BANTU TEMUKAN TYPO :)
*"Bim nitiplah, kasihin Erika."
Pemuda dengan ransel biru dongker di punggungnya itu menggeleng. "Balikin sendiri."
Lyra masih berdiri di depan koperasi, dia mendelik menatap pemuda di hadapannya. "Biar sekalian, kan lo temen kelasnya."
Pemuda itu menggeleng. "Sekali enggak, tetap enggak."
Lyra melirikku yang sedang berjalan di koridor, "Zaheen," panggil Lyra. "Sini!" suruhnya.
Akupun mendekat ke arahnya, menuruti permintaan Lyra. Sebenarnya males, di dekatnya ada pemuda sok tahu waktu itu. "Ada apa?"
"Anterin gue ke kelas sebelas MIPA dua, mau ngembaliin buku matematika wajib milik Erika."
Aku mengangguk. Lyra mengendengku, sebelum itu dia menatap tajam pemuda sok tahu itu. "Pelit," kata Lyra, lalu menariku pergi.
"Ada ya manusia kaya Bima, hobinya marah-marah, udah gitu pelitnya nggak ada yang nandingin," omel Lyra.
"Bima siapa?"
Lyra menghentikan langkahnya. "Lo nggak kenal?"
Aku menggeleng sebagai jawaban.
Lyra melanjutkan langkahnya kembali, aku mengikuti di sampingnya. "Cowok tadi. Nyebelin banget, beruntung deh lo nggak kenal sama dia."
Oh, Bima namanya.
"Anaknya kaya cuek gitu, nggak ada ramah-ramahnya deh kayaknya," kataku ikut berkomentar.
"Bener banget. Kalau dia nggak disuruh sama kak Brian buat bantu-bantu OSIS, gue mungkin nggak kenal sama dia," terang Lyra.
"Dia bukan OSIS?"
Lyra hanya menggelengkan kepalanya.
Di pintu sebelas MIPA dua, kepala Lyra melongok masuk ke dalam, mencari keberadaan Erika.
"Masuk aja."
Seruan itu membuatku menoleh, dengan santai Bima melewatiku dan Lyra. Kalau dia bisa secepat itu menyusul kami di sini, berarti jaraknya berjalan dengan aku dan Lyra tidak begitu jauh. Hah, jadi dia dengar dong apa yang aku dan Lyra bicarakan. Mampus, malu aku.
Semoga dia tidak dengar, semoga tidak dengar.
Atalaric:
Di sekolah ini bagusan basket
atau sepak bolanya?Zaheen:
Nggak tahuAtalaric:
Setahun disini ngapain aja?Zaheen:
Jualan maklorAtalaric:
Lagi bingung mau ikut ekstra apaan"Ngapain Heen, geleng-geleng gitu?" tanya Kela, teman sebangkuku.
Lyra melirikku. Bangku dia tepat berada di depanku. "Kenapa?" tanyanya. Gita di samping Lyra juga ikut menoleh ke arahku.
"Bagusan ekstrakulikuler basket atau sepak bola?" tanyaku.
"Hah?"
Aku berdehem. "Bagusan mana?"
"Sepak bola, kaptennya ganteng," seru Kela, menggebu-nggebu. "Lagian kemarin juga menang lomba," lanjutnya.
Lyra menggelengkan kepalanya. "Iya sih ganteng, tapi nyebelin. Percuma."
"Dua-duanya bagus, tergantung lo bakatnya dimana," kata Gita. "Lo mau ganti ekstrakulikuler?" tanyanya.
Aku menggeleng. "Adik yang tanya."
"Cowok?" tanya ketiganya, yang aku jawab dengan anggukan kepala.
"Kok nggak kenalin ke kita?" seru ketiganya, kompak.
__
Bumi, 21 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU
Teen Fiction"Kamu pasti bisa, percaya sama aku. Ingat, yang membatasi kemampuan manusia adalah manusianya sendiri. So, believe in yourself and make them proud of you." _ Selamat membaca :)