Chapter 1 - Jana Dzafina.

8 4 0
                                    

“Jana,semua keperluan kamu udah kamu bawa ?.“ tanya mama yang saat itu sedang mengisi nasi ke piring adik ku.

“Udah ma.” Jawabku.

“kalo gitu sekarang habisin makanan kamu terus cepet siap-siap .” Ucap mama yang kemudian aku jawab dengan anggukan kepala.

Namaku Jana Dzafina umurku 16 tahun dan aku adalah anak ke-3 dari empat bersaudara dan entah itu takdir atau suatu kebetulan karena semua saudaraku itu perempuan.

Terlahir dari keluarga yang sederhana dengan ekonomi yang cukup, membuatku bersyukur karena masih bisa merasakan pendididkan di sekolah.

Ayah ku adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan textile,meskipun usia ayah yang sudah setengah abad tapi beliau masih tetep bekerja dengan penuh semangat demi memenuhi kebutuhan keluarga kami,minimnya upah yang ayah terima membuat ibuku berjualan dengan membuka warung sembako di samping rumah untuk membantu ayah.

Kakak perempuan ku yang tertua bernama ingrid,kami sekeluarga selalu memanggilnya mbak ingrid.Mbak ingrid ini adalah sosok penyanyang sepeti mama selain itu mbak ingrid itu pintar sekali memasak,itulah salah satu alasan ku menyukai mbak ingrid.

Mbak ingrid adalah orang yang paling aku hormati setelah kedua orang tuaku,Saat ini dia sudah tidak tinggal serumah dengan kami karena setelaah  menikah mbak ingrid di bawa oleh suaminya,biasanya setiap akhir pekan mbak ingrid selalu datang berkunjung kemari bersama suami dan purta kecilnya arkha si bocah berusia 4 tahun yang cerewat dan bandel.

Kakak perempuan ku yang kedua adalah mbak Miara,kami biasa memanggilnya dengan sebutan mbak mia.Berbeda dengan mbak ingrid yang penyayang,mbak mia ini adalah tipikal orang yang jutek dan galak kalau sudah berurusan denganku dan aira.

Kadang aku selalu berpikir mungkin sikap galak mbak mia kepada aku dan aira karena dia jengah dengan kerusuhan kami tapi meskipun begitu kami sangat menyayangi mbak mia karena aku pribadi tau kalau di balik sikap juteknya mbak mia sangat menyayangi kami.

Penampilan dan gaya mbak mia yang modern membuat mbak mia memiliki banyak teman,entah itu di tempat kerjanya ataupun di sekolahnya terdahulu,terbukti dari banyak dan seringnya teman-teman mbak mia yang sering main ke rumah.

Dan terakhir ada Aira adik perempuan ku,kami terpaut usia yang cukup jauh,sekitar 9 tahun.Saat ini aira duduk di bangku kelas 2 di sekolah dasar,aira adalah anak yang pintar dan baik,sifatnya yang pendiam tak jarang membuat aku sering menggodanya dengan berbuat usil kepada aira,biasanya ketika aira sudah benar-benar tidak tahan dengan keusilanku dia akan mengadu kepada mama sehingga membuat mama memarahiku,tapi meskipun begitu aku sangat menyayangi aira adik kecilku yang polos.

Setelah menghabiskan sarapan dan meneguk segelas susu yang tadi mama buatkan untuk ku,aku pun segera bangkit dari meja sembari membawa tas sekolahku.

“Udah selesai na,emang mau berangkat sekarang ?” Tanya mama.

“Iya ma,soalnya takut bus nya penuh,lagian ini kan hari pertama jana masuk sekolah kan gak lucu kalo jana telat.” Ucapku seraya menghampiri kedua orang tuaku dan mencium tangan mereka.

“hati-hati ya,maaf papa gak bisa anterin .” Ujar papa seraya mengelus kepalaku.

“iya gak apa-apa,jana ngerti papa kan harus nganterin aira .” Jawabku sambil tersenyum.

“Kalo gitu jana berangkat dulu.Assalamu’alaikum.” Sambungku.

setelah pamit aku pun bergegas keluar dari rumah menuju ke halte bus di ujung jalan gang rumah ku dengan berjalan kaki karena Jarak dari rumah ke halte tidak terlalu jauh hanya 10 menit kalau berjalan kaki.

SETARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang