Bagian Enam Belas: Laras Stovia

10 1 0
                                    

"Namanya memang masa lalu, namun apakah itu memang harus dilupakan?"

***

Kehadiran seorang yang berasal dari masa lalu Samuel tentunya membuat laki-laki itu terkejut. Bagaimana tidak, dalam diri Samuel, ia tidak pernah mengharapkan orang itu kembali. Semua perasaan Samuel bercampur aduk kala ia melihat wajah itu setelah sekian lama. Samuel sampai tidak jadi mengantarkan Diandra pulang, ia malah meminta tolong Milla untuk mengantarkan Diandra pulang dengan mobilnya.

"El," panggilnya. "Kamu marah?" lanjutnya. Kini Samuel sedang berada di dalam mobil orang itu, ia mengendarai mobil itu keluar dari sekolah.

Tak betah dengan suasana sepi dalam mobil, sosok itu masih mencoba mencari topik, "Makin besar, ya, kamu. Padahal dulu kamu belum sampai sebahu aku loh, sekarang malah aku yang nggak sampe sebahu kamu. Badan kamu juga makin berotot, like big boy what I want." Sosok itu berkata dengan malu-malu.

"Eh, kamu baik, kan? Kamu baik-baik aja, kan, tanpa aku? Kalau diliat-liat, kamu baik, sih, tanpa aku." Kembali, sosok itu membuat topik, namun masih tidak ditanggapi. Tak habis ide, sosok itu kembali mencoba, "Kamu tahu depan, kan, lulus. Kamu mau ngelanjutin ke mana? Boleh dong kasih tahu aku." Sosok itu condongkan dirinya ke Samuel pun sambil menunjukkan senyumannya.

Orang itu mendengus kala tidak mendapat respon apapun dari Samuel, ia menarik dirinya menjauh dari Samuel, "Aku udah usaha lo nyamperin kamu ke sekolah." Samuel mengeratkan pegangannya pada setir mobil, "Gue nggak butuh usaha lo." Perkataan dingin itu keluar, membuat sosok yang berada di samping Samuel terkejut mendengarnya.

Sosok itu menoleh ke samping dengan cepat, menatap Samuel, "Jahat, ya, kamu ngomong kayak gitu! Aku baru aja landing, aku masih kena jetlag, tapi aku bela-belain nyamperin kamu loh. Kita udah lama nggak ketemu, El. Aku pengen ketemu kamu, tapi kamu malah kayak gini. Aku buru-buru pulang setelah aku nyelesain studi aku loh EL. Cuma buat kamu, aku langsung ke sini. Kamu mikir nggak?! Kamu, kan, tahu aku gampang kena jetlag, tapi tanggapan kamu malah kayak gini?! Jahat ka―"

"Stop talking about who's bad, Laras!" meledak sudah emosi yang ditahan oleh Samuel. Sosok yang bernama Laras itu beringsut mundur, takut setelah mendengar suara Samuel yang marah. "You know better who's the bad guy here, Laras." Lanjut Samuel.

Dia― Laras Stovia― perempuan yang umurnya lebih tua tiga tahun di atas Samuel. Laras adalah berasal dari keluarga tepandang dan sosok yang cukup pintar sejak masih kecil. Itu dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh Laras. Laras pun mendapatkan beasiswa penuh ke luar negeri dan dia berhasil menyelesaikan studinya dengan rentang waktu yang sangat singkat. Parasnya pun cantik dengan rambut hitam lurus sepanjang pinggul. Matanya yang berwarna cokelat hazel itu mampu menyejukkan siapapun yang menatapnya. Laras juga memiliki karakteristik, yaitu tahi lalat di bagian bawah mata sebelah kiri yang dapat mempermanis parasnya.

Laras membuka mulutnya, menganga tidak percaya tentang apa yang Samuel katakana. Laras hempaskan dirinya dengan kasar ke punggung kursi, pun tangannya ia lipat di depan dada, "Itu kejadian lama, EL. Masih aja kamu inget! Kamu nggak perlu lagi inget kejadian itu deh!" Samuel semakin kencang memegang setir mobil, pun rahangnya pun ikut mengeras kala mendengar Laras mengatakan kejadian itu secara ringan, "Nggak perlu inget?! Lo mau gue ingetin kejadian naas itu lagi? Oke."

Samuel injak gas lebih dalam, membuat mobil yang tadinya berjalan dalam keadaan santai kini sudah berada dalam kecepatan lebih dari 100 km/jam. Laras terkejut dengan tindakan nekat Samuel, tangannya memegang kencang seatbelt yang ia pakai, "EL! Don't be crazy! PLEASE STOP THE CAR! EL! PLEASE, EL! PLEASE!"

Cit...

Samuel rem mobil berkecepatan tinggi itu secara mendadak, membuat tubuh kedua terdorong ke depan. Laras singkirkan rambut yang menutupi wajahnya, jantungnya yang berdegup kencang membuat Laras kesulitan bernafas. "YOU ARE SO FUCKING CRAZY, EL!" perkataan marah itu Laras katakan dengan nafas yang tersengal. Samuel lepas tangannya yang berada di setir, ia sisir rambutnya yang berantakan ke belakang, lalu ia menoleh ke Laras, "Crazy like you!" tekan Sam.

SAMUDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang