Mama

645 71 29
                                        

Arsyad meletakkan gelas berisi sari lemon di depan Tania yang kedapatan melamun lagi pagi ini. 

Seulas senyum lebar mengembang di wajah rupawannya saat usaha untuk mendapatkan perhatian Tania berhasil. 

Arsyad yang sudah tampil rapi siap dinas kemudian menyeret kursi di seberang meja dan bergabung bersama Tania di meja makan.

"Nanti siang kamu jadi, 'kan, nemenin aku ke acara nikahan temen?" Arsyad membuka percakapan. "Aku males kalau datang sendirian. Suka diledekin sama rekan-rekan."

Tania hanya mengangguk sekilas tanpa mengatakan apa pun dan kembali melamun. Menatap kosong ke arah vas bunga di tengah meja.

Menyadari akan kekosongan itu, Arsyad pun lantas mengetuk meja kayu di depannya untuk kembali menarik perhatian. "Permisi, apa ada orang di sini?"

"Iya, nanti aku temenin." Akhirnya Tania menukas. Kemudian mengambil piring dan mulai mengisikan nasi untuk Arsyad.

"Kenapa sih, sejak kemarin kita selesai olahraga, kamu kelihatan sering melamun? Lebih-lebih setelah balik dari sekolah. Ada yang mengganggu pikiran kamu?"

Tania tidak menjawab, terus menyibukkan dirinya dengan mengisi piringnya sendiri dengan nasi dan lauk.

"Aku masih bisa jadi teman curhat, kalau kamu lupa." Arsyad kembali mendesak, seolah-olah ingin memaksa Tania menyerah. Dan ya, dia berhasil karena sekarang Tania menatapnya lekat.

"Kamu ingat lelaki yang kamu sapa saat kita jogging kemarin?"

Arsyad mengangguk dan mulai menyuap sarapannya. "Kenapa? Naksir sama wajah gantengnya yang serupa campuran bule Arab sama bule Jepang itu? Hidungnya mancung, brewok, tapi matanya sipit."

"Syad...."

"Iya, nanti aku cari tahu soal dia kalau kamu penasaran banget."

"Dia Kenzo."

Sontak Arsyad tersedak. Ia terbatuk hebat dan membutuhkan waktu beberapa saat untuk meredakannya sebelum kembali bisa melotot kepada Tania. "K-Kenzo suami kamu?"

Tania mengangguk. Ekspresinya cemas dan terlihat tidak percaya. "Kenapa dia bisa ada di sini ya?"

"Tunggu." Arsyad menegak segelas air dan menghela napas beberapa kali seolah-olah ingin memberi keyakinan pada diri sendiri sebelum melanjutkan apa yang hendak disampaikan. "Nggak pernah ada siapa pun yang datang ke wilayah ini selain pemilik perkebunan, para buruh pemetik teh, dan aku selaku pemilik rumah ini."

"Terus?"

"Tapi yang kudengar dari beberapa buruh pemetik teh penggosip saat tidak sengaja ketemu di Warung Pojok, perkebunan ini telah berpindah tangan kepada petani dan pengusaha sukses...."

"Itu pasti Kenzo." Tania menukas dengan suara seperti orang yang merasa usahanya selama ini sia-sia. "Aku lupa, di hari aku menghilang, dia sedang ngurus akta jual beli perkebunan teh yang saat itu aku belum tahu di mana tempatnya. Dia bilang akan ngajak aku ke sana setelah perkebunan itu resmi jadi miliknya. Kurasa tempat itu adalah di sini."

"Kamu yakin?"

Tania mengangguk mantap. "Karena Kenzo bukan tipe orang yang akan keluyuran jauh kalau cuma buat olahraga. Dia pasti bikin rumah di sekitar sini. Dia selalu ada di sekitar rumahnya."

Kamu Surgaku (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang