45. Mengalah

46 4 0
                                    

Sudah hampir 30 menit Abel dan Arga duduk ditaman rumah gadis itu. Hening. Keduanya masih sama sama enggan untuk membuka suara. Setelah kejadian kemarin saat Dafa menyatakan cintanya, entah kenapa hubungan Arga dan Abel menjadi sedikit renggang

"Gimana?" akhirnya Arga mau memulai percakapan

"Apanya?" Tanya Abel bingung.

"Keadaan kamu?" Arga menatap Abel sendu. Bayang bayang kehilangan menghantui Arga selama semalaman. Hingga laki laki itu tidak bisa tidur semalam.

"Aku baik baik aja kok" Abel tersenyum kearah kekasihnya

"Bel" Arga memanggil Abel tapi matanya menatap lurus kedepan. Ia tidak berani menatap mata gadis itu, karena semakin lama ia menatap maka bayang bayang kehilangan juga semakin tercetak jelas.

"Ada masalah Ga?" Abel menyentuh tangan Arga.

"Tentang kemarin-" Arga menggantung kalimatnya kemudian menatap wajah gadisnya itu. Raut wajah Abel berubah yang membuat hati Arga semakin tidak tenang

"Aku tau kamu bimbang" ucapan Arga  membuat Abel menatapnya sendu.

"Ga--"

"Aku sayang sama kamu bel, aku pengen lihat kamu bahagia" Arga menggenggam telapak tangan Abel yang sedikit dingin

"Arga" lirih Abel.

"Aku gak tau Bel, kenapa aku pengen bilang ini. Padahal aku tau ini cuma bakal nyakitin aku, tapi hal yang selama bertahun tahun kamu tunggu udah datang bel. Dia udah cinta sama kamu" Arga membuang tatapannya dan melepas genggamannya. Hatinya sangat terluka saat ini. Abel diam membiarkan laki laki itu menyelesaikan kalimatnya

"Aku ikhlas kalau emang hati kamu masih mau sama dia, asalkan kamu bahagia" kalimat itu keluar dari bibir Arga bersama dengan air matanya yang mengalir. Tapi Abel tidak bisa melihat itu dengan jelas karena Arga enggan untuk menatapnya.

"Gak, aku udah punya kamu gak mungkin aku balik kedia" Abel menarik wajah Arga agar laki laki itu menatapnya. Abel menangis terisak ketika tau Arga juga mengeluarkan air mata

"9 tahun kamu nunggu ini Bel dan semua jadi kenyataan sekarang, aku cuma pengen kamu bahagia meski ga sama aku" Bodoh! Arga tau yang dia lakukan saat ini hanya akan semakin membuat celah besar untuk Dafa masuk kedalam hubungannya. Tapi bagaimanapun ini salah satu harapan Abel dan Arga mau melihat gadis itu bahagia.

"9 tahun aku bertahan tapi dia cuma nyakitin hati aku Ga, jadi untuk apa aku kembali kedia? Lagian sekarang aku udah punya kamu, kamu adalah sumber kebahagiaan untuk aku" Abel berusaha meyakinkan Arga bahwa kini hanya Arga satu satunya laki laki dihatinya.

"Aku gak mau kamu menyesal dengan keputusan kamu, aku kasih kamu waktu 1 hari untuk memikirkan semua ini dan selama satu hari itu anggap kita gak punya hubungan apa apa" Abel menggeleng tegas. Ini bukan solusi yang tepat untuk saat ini.

"Satu hari, seminggu, satu bulan atau bahkan setahun sekalipun keputusan aku gak bakal berubah Arga, aku gak bakal balik kedia!" Abel kembali terisak

"Pikirin baik baik, aku tunggu jawabannya besok malam" Arga bangkit dari duduknya bersiap untuk meninggalkan Abel. Entahlah apa yang akan terjadi nanti, tapi setidaknya Arga pernah merasakan betapa hangatnya kasih sayang Abel.

"Aku percaya sama kamu, aku pamit" Arga melenggangkan kakinya meninggalkan Abel yang masih terisak karena keputusannya. Ingin rasanya Arga berbalik kemudian membawa gadis itu kedalam pelukannya agar dia berhenti menangis.

' aku yakin kamu akan pertahanin hubungan ini sayang' batin Arga

"Aku cinta sama kamu Arga hikss hikss" Abel memegangi dadanya yang terasa sesak

***

Abel menatap kosong kedepan. Entahlah malam ini tidak ada lagi notifikasi dari laki laki itu. Arga benar benar menepati ucapannya bahwa untuk sehari kedepan ia dan Arga bukanlah sepasang kekasih.

Hanya sehari memang tapi kenapa begitu menyiksa untuk Abel. Gadis itu selalu memikirkan keadaan Arga hingga dia tidak sempat untuk memikirkan masalah yang menyebabkan ini semua terjadi.

"Aku kangen Ga" lirih Abel dibarengi dengan air matanya yang jatuh. Kenapa semua menjadi rumit seperti.

Tliing..
Dafa: gua dibwh turun dong!

Bahkan nama kontak Dafa saja sudah berubah di HP Abel. Tak ada lagi embel embel love di belakang namanya. Karena kini yang pantas menggunkan itu hanya Arga, kekasihnya

Abel mematikan HPnya. Sedikit pun tak ada niat dalam hati Abel untuk bertemu laki laki itu, apalagi sampai kembali mencintainya. Ck! Abel jijik dengan pikiran itu.

Saat ini ia hanya mencoba menyiapkan diri untuk besok menghadapi Arga. Bagaimana ia bisa bertingkah seolah keduanya tak memiliki hubungan?

"Non, den Dafa manggil non kebawah" Bi Murni sedikit berteriak dari pintu kamar Abel. Gadis itu hanya memutar matanya malas. Kenapa Dafa tak henti hentinya mengganggu hidupnya.

Dengan amat sangat terpaksa Abel turun dan menemui laki laki itu. Dafa sedang duduk berdua bersama Zilla diruang tamu

"Ada apa?" Tanya Abel ketus pada laki laki itu

"Cuma pengen ngobrol aja" ucap Dafa sambil tersenyum

"Gua gak pengen ngobrol" Abel sama sekali tidak menatap Dafa yang jelas jelas dihadapannya

"Bel-"

"Ngobrol aja sama Zilla, jangan ganggu gua dan hubungan gua!" Tukas Abel tegas kemudian berbalik untuk kembali kekamarnya.

"Sikap lo gak bikin gua respect sama lo, malah bikin gua semakin benci dengan lo Dafa Dayren Putra. Lo hancurin hidup gua dan sekarang? Lo hancurin hubungan gua!" Abel merobek foto dirinya bersama Dafa yang ia simpan. Foto saat ulang tahunnya tahun lalu.

"Gua benci lo, gua benci... Arghhh!" Abel menarik rambutnya frustasi. Untuk saat ini sebenarnya Abel butuh laki laki itu untuk mendengar segala keluh kesahnya. Tapi Abel juga mengerti posisi Arga, laki laki itu pasti sama tersiksanya dengan ia.

"Argaa, aku bakal pertahanin hubungan ini sampai kapan pun"

-----------------------------------------------------------------
*
Jangan dipaksakan
Aku ingin kamu mencintaiku karena mau, bukan karena harus

*
-----------------------------------------------------------------

Vote and coment

"N"

TAKDIR (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang