13. Lo cuma sahabat gua Abel!

62 3 0
                                    

Abel mengerjapkan matanya beberapa kali mencoba memulihkan nyawanya. Badanya terasa remuk karena semaleman tidur dilantai. Matanya melirik jam yang menunjukkan pukul 6.10, gadis itu segera berjalan menuju kamar mandi, meski beberapa kali memegang dinding karena kepalanya yang terasa pusing.

Setelah selesai mandi dan menyiapkan peralatannya Abel segera turun untuk ikut sarapan dengan keluarganya. Matanya sudah tidak lagi bengkak, entah apa yang gadis itu berikan pada matanya sehingga kantung matanya sudah tak lagi terlihat. The power of skincare? Karena dia ga pake make up.

"Morning Abel" sapa Ayah

"Morning too" Abel duduk dikursinya, membiarkan bunda mengoleskan roti untuknya

"Kamu kenapa?" Pertanyaan bunda membuat Abel menaikkan satu alisnya. Memangnya dia kenapa?

"Kata pak Sapto tadi malam pulang dari supermarket kamu nangis dimobil bener?"

"Bi Murni juga bilang kamu lari kekamar, nangis trus banting pintu juga bener?" Ayah juga ikut bertanya

"Iya" balas Abel singkat

"Kenapa?" Kini giliran Zilla yang ikut ikutan bertanya. Rasanya Abel ingin sekali berteriak bahwa itu semua karena dirinya, tapi itu tidak mungkin

"Gak tau. Mungkin karena lagi PMS" alibi Abel. Ia memakan rotinya dan mencoba membuat raut wajahnya senormal mungkin

"Ooh kirain kamu kenapa, yaudah habisin sarapannya" bunda membelai halus rambut Abel. Abel membalasnya dengan senyuman

"Abel berangkat ya" ucap Abel saat ia sudah selesai dengan sarapannya

"Loh ga bareng Dafa princess?" Ayah menggoda Abel

"Dafa ga sempet jemput, yaudah Abel berangkat sama pak Sapto ya" Abel mencium tangan kedua orang tuanya dan segera berangkat kesekolah

***

Setelah sampai disekolah gadis itu segera masuk kekelasnya dan duduk dikursinya. Ternyata Dafa sudah dateng. Dia duduk dikursi sebelah Abel sambil memainkan HPnya.

"Kenapa gua gak usah jemput?" Tanya Dafa pada gadis itu. iya, Abel yang meminta Dafa untuk tidak usah menjemputnya hari ini. Ia sedang tidak ingin terlalu dekat dulu dengan laki laki itu. Setidaknya sampai hatinya kembali percaya bahwa Dafa tidak akan meninggalkannya.

"Pengen aja" Abel menampilkan senyumnya yang nampak dipaksakan.

"Kenapa?" Dafa mengusap pelan rambut Abel. Merapihkan anak anak rambutnya yang berantakan

Abel masih diam. Ia memperhatikan Dafa yang masih asik membenarkan rambutnya yang ia biarkan terurai. Sampai matanya bertemu dengan mata hitam milik Dafa. Abel menatap mata itu dalam. Mencari sesuatu yang sedang disembunyikan oleh laki laki itu.

"Lo kenapa?" Kini tangan Dafa menyentuh tangan Abel lembut. Tapi reaksi gadis itu kali ini membuat Dafa menatapnya bingung. Abel menepis tangan Dafa yang mencoba menggenggam tangannya

"Tadi malam kemana?" Tanya Abel tak berani menatap Dafa

"Dirumah" jawab laki laki itu tanpa ragu. Abel langsung mengarahkan wajahnya kearah Dafa. Ini pertama kalinya Dafa membohonginya. Jelas jelas orang yang tadi malam Abel lihat itu Dafa.

"Jangan bohong" Dafa menatap Abel

"Beneran bebelku" Dafa mencubit gemas Abel tapi langsung ditepis oleh Abel. Bisa bisanya laki laki itu bercanda.

"Gua lihat kok" ucapan Abel membuat Dafa sedikit kaget. Tapi ia harus tetap bisa membuat raut wajahnya seakan tidak terjadi apa apa

"Lihat? Lihat apa?"

"Lo tadi malam sama Zilla?" Tanya Abel langsung. Ia sudah sangat lelah berbasa basi.

"Enggak" Dafa membohonginya!

"Gua lihat Dafa!" Abel menaikkan nada bicaranya membuat teman teman sekelasnya menatap kearah mereka berdua

"Lo kenapa sih?" Dafa masih mencoba untuk sabar. Ia tidak ingin sampai kelepasan dan membentak gadis dihadapannya ini

"Gua nanya lo tadi malam jalan sama Zilla?" Abel kembali menurunkan nada bicaranya selembut mungkin. Matanya sudah siap untuk meluncurkan air mata, tapi sebisa mungkin ia tahan. Ia tidak mau terlihat lemah dihadapan laki laki ini. Sudah cukup tangis yang pecah tadi malam.

"Kenapa sih lo selalu menuduh kalau gua sama Zilla deket? Dia itu kakak lo dan ga salah dong kalau gua temenan sama dia?" Dafa sudah emosi tapi laki laki itu tidak menaikkan nada bicaranya.

"Ga salah memang, tapi yang gua pengen lo jujur apa bener tadi malam jalan sama Zilla?" Abel menekan setiap perkataannya

"Iya" Dafa menatap Abel lekat. Ia tahu gadis itu ingin menangis.

"Terus kenapa tadi lo bohong?" Nada getir terdengar di kalimat yang ia keluarkan.

"Emang harus banget lo tau?" Abel membulatkan matanya. Ini pertama kalinya Dafa mengeluarkan kalimat itu. Sungguh sakit rasanya.

"Gua gak suka lo terlalu deket sama Zilla" Abel menunduk. Ia benar benar takut sekarang. Dafa sudah berubah. Ia menyesal. Kenapa kemarin ia harus mengenal kan Dafa dengan Zilla?

"Lo gak suka? Terus lo mau apa?" Tanya Dafa dengan tatapan meremehkan. Ini bukan Dafa yang Abel kenal. Dafa yang Abel kenal tidak pernah menatapnya seperti itu.

"Gua mau lo jauhin dia" Abel menekan setiap kata katanya. Ia memberanikan diri menatap mata Dafa.

"Maaf gua gak bisa" Dafa membuang tatapannya. Ia tidak ingin menatap Abel lagi.

"Kenapa daf? Lo suruh gua jauhin semua cowok gua lakuin! Tapi kenapa sekarang lo gak bisa?" Abel menarik kasar bahu Dafa agar laki laki itu menatapnya

"Lo apa apaan sih?! Lo ga ada hak buat ngelarang gua! Karena lo cuma SAHABAT GUA!" Dafa menekan kata kata terakhirnya dan membawa tasnya pergi kemeja kosong yang berada dipojok kelas.

Bahu Abel naik turun, ia menangis. Bukan hanya karena kata kata Dafa yang terdengar begitu menyakitkan tapi juga karena Dafa membentaknya. Ini pertama kali ia dibentak oleh orang lain. Dan yang membentaknya adalah orang yang paling ia cintai.

Tuhan kenapa kau memberiku masalah seberat ini?

Teman teman sekelas mereka berdua tampak sedang berbisik bisik membicarakan mereka.

"Yah berantem tuh dua soulmate"
"Dafa egois banget yaa"
"Abel kasian banget"
"Abel sini sama abang aja"
"Dafa kok gitu sih?"

Bisikan bisikan teman teman sekelasnya tampak tak dihiraukan oleh Abel. Ia masih saja menatap kosong kedepan dan sesekali ia melirik kearah kanannya. Kursi kosong yang sudah ditinggalkan pemiliknya.

Sedangkan Dafa duduk dipojok kelas tampak menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangannya dan sesekali laki laki itu memukul tembok kelas yang membuat tangannya memerah

-----------------------------------------------------------------
*

Rasa sakit yang paling sakit adalah ketika seseorang membuatmu teramat istimewa kemarin, kemudian membuatmu begitu tidak diinginkan sekarang.

*
-----------------------------------------------------------------

Vote and coment

"N"

TAKDIR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang