"kalo gue dikasih permohonan dan bebas milih apa aja, gue cuma mau lo ga balik lagi"
-Alana
---------
Dirumah Rezza sudah menunggu Alana di depan pintu sambil melipat tangan di depan dada.
Alana yang melihat itu meringis dalam hati, ia tau hal apa yang selanjutnya terjadi.
"Ekhem...Assalamualaikum bang,"
"Walaikumsalam kok lama? Habis dari mana?"
"It-u ba-ng" percayalah tangan Alana bergetar melihat tatapan abang nya.
"bolos kemana lagi kali ini?"
"Ke-ke tempat-" ucapan Alana dipotong oleh seseorang dibelakang nya.
"Sama saya bang ke perpustakan Mulyadi" ucap seseorang lelaki yang berjalan dengan bahu kokoh dibelakang Alana.
"Lo siapa?" tanya Rezza
"Kenalin saya Serkan, satu sekolah juga kok sama kalian cuma saya orang baru"
"Ohhh lo kelas berapa?"pertanyaan Rezza membuat Alana menyerit bingung pasalnya abangnya itu tak pernah bersikap ramah kepada orang baru, apalagi orang itu yang membawa adik nya pergi.
"Bentar deh bentar, ini kenapa abang jadi akrab sama Serkan?"tanya Alana degan alis diangkat sebelah.
"Dia mirip sama seseorang, kayak nya kita pernah ketemu tapi gue lupa dimana"senyum tipis Rezza sungging kan ketika selesai mengatakan itu.
"Ahh sudahlah Alana mau mandi, terserah kalian mau ngobrol apa, babayy"
Setelah kepergian Alana tatapan mata Serkan tak pernah lepas dari punggu tersebut sampai hilang dibalik pintu cokelat itu.
"Lo sama Alana pacaran?"tanya Rezza dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Enggak kok bang, tapi akan"dengan senyum tipis yang membuat siapa saja takjub jika melihatnya.
"Ohh lagi proses pdkt"kata Rezza sambil mengangguk anggukan kepalanya.
"Ohh ya salam kenal gue Rezza abang Alana"lanjut Rezza dengan tangan yang sudah terjulur ke depan.
Setelah berjabat tangan, Rezza mengajak Serkan masuk ke dalam rumahnya, kemudian menawarkan minum dan mengajak Serkan bermain PS di dalam kamarnya. Jujur ini pertama kali Serkan dekat dengan seseorang yang sebaya dengan nya, karena ia hanya anak biasa yang tidak mudah bergaul, setiap hari diahabiskan waktunya dengan skateboard hitam dengan bandana merah yang selalu melekat di lengan kanan atasnya.
Sementara Alana, didalam kamar sibuk dengan dunia nya sendiri bahkan dia tidak sadar ketika Rezza dan Serkan lewat depan pintu kamar nya pada saat dia yang hanya mengenakan kaos hitam loggar dengan celana hotspain kesukaan nya.
Sejujurnya itu adalah pemandangan biasa bagi Rezza yaa karena dia setiap hari melihat adiknya seperti itu dirumah, namun tidak dengan Serkan ia merasakan dadanya berdesir ketika melihat itu.
Setelah jam menunjukkan pukul 22:10 Serkan pamit ingin pulang, yaa dia bukan lelaki yang suka diluar rumah lewat dari jam 11 malam, bukan karena dia banci tapi karena setiap jam 11 malam ia harus mengecek bagaimana perkembangan ibunya, yaa ibu Serkan sakit ia mengidap penyakit Leukimia yang membuat Serkan harus menahan mati-matian emosi nya karna ibunya tak pernah mau diajak kerumah sakit.
"Bang, kayak nya gue harus pulang deh"kata Serkan sambil melepaskan stik PS dari tangannya.
"Ohh yaudah ayo gue antar, tapi lo jalan aja duluan gue mau ke toilet dulu bentar"jawab Rezza
"Okee"balas Serkan
Ketika Serkan keluar dari kamar Rezza ia melihat pintu kamar Alana yang terbuka, tanpa memikirkan apa-apa lagi ia berjalan ke arah kamar Alana ia tahu bahwa tindakan nya akan memicu kemarahan Rezaa, namun yang namanya Serkan adalah lelaki yang paling suka tantangan, ia terbiasa menerima bukan ditolak.
Sesampai didalam kamar Alana ia disambut pemandangan dinding putih polos dengan hiasan tulisan Yunani kuno berwarna mocha di beberapa sudut kamarnya, dan beberapa polaroid yang menggantung bebas di sepanjangdinding diatas meja belajar Alana. Mata Serkan menjelajahi ruangan tersebut dan pemandangan nya jatuh ke arah Alana yang terbaring di karpet dengan novel menutup setengah wajahnya.
Kemudian Serkan berjalan mendekat, mengambil novel tersebut dan meletakkan diatas meja belajar Alana, tak lupa mengangkat Alana kekasur dan memakaikan nya selimut bermotif Panda tersebut.
"Kamu lucu kalau lagi tidur gini, saya jadi yakin kalo kamu yang dimaksud bunda"Serkan tersenyum sambil mengelus kepala Alana
Yaa bunda Serkan pernah bertemu dengan Alana ketika gadis tersebut masih berusia 5 tahun, jujur saja dulu bunda Serkan ingin menjadikan Alana anaknya, sebelum semuanya berubah menjadi runyam seperti sekarang.
"Kalo saja sikap kamu ke saya sedamai kamu pas tidur sekarang, pasti semuanya akan berjalan sesuai rencana saya"masih dengan senyumnya
kemudian Serkan berjalan mundur dan matanya terpaku kearah polaroid ketika Alana masih kecil disana Alana mengenakan pakaian berwarna pink dengan boneka panda yang dipeluknya, Serkan ingat boneka itu, itu adalah pemberian bundanya. Tangan Serkan terulur menarik Polaroid tersebut dan memasukkan ke dalam saku celana nya, tak lupa keluar dari kamar tersebut dan menitup pintunya.
Setelah menutup pintu Serkan berjalan ke lantai bawah ke arah pintu keluar lebih tepat nya sambil menunggu Rezza yang belum keluar dari kamar mandi.
Melihat Rezza yang keluar dari kamar nya Serkan menggakkan bahunya.
"Ayo gue antar sampe depan"
Berjalan beriringan sambil membahas tentang game yang baru saja mereka main kan.
"Kalo gitu saya balik ya bang"
"Yoii hati-hati Kan, besok kita main lagi okee"
"Sipp"balas Serkan dengan mengacungkan jempol kearah Rezza.
Setelah kepergian Serkan, Rezza berjalan ke dalam rumah tak lupa menutup pintu rumahnya.
---------
I'M BACKK, MAKASIH BUAT KALIAN YANG SETIA BACA CERITA AKU.
Jujur Awalnya aku kira cerita ini tidak akan pernah aku up lagi karena kesibukan daring yang membuat aku maless banget buat up cerita ini.
Tapi karna ngerasa punya hutang sama nih cerita jadilah lanjut lagi wkwk.
Makasih buat kalian semua.
Plis banget vote dan komen nya gaess biar aku tambah semangat kalo boleh spam aja gapapa wkwk.
---------
KAMU SEDANG MEMBACA
A PROMISE
Teen Fiction"Jadi pacar saya"ucap Serkan "Ga mau gue bilang!" balas Alana sambil berjalan menjauh dari Serkan, Namun Serkan mengejar dan menarik pergelangan tangan Alana dan mendorong nya ke tembok. Serkan melangkah lebih dekat dan meletakkan tangan nya disampi...