A | 8

93 43 29
                                    

+628xxxxx :
Save

Zaheen:
siapa?

+628xxxxx:
Abi

Zaheen:
ok.

Setelah membalas pesan Abimanyu, aku segera menyimpan nomor cowok itu. Dia tidak memasang fotonya sendiri sebagai profil, melainkan gambar klub sepak bola kesayangannya. Real Madrid.

Abimanyu:
Heen
Atalaric di rumah nggak?
Saya chat kok ngga dibales

Zaheen:
Aric keluar

Abimanyu:
Kemana?

Zaheen:
Ngga tau.

Abimanyu:
Saya mau ke rumahmu

"HEH, MAU NGAPAIN?" tanyaku nyaring. Dengan cepat aku membalas pesan cowok itu. Jangan sampai dia ke rumah.

Zaheen:
Ngapain?

Abimanyu:
Mau balikin hoodie milik Atalaric
Kemarin kebawa sama saya

Zaheen:
Jangan sekarang, besok aja di sekolah
Lagian Aricnya juga lagi keluar

Abimanyu:
Saya sudah sampai minimarket depan komplek

Aku reflek menepuk dahiku. "Ayo otak, sekarang waktunya berpikir!" seruku panik.

Gini loh, ibu sama ayah belum pulang, Aric pergi. Sedangkan Mbok Yeti sudah pulang. Ini juga udah pukul delapan. Intinya di rumah hanya ada aku.

Ponselku bergetar kembali.

Abimanyu:
Saya otw rumah kamu
Em, mau minta bawain makanan nggak?

"Enggak, enggak perlu," kataku spontan.

Dengan gerak cepat aku turun, menaruh ponsel di meja makan mengabaikan pesannya, melangkah cepat memasuki kamar mandi, mencuci wajah.

Tiga panggilan tak terjawab dari Abi. Mungkin cowok itu sudah sampai depan rumah.

Di depan pintu aku mengintip dari balik jendela, tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda ada kendaraan di sana. Ini cowok beneran mau datang nggak sih.

Zaheen:
Apa?

Abimanyu:
?

Zaheen:
Ngapain telpon

Abimanyu:
Oh, itu tadi saya udah sampai depan

Zaheen:
Sekarang dimana?

Abimanyu:
Jalan pulang ke rumah
Saya kira kamu ketiduran
Di rumah lagi nggak ada orang ya?

Aku menggeleng kuat. Ini cowo maunya apa?
Dia nggak tahu kalau aku sudah bela-belain turun ke bawah cuma buat cuci muka?

Ahh, nyebelin emang.

Ini kenapa aku jadi gini, heh! Kok jadi kesel sendiri.

Zaheen:
kepo!

Abimanyu:
Hati-hati, kalau ada tamu yang nggak dikenal jangan dibukain pintu. Langsung tidur aja deh sana! Takutnya malah nanti lihat makhluk yang tak terlihat.

"ABIMANYU," teriaku. Cepat-cepat aku melangkah menuju kamar. Mengunci pintu, lalu memastikan pintu balkon, jendela terkunci rapat.

















 Mengunci pintu, lalu memastikan pintu balkon, jendela terkunci rapat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













"Nanti pulangnya minta jemput ayah ya, aku ada kerja kelompok," kata Atalaric, tangan kanannya menyisir kembali rambutnya.

Aku mengangguk patuh, memberikan helm cokelat di tanganku kepadanya. "Jangan sok ganteng deh, Ric," kataku, mencibirnya.

Aric tak peduli. Cowok itu mengangguk menyapa pemuda berhoodie abu-abu yang melewatinya. Abimanyu tersenyum tipis, lalu mengangguk membalas sapaan Aric.

"Eh, kalau ayah nggak bisa jemput, pulang sama Kak Bima aja, gimana?" tanya Aric, setelah tubuh Abimanyu menghilang di balik bangunan perpustakaan.

Aku menabok lengan kirinya. "Nggak mau!" seruku.

"Nanti aku yang bilang ke dia deh," rayu Aric. "Kak Bima ternyata baik loh orangnya, padahal dulu awal ketemu judes banget. Apalagi waktu MOS dia galak," cerita Aric.

"Nggak mau," kataku sewot. "Mau baik mau jahat, serah dia. Aku duluan," sambungku, melangkah meninggalkan Aric di parkiran.







——

Bumi, 22 Juli 2020

ABIMANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang