"Assalamualaikum" Abel menatap pintu yang menjulang tinggi dihadapannya
"Walaikumsalam, eh non Abel" sapa embok, pembantu dirumah Dafa.
"Dafanya ada mbok?" Tanya Abel dengan ramah
"Ada dikamar non" Abel mengangguk kemudian bergegas menuju kamar Dafa.
Tok!Tok!Tok!
Abel mengetuk pintu kamar Dafa kasar. Laki laki itu harus menjelaskan semuanya pada dirinya."Santai dong ngetok-- Abel?" Dafa terkejut ketika melihat gadis yang berdiri dihadapannya
Abel membeku saat melihat wajah Dafa yang penuh dengan luka lebam. Benarkah yang Gilang katakan padanya? Apa iya Dafa yang sudah membuat Arga kritis dirumah sakit
"Ada apa bel? Tumben kesini?" Dafa membuka suara karena sedari tadi Abel hanya diam dan menatapnya horor.
Suara Dafa membuat Abel tersadar dari lamunannya. Gadis itu menatap sekelilingnya. Kamar ini masih sama seperti dulu. Bahkan semua barang masih berada ditempatnya sejak 11 tahun yang lalu. Mata Abel memanas ketika melihat mading yang cukup besar dikamar Dafa yang penuh dengan foto mereka berdua.
Abel ingat. Ia dan Dafa yang membuat itu sebagai tanda Aniversary persahabatan mereka tahun lalu.
"Rajawali?" Gadis itu tersadar akan tujuannya datang kerumah ini.
"Rajawali? Burung?" Tanya Dafa polos seakan ia tidak tau apa maksud gadis itu
"Bener lo leader Rajawali?" Dafa terdiam. Ia tidak tau harus menjawab apa saat ini. Karena pasti Gilang dan anak anak GAstar sudah memberitahu Abel tentang malam itu.
"Iya" jawab Dafa seadanya.
Satu tetes air mata berhasil mengalir dari pelupuk mata Abel. Ini benar benar mimpi buruk yang menjadi nyata untuk gadis itu.
"Dan artinya lo yang buat Arga kritis dirumah sakit? Tanya Abel dengan mata yang sudah basah dengan air mata. Dafa memutar matanya jengah. Dari dulu dia tidak suka jika Abel menangis. Tapi lagi lagi dia yang menjadi alasan gadis itu menangis.
"Gua lakuin itu karena gua mau lo balik kegua lagi Bel"
"Gua bukan barang Dafa! Yang bisa seenaknya lo buang terus lo pungut lagi"
"Bel gua cinta sama lo" Dafa berusaha menggenggam tangan Abel tapi segera ditepis oleh gadis itu
"Jangan sentuh gua! Gua gak sudi disentuh sama seorang pembunuh!" Kata kata Abel benar benar menampar Dafa.
"Bel-"
"Gua hampir kehilangan orang yang berarti dalam hidup gua karena lo Dafa. Tapi Tuhan baik, dia kasih mukjijatnya makanya sekarang Arga masih bisa bertahan" potong Abel cepat. Saat ini ia hanya ingin didengar tanpa mau mendengarkan siapa pun.
"Walau kemungkinan dia selamat itu kurang dari 10%" lanjut Abel lagi lemah.
"Masih ada gua Bel, gua janji bakal bikin lo bahagia lebih dari apa yang Arga lakuin" PLAK! Abel menampar laki laki dihadapannya itu kuat agar Dafa sadar dengan apa yang diucapkannya.
"Gua nyesel Daf! Gua gak nyangka bertahun tahun gua hidup berdampingan dengan pembunuh kayak lo!"
"Lo manusia berdarah dingin Dafa! Lo manusia gak punya perasaan!"
"Bahkan lo gak pantes disebut manusia!"
Abel terus terusan mengeluarkan semua unek uneknya. Walau dia tau semua ini hanya membuang buang waktu dan tenaganya. Tapi setidaknya ini bisa sedikit meringankan beban pikirannya.
Dafa terdiam. Rasa bersalah dan penyesalan menggerogoti perasaannya. Dia salah memilih langkah. Dia salah memutuskan untuk membunuh Arga. Karena kenyataannya Abel tak juga kembali kedalam pelukannya.
"Maaf Bel" ucap Dafa tertunduk lemas
"Seribu maaf yang lo ucapin gak bakal bisa buat Arga sembuh!" Semprot Abel.
"Gua benci sama lo Dafa! Gua benci!" Abel berlari meninggalkan kamar dan rumah laki laki itu. Sedangkan Dafa duduk diam mematung dengan semua kalimat pedas Abel yang menghantui pikirannya.
"Arghh!" Laki laki itu membanting semua benda yang ada dihadapannya.
Bugh! Bugh! Cairan kental berwarna merah mengalir dari jari jemari tangannya yang terus terusan memukul tembok. Semuanya benar benar hancur sekarang. Abel sudah membencinya dan itu lebih perih dibanding semua luka yang ada disekujur tubuhnya.
"Gua salah bel, maafin gua hiks" Dafa terduduk lemas dilantai. Laki laki itu menarik kasar rambutnya. Ia benar benar sudah dibuat gila oleh gadis itu.
***
Hari sudah menggelap. Angin malam mulai menyapa. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 1 malam tapi laki laki itu masih saja terjaga.
Kata kata yang dokter sampaikan tadi benar benar membuat Gilang seakan kehilangan arah hidup.
"Semakin hari keadaan pasien semakin memburuk. Kita harus bisa mendapat pendonor kurang dari 2 kali 24 jam, karena kalau tidak dia tidak mungkin lagi bisa bertahan. Kita semua sedang berusaha tapi saya minta secepatnya"
Kalimat itu terus terusan berputar dikepalanya. Dia tidak mau kehilangan Arga. Laki laki itu adalah sepupunya dan Gilang menyayangi Arga bak saudara kandung.
"Lo gak boleh pergi Arga" ucap laki laki itu sambil menatap lurus kedepan. Seramnya lorong ruang tunggu rumah sakit tak sedikit pun membuat Gilang takut. Saat ini, kehilangan Arga adalah hal yang paling menakutkan untuknya.
"Harusnya gua dateng lebih cepet. Kalau aja gua gak terlambat ini pasti gak terjadi, Argh!! Gua salah!" Gilang menarik rambutnya frustasi. Ini semua salahnya. Harusnya Arga masih disini tertawa bersamanya bukan malah terbaring lemah berperang melawan maut.
Seandainya Gilang bisa membantu Arga untuk bisa menang dalan peperangannya pasti rasa bersalah itu akan sedikit memudar.
"Gua gak bisa hidup dalam rasa bersalah gini, Arga harus sembuh meski gua yang harus pergi" ucapnya yakin pada dirinya sendiri. Semua akan laki laki itu lakukan demi keselamatan Arga.
"Gua bakal donorin jantung gua buat dia" Gilang bangkit dari kursinya dan bersiap untuk pergi
"Tunggu! Biar gua aja" Gilang terdiam seribu bahasa sambil menatap seseorang yang baru saja mengatakan kalimat itu.
"Yang seharusnya donorin itu gua, jadi lo gk usah ikut campur!"
-----------------------------------------------------------------
*
Jangan terlalu percaya teman.
Sedekat apapun, dia tetap saja orang luar
Yang sewaktu waktu bisa menjadi musuh dalam selimut.
Jadi, berhati hati lah*
-----------------------------------------------------------------Vote and coment
"N"
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR (COMPLETED)
Fiksi Remaja"Lo selalu marah kalau gua Deket sama cowok lain tapi kenapa setiap gua bilang gua gak suka Lo Deket sama cewek lain Lo selalu negasin kalo gua cuma sahabat Lo?!" Ucap gadis cantik itu penuh amarah "Lo gak boleh Deket sama cowok lain karena Lo itu...