Sedari pagi, pikiran Calla terus dibayangi oleh Raka. Rasa tak enak hati terus menghantuinya sepanjang pelajaran yang dilewatinya. Ia sudah tidak fokus lagi.
Pagi tadi ia memang sengaja menghindar dari Raka. Berangkat pagi-pagi sekali naik angkot.
Tetapi setibanya di sekolah pun ia tak mendapati Raka meneleponnya. Bahkan sampai sekarang jam istirahat tiba pun, pemuda itu tidak menghampirinya seperti biasa.
Apa dirinya keterlaluan?
"Eh Cal, kemarin cowok lo kenapa sih? Baru itu loh gue liat Raka kaya marah banget sama lo. Eh tapi--lo nggak kenapa-napa kan?"
Calla menggeleng lemah. Memainkan bibirnya ragu agar tidak berbicara lanjut pada Kiya. Karena terkadang, ia mudah terpancing karena cerocosan Kiya.
Alis Kiya bertaut. Aneh. Pagi ini ia juga tak mendapati Raka mengantar temannya itu. Bahkan Calla sudah duduk manis ketika ia datang. Berbanding terbalik sekali macam biasanya. Yang tambah aneh, istirahat kali ini Raka tidak datang menjemput Calla.
"Lo berdua lagi nggak marah-marahan alay kan?"
Calla mendongak, bibirnya ia rucutkan tanda tak suka. "Enggak kok."
Kiya melengos, bilang enggak tapi dari tadi ngelamun terus. "Yaudah kantin yuk."
"Kamu aja Ki, aku nggak laper."
Fix, ini aneh. Tanpa mengatakan apapun lagi, Kiya berjalan keluar kelas. Perempuan itu berjalan tergesa menuju kelas Raka. Gemas dan aneh saja ketika mendapati pasangan itu sedang marahan.
"San!"
Sandi menoleh. Aish kenapa pula sepupunya itu! Ia sedang buru-buru ini!
"Paan sih?" Ucapnya tak sabar.
Kiya yang baru saja berlari mengejar Sandi itu pun mengernyit. Kenapa pula sepupunya? Kenapa semua orang aneh sih hari ini?
"Ck! Kenapa sih lo?"
"Ah elah," ucap Sandi gusar. Ia terus bergerak tak bisa diam. "Ngapain manggil-manggil sih? Gue buru-buru nih."
"Buru-buru? Sok sibuk banget lo."
"Ck! Mau bilang enggak? Kalo nggak gue pergi nih."
"Ehh..." Kiya menahan Sandi yang sudah ingin lari. Decakan keras sudah pasti keluar dari bibir cowok itu. "Gue belom selesai."
"Apaan?" Ucap Sandi geregetan. Pasalnya ini sudah berada di ujung. Kalo keluar disini gimana?!
Pandangan Kiya yang tadinya mengarah pada Sandi, ia alihkan ke samping. Tubuhnya ia senderkan pada tembok di belakangnya. "Lo ngerasa aneh nggak sih? Masa nih, hari ini Calla tuh ngelamuuun terus. Terus nih ya, gue kemarin liat Raka narik Calla gitu aja. Lo tau nggak mereka kenapa?"
Gerakan tubuh Sandi sudah tidak bisa dikontrol. Ia terus bergerak gelisah dengan muka yang kian memerah.
"Lo kenapa sih? Kek cacing kepanasan gini."
"Ck! Lama ah lo. Gue kebelet boker tau nggak sih. Bodo lah!" Ucap Sandi sambil berlalu meninggalkan Kiya. Cowok itu pontang panting berlari tanpa peduli sekitar.
Kiya melongo.
Setelah cukup lama meratapi sepupunya Kiya berteriak, "jijik San!"
Tak lama setelah itu Kiya sadar akan tujuannya. Perempuan itu kemudian berlari menuju kelas Raka.
Sampai disana, ia tak berani masuk. Karena banyak rumor menegenai kelas ini yang terkenal horor. Cewek-ceweknya ganas. Kiya hanya melongokkan kepalanya di jendela yang kebetulan setinggi dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerity
Teen FictionKesakitan maupun kebahagiaan tidak pernah ada yang tau. Entah mana yang bisa diciptakan atau entah mana yang hanya mengikuti alur ketetapan. Mendapati kesakitan lalu menemukan kebahagiaan, atau justru mendapat kebahagiaan lalu menuju jurang kesakita...