Bagian Sepuluh: Jaket

27 3 0
                                    

"He always watching and keep his eyes on me." Diandra Priscillia Kamajaya.

***

Dengan rasa panas yang masih menjalar di pipi akibat dari tamparan Diandra, Samuel melangkah mendekat ke kerumunan. Dibelahnya kerumunan itu, Samuel memaksa masuk. Dapat ia lihat bahwa disana terdapat Maura dan Laura yang duduk tersungkur di lantai. Yang mana wajah Maura masih merah dengan nafas terengah, di sampingnya terdapat Laura yang berusaha membantu maura pun dengan wajah yang khawatir.

Keadaan di tengah kerumunan itu sangat kacau. Yang dimana banyak berceceran makanan dan air. Melihat itu, Samuel dapat tahu dengan cepat siapa yang sudah berhasil membuat amarah Diandra memuncak. Samuel pun mendapati sosok Milla dan Lyra, namun setelahnya mereka berdua pergi dari kerumunan itu. Melihat tak ada yang lagi keperluan, Samuel pun hendak pergi dari kerumunan itu, namun langkahnya tiba-tiba terhenti.

"Kak Sam!" Maura berdiri, meraih tangan Samuel. Samuel tak berbalik, ia hanya melirik tangannya yang dipegang oleh tangan Maura yang dingin. Tak berselang lama, pendengaran Samuel menangkap isak tangis. Pun ia mengalahkan pandang ke wajah Maura yang dibanjiri oleh air mata.

"Kak Sam pokoknya harus marahin Diandra! Diandra yang udah buat aku kayak gini! Aku dipermalukan Diandra, Kak!" masih dengan sesegukan, Maura mengadu pada Samuel. Samuel mengernyitkan alis, dihempaskannya secara kasar tangan Maura, "Mulut lo busuk! Gue lebih kenal Diandra dari pada lo! Oh, gue tau lo nggak cukup bodoh buat nggak ngehargain orang yang lebih tua dari lo." Samuel pergi setelah mengatakannya. Maura menatap nanar punggung Samuel, matanya kembali memanas, dadanya pun memburu. Maura dipermalukan kembali.

Laura yang tak tega melihat adiknya kembali dipermalukan pun segera membawa pergi Maura dari sana. Dibawanya Maura pada toilet diujung lantai dua, pun ia langsung mengunci pintu toilet tersebut.

Plak!

Ditamparnya pipi Maura oleh Laura. Sambil memegang pipinya yang ditampar Laura, Maura menatap kakaknya dengan air muka kaget, "Kak?!" Laura mundur beberapa langkah sambil menyisir rambut ke belakang. "Lo keterlaluan, Mau." Tanpa menatap adiknya itu, Laura berkata dengan tegas.

Maura melepaskan tangannya yang memegangi pipi, tampak pipinya memerah, "Maksud lo apa?! Lo lebih belain cewek jalang itu daripada gue?! Udah gila, ya, lo, Kak! Gue dipermalukan loh, Kak! Nggak punya otak lo!" Maura berkata dengan menggebu, tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Laura. Laura mendekat ke Maura, ditunjukkan wajah adiknya itu, "Lo yang nggak punya otak, Mau!" Laura menjeda perkataannya.

"Gue udah kenal Diandra dari kelas 10. Dia nggak bakalan ganggu orang kalau orang itu nggak ganggu dia duluan. Lo tau, perbuatan lo ini bisa berakibat ke perusahaan keluarga! Lo lupa Diandra itu dari keluarga mana?! Biar gue ingetin. Diandra Pricillia Kamajaya, dari keluarga Kamajaya. Keluarganya yang punya perusahaan Kamajaya itu udah ngebantu nyokong perusahaan Papa. Lo tau akibat fatal dari perbuatan lo?!" nada suara Laura meninggi, menandakan bahwa amarahnya perlahan memuncak.

Maura beringsut mundur setelah mendengar perkataan Laura, "Tapi, kan, keluarga Diandra nggak bakalan tau apa yang terjadi hari ini," Maura berucap lirih. "Kata siapa?! Gue bilang kata siapa?! Jawab, Mau!" sentak Laura.

"Di kantin tadi ada CCTV, ditambah lagi ada banyak yang nonton kejadian tadi. Diandra emang nggak bakalan ngadu soal masalah sepele kayak gini ke keluarganya, tapi lo mikir nggak lo sama orang-orang yang nontonin lo tadi?! Nggak mikir, kan, lo! Lo yang nggak punya otak, Mau!" nafas Laura memburu, ia guncang bahu adiknya itu. "Lo nggak tau betapa susah payahnya papa buat dapetin kerja sama bareng keluarganya Diandra. Gue udah sekuat tenaga jaga sikap gue di sekolahan ini, terutama ke Diandra. Tanpa bantuan kerja sama itu, perusahaan Papa nggak bakalan bertahan sejauh ini. Dan lo seenaknya bersikap sama Diandra kayak tadi?! Apa motif lo, Mau?!" mata Laura mulai memerah, dirinya sudah berada di puncak kemarahan.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang