segera berlari menuju kamarnya. Tak memperdulikan bi Murni yang mempertanyakan keadaanya. Ia hanya ingin menangis saat ini.
Abel membanting pintu kamarnya dan menguncinya. Ia terduduk dibalik pintu. Menangis sesegukan sambil memeluk lututnya mencoba memberikan kekuatan untuk dirinya sendiri.
Kejadian tadi berputar putar dikepalanya. Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Abel bahwa jatuh cinta sebegitu membuatnya gila. Apalagi ini adalah pertama kalinya Abel jatuh cinta.
"Kenapa Daf?! Kenapa lo ga bisa ngeliat gua yang suka dan sayang sama lo?" Abel berkata lirih
"Kenapa harus Zilla? Kenapa ga bisa gua aja yang ada diposisi itu?" Abel terus bersuara meluapkan segala lukanya.
Abel terus menangis, ia juga sesekali tertawa merutuki kebodohannya.
"Kenapa gua harus suka sama lo? Padahal dari awal gua udah tau bahwa gua cuma sahabat lo! Lo gak punya perasaan apa pun kegua! Kenapa gua gak jatuh cinta sama laki laki lain?" Abel menidurkan tubuhnya diatas lantai. Dia membiarkan dinginnya lantai menusuk tulangnya.
Ia melihat sebuah bingkai yang tinggi yang berada di pojok kamarnya. Bingkai yang berisi foto foto polaroidnya bersama Dafa sejak mereka kecil dulu. Disana juga dihiasi oleh tanda tangan mereka yang sudah berulang kali berganti. Senyum getir tercipta di bibir gadis manis itu. Air matanya kembali mengalir meski tak sederas tadi.
Matanya sudah lelah menangis. Ia sudah enggan mengeluarkan air mata. Tapi kenapa rasanya belum lega.
Mata sembabnya terasa begitu berat. Kepalanya juga terasa pusing. Abel menutup matanya, mencoba mencari ketenangan. Hingga akhirnya ia masuk kealam mimpinya.
-----------------------------------------------------------------
*Ada yang terasa nyeri tapi tidak mengerti sebab apa.
Ada yang terasa kecewa, tapi tidak tau karena apa.
Perih mungkin itu jawabannya, menjauh mungkin itu solusinya.*
-----------------------------------------------------------------Vote and coment
"N"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (COMPLETED)
Roman pour Adolescents"Lo selalu marah kalau gua Deket sama cowok lain tapi kenapa setiap gua bilang gua gak suka Lo Deket sama cewek lain Lo selalu negasin kalo gua cuma sahabat Lo?!" Ucap gadis cantik itu penuh amarah "Lo gak boleh Deket sama cowok lain karena Lo itu...