55. Jangan...Jangan

56 4 0
                                    

Abel tampak gusar. Pasalnya sudah sehari sejak Arga sadar dari komanya Gilang belum juga kembali ataupun memberi kabar.

Pikiran pikiran negatif merasuki pikiran gadis itu. Karena pada malam itu beberapa kali Gilang mengatakan bahwa ia ingin mendonorkan jantungnya untuk Arga.

"Jangan jangan? Enggak! Enggak! Gak mungkin dia ngelakuin itu" Abel berusaha meyakinkan hatinya bahwa Gilang baik baik saja dan sekarang hanya sedang menenangkan diri.

Ceklek.

"Udah ada kabar dari Gilang?" Baru saja Abel menginjakkan kakinya diruangan Arga dan laki laki itu sudah langsung menodongnya dengan pertanyaan tentang Gilang.

Abel menggeleng lemah.

"Emang dia gak ada ngabarin mama dia mau kemana?" Tanya Arga pada Duwi yang sedang mencoba menenangkan Nita yang menangis. Sedangkan Putra sibuk menelepon beberapa koleganya untuk membantu mencari puteranya begitupun dengan Ganda.

"Ma-af sebe-lumnya Tan" ucap Abel terbata bata. Ia takut jika yang akan ia ucapkan ini akan semakin membuat keadaan runyam.

"Iya bel kenapa?" Balas Duwi

"Maaf banget ni sebelumnya, bukannya Abel bermaksud gimana gimana. Ini cuma mau nanya bukan mau nambah panik" semua orang menatap Abel yang masih ragu untuk mengeluarkan pertanyaannya.

"Kamu kenapa sih bel? Kok ragu gitu cuma mau nanya doang!" Semprot Arga yang dibuat geregetan dengan tingkah gadis itu.

"Apa om sama tante tau siapa pendonor jantung buat Arga?"

"Belum" ruangan itu seketika hening. Semua terdiam membisu dan larut dalam pikirannya masing masing. Mereka saling menerka apa maksud dari pertanyaan itu

"Jangan jangan. Ah enggak! Gak mungkin Gilang mendonorkan jantungnya untuk Arga, gak mungkin!" Semprot Putra marah.

"Mbak, dia anak ku satu satunya mbak.. hiks hiks" Nita kembali menangis histeris didalam pelukan Duwi.

Abel menjadi merasa bersalah karena telah menanyakan itu. Seharusnya dia diam dan tak terlalu ikut campur disini.

Ceklek..
Pintu ruangan Arga terbuka sempurna menampakkan Gilang yang tampak rapih dengan kemeja hitamnya.

"Gilang!" Nita dengan cepat berlari kearah putranya dan memeluk laki laki itu erat seakan ia akan pergi jauh setelah ini.

"Kamu kemana aja?"

"Gilang tadi ada urusan mi" ucap Gilang lembut meyakinkan wanita dihadapannya itu

"Kita khawatir Lang" ucap Duwi lemah

"Maaf udah bikin kalian semua khawatir" balas Gilang dengan raut bersalahnya.

Kemudian mata laki laki itu tertuju pada laki laki yang masih berbaring di atas Bankar rumah sakit.

"Gimana keadaan Lo bro?" Gilang menepuk bahu Arga. Dengan reflek Arga memeluk sepupunya itu dan ini pertama kalinya laki laki itu melakukan hal itu.

"Gua gak papa" ucap Arga datar setelah melepas pelukannya

Gilang menatap gadis cantik yang berdiri disamping bankar rumah sakit. Dari raut wajahnya Gilang tau, Abel memiliki banyak pertanyaan yang ingin ia lontarkan

"Lo bikin gua panik" ucap Abel kemudian berhambur kedalam pelukan laki laki konyol yang selalu memanggil nya bidadari

"Ekhem" deheman Arga sontak membuat Abel melepas pelukannya

"Ahelah cemburuan amat Lo!" Cibir Gilang yang baru sebentar merasakan betapa nyamannya pelukan Abel.

"Dari mana aja sih Lo?!" Semprot Abel kesal.

"Jalan jalan nyari angin" jawab Gilang santai

"Nyari angin sih nyari angin, HP nya gak usah dimatiin juga! Bikin semua panik aja sih Lo!" Gilang mengukir senyum sekilas melihat betapa Abel mengkhawatirkan dirinya.

"Maaf Bel" balas Gilang gemas sambil mencubit gemas pipi gembil gadis itu

"Ga usah cubit cubit!" Pekik Arga kesal menatap kedua orang yang berdiri dihadapannya

"Au nih Gilang" adu Abel pada kekasihnya itu

Ceklek...
Pintu ruangan itu kembali terbuka menampakkan dua orang yang sudah tampak berumur dengan pakaian serba hitam dan wajah yang sembab

"Permisi" semua orang yang ada di ruangan itu menatap kearah pintu

"Tante Ika!" Teriak Abel kemudian berlari kearah dua orang itu dan memeluk wanita paru baya dengan mata bengkaknya yang terlihat jelas

"Abel" ucapnya lemah sambil tersenyum penuh makna

"Mereka siapa bel?" Tanya Duwi heran karena kekasih putranya itu terlihat begitu akrab dengan dua orang dihadapannya

"Ini Papa dan Mama nya Dafa Tan" ucap Abel ragu, karena sahabat kecilnya itu yang menjadi alasan Arga terbaring dirumah sakit saat ini

"Dafa siapa?" Tanya Nita bingung

"Orang yang hampir membunuh Arga" ucap Arga dengan sorot mata kebencian

"Mau apa kalian kesini? Mau mencoba membunuh anak saya lagi?!" Ucapan Arga membuat Duwi seketika mengeluarkan amarahnya. Abel dengan sigap memeluk Ika yang terlihat sangat rapuh saat ini

"Kami kesini mau minta maaf atas nama putra saya" Tomi membuka suara dengan raut wajah merasa bersalahnya

"Kenapa harus kalian? Dimana putra kalian?! Harusnya dia sebagai laki laki harus bisa bertanggung jawab atas perbuatannya! Bukan berlindung dibalik kalian!" Duwi terlihat sangat emosi saat ini. Ganda merangkul bahu istrinya itu agar bisa sedikit lebih tenang

"Atas nama Dafa, sekali lagi kami minta maaf" ucap Ika pelan dengan air mata yang mengalir dari pelupuk matanya

"Bawa putra kalian kesini untuk minta maaf secara langsung atau kami akan membawa masalah ini kejalur hukum sebagai bentuk pertanggung jawaban dia!" Ucap Putra tegas. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak mengangguk setuju kecuali Gilang. Laki laki itu lebih memilih menatap keluar jendela.

"Dia tidak bisa kesini" Tomi memejamkan matanya. Dari raut wajahnya seperti ada yang ingin meledak tapi sebisa mungkin ia tahan.

"Bagaimana keadaan kamu Arga?" Tanya Ika dengan suara yang bergetar

"Seperti yang terlihat" balas laki laki itu sedikit kurang sopan.

"Putra anda harus tetap bertanggung jawab!" Ucap Ganda penuh penekanan

"Dia sudah bertanggung jawab" balas Tomi sambil menatap getir kearah Arga

"Oh ya? Berapa tahun dia harus mendekam dipenjara?" Tanya Nita dengan senyum miringnya

"Itu bukan tanggung jawab, itu hanya sekedar hukuman. Sedangkan putra kami sudah benar benar melakukan tanggung jawabnya" kata kata Tomi semakin membuat semua orang yang ada di sana bingung

"Apa maksud anda?" Tanya Ganda

"Dia sudah menyelamatkan Arga" beriringan dengan kaluarnya kalimat itu ada satu bulir air mata yang berhasil lolos dari pelupuk mata Tomi

"Maksud om?" Tanya Abel dengan wajah bingung. Dengan cepat Tomi menarik gadis itu kedalam pelukannya

"Om sayang kamu begitu pun Dafa, Abel" Tomi mencium puncak kepala gadis itu lama yang membuat air mata Abel mengalir begitu deras. Sedangkan Arga mengepalkan tangannya melihat kekasihnya berada diperlukan orang lain.

"Dafa kemana om?" Tanya Abel dengan suara bergetar

"Dafa udah...."

-----------------------------------------------------------------
*
Menerka nerka
Berharap
Hingga akhirnya kecewa

*
-----------------------------------------------------------------

Digantungin itu emang ga enak ya
Jangan lupa vote and coment

"N"

TAKDIR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang