Prolog

1.7K 100 44
                                    

"Hari ini aku mau pergi ke sekolah Keyta."

Kenzo memperhatikan sang istri dari cermin yang sedang ditatapnya. Wanita berbadan dua itu tengah sibuk memberesi tempat tidur mereka yang hampir selalu berantakan akibat keseruan semalam. Tidak peduli meskipun kehamilan Tania sudah berada pada trimester akhir, wanita penuh gairah itu tidak pernah sedikit pun kehilangan antusiasnya terhadap sang suami yang sudah memberinya dua keturunan, dan rencananya akan menjadi tiga pada bulan depan kalau perhitungan dokter tidak meleset.


"Kenapa lagi sama Keyta?" sahut Kenzo setelah selesai mengancingkan kemeja. Sekarang papa muda, atau anggaplah awet muda itu sudah rapi dan siap berangkat untuk bekerja. Melangkah menghampiri Tania yang masih melucuti seprai dan memeluknya mesra dari belakang. Memaksa Tania menghentikan kesibukan dan menerima sentuhan cinta Kenzo yang begitu kuat menjeratnya dan seakan-akan tidak akan pernah habis. 

Sementara itu bagi Kenzo Arashi, makin lama ia menjadi suami dari Tania Bowie, ia makin dibuat kecanduan saja untuk mencintainya sehingga rasanya tak akan pernah mampu berpaling walau hanya sekejap mata.

"Gurunya bilang, dia mukul temennya lagi. Cowok malah sekarang yang dipukul. Dan itu pakai panci yang ada di dapur sekolah waktu jam pelajaran masak bersama. Kepala anak itu benjol dan orang tuanya nggak terima."

"Hmm...." 

"Kok cuma 'hmmm' sih, tanggapan kamu? Anak kita melakukan kekerasan lho, Ken. Mana dia cewek. Dia niruin siapa coba? Tiap aku tanya nggak pernah mau ngaku dia belajar dari siapa. Kamu juga sih, terlalu manjain anak." Mendadak uring-uringan, Tania melepaskan pelukan hangat Kenzo dan melemparkan seprai kotornya ke keranjang sampah. 

"Kok nyalahin aku lagi, Cantik? Kan aku juga nggak pernah ngajarin Keyta mukul. Watak dia emang keras kayak siapa ... gitu." Kenzo menanggapi dengan sedikit nada canda. "Kalau aku nggak main lembut sama dia, nanti yang ada dia makin keras." 

"Kamu mau bilang kalau dia keras niruin watakku, gitu? Terus kalau pinternya niruin kamu, iya? Yang jelek-jelek dari gen aku, yang bagusnya kamu?" Tania makin sewot dan mengangkat keranjang berisi tumpukan baju dan seprai kotor bermaskud membawanya keluar, tetapi sebelum sempat dia mengambil langkah, Kenzo mencekal tangannya dan mengambil keranjang itu darinya sambil menguraikan senyuman lebar.

"Biar aku saja. Kamu sudah hamil tua, jangan kerja yang berat-berat."

Tania hanya mendengkus dan berniat meneruskan langkah usai menyerahkan keranjangnya. Namun Kenzo seakan masih tak rela membiarkannya pergi, tak mau melepaskan gamitannya dan tersenyum kian lebar saat Tania menolehnya lagi.

"Apa lagi?"

"Aku saja yang ke sekolah Keyta. Aku akan minta maaf sama orang tua anak yang sudah dia pukul. Dan soal ucapanku tadi, aku cuma bercanda. Jangan diambil hati."

"Kamu katanya mau ketemu pemilik lahan teh dan pabriknya itu?" Tania masih menanggapi judes. 

"Aku bisa minta mereka nunggu."

"Nggak usah. Jangan suka bikin orang nunggu mentang-mentang kamu bosnya. Nunggu itu nggak enak. Biar aku aja yang berangkat sekalian belanja baju-baju buat dedek bayi. Nanti kalau orang tua anak yang dipukul Keyta minta ganti rugi aneh-aneh, bakal kamu iya-iyain aja lagi tanpa tanyain kronologisnya."

Kamu Surgaku (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang